Kepulangan Adam

6K 482 4
                                    

"Ini ya mas obatnya" ujar seorang apoteker, setelah Citra dan Agra menunggu beberapa saat.

"Makasih mas" jawab Agra sopan.

"Ni, ayo balik" Agra berbicara pada gadis dengan rok abu-abunya yang masih melekat.

"Iya" jawabnya singkat.

Citra dan Agra kembali menuju rumah sakit, mereka berjalan kaki karena letak apotek yang tak begitu jauh dari rumah sakit yang di tempati Aisyah.

Tak ada suara, selain suara kendaraan yang sesekali melintas dan jangkrik yang bersautan di waktu kerja sang rembulan itu.

"Aisyah anak yang hebat Gra" Entah kenapa Citra kini memilih topik itu untuk membuka percakapan.

Agra tak menjawab, tersenyum samar, lalu sejurus kemudian membuka suara.

"Dia lebih dari hebat"

Citra menatap Agra demi kalimat jawaban yang dia lontarkan barusan.

"Dia satu-satunya sahabat aku setelah waktu itu, ya walaupun umur kita jauh, tapi kamu harus percaya dia bisa lebih dewasa dari kita" seulas senyum terlukis di bibir Agra saat menceritakan tentang adik kecil yang kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Agra baru hendak melanjutkan kalimatnya, tetapi dering teleponenya membuat pria itu mengurungkan niatnya.

Langkah Citra dan Agra mendadak berhenti. Agra merogoh saku di ponselnya, seutas kemudian menempelkan layar gadgetnya pada telinga.

"Iya Bunda. Siap. Engga aku gausah pulang, nemenin Bunda aja. Oke Bunda" kini Agra sudah kembali menaruh benda tipis yang multifungsi itu ke dalam saku celana abu-abunya.

"Dari Bunda ya? Kenapa?" Tanya Citra yang otomatis mengetahui kalau yang menelepon Agra adalah Bunda.

"Bunda nyuruh aku pulang, cuma gamungkinlah aku ninggalin Bunda sendirian. Eiya, kamu pulang sekarang ya, kebeneran Mang Diman masih nunggu di rumah sakit" tawar Agra

"Enggausah, gue mau nungguin Aisyah juga"

"Jangan Ni, kamu pulang, biar aku yang nungguin Aisyah"

"Gak" belum juga selesai kalimat Citra, dering ponsel Agra kembali menginterupsi mereka. Sepertinya sebentar lagi Agra akan setara dengan petinggi negara yang super sibuk.

"Oh iya bang. Iya sama Citra. Oh, oke, beres bang" Agra kembali mengakhiri sambungan dengan orang yang disana.

Sepertinya Citra tau lagi siapa yang kali ini menelepon pria jangkung di hadapanya.

"Bang Adam telepon"

Bingow! Tepat sekali dugaan Cita. Memang kalau dicium dari bau-baunya, mulai dari sebutan 'Bang' dan menyebut-nyebut nama Citra, sudah bisa dipastikan kalau yang menelepon adalah Bang Adam.

Citra mengangkat alis, seolah mengisyaratkan Agra untuk mengutarakan tujuan Bang Adam meneleponya dengan menyebut-nyebut nama Citra.

"Kamu disuruh pulang, Bang Adam ada di rumah tuh, udah pulang" jawab Agra dengan penuh kemenangan.

"Hah?! Bang Adam kan harusnya seminggu lagi pulangnya?!"

"Ya gatau" jawab Agra sambil mengangkat bahu.

"Yaudah telefonin lagi, gue mau bilang kalo gue ga nungguin Aisyah hari ini" Citra yang masih tak mau kalah, tetap tak gentar walaupun sudah mandat dari Bang Adam.

"Enggak. Kamu pulang Aini, aku ditugasin buat jaga kamu. Ini udah malem, gabaik, lagi pula Bang Adam pasti mau liat keadaan kamu setelah di jagain sama calon adek iparnya kemaren-kemaren" Agra lagi-lagi mengeluarkan canda yang membuat wanita di depanya semerah kepiting rebus.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang