Adrian tertunduk lesu di bangku tunggu UGD. Pikiranya melayang kesana-kemari.
Kena... Kena di dalam sana. Wanita yang dulu, bahkan samapai sekarang ia Cintai sedang tergolek dengan cucuran darah. Tak bisa ia bayangkan Kena yang dulu mencium bau rumah sakit saja sudah ngeri setengah mati, sekarang harus berurusan dengan bermacam jaitan dari ujung kepala sampai kaki.
Belum lagi Agra. Dia tak mungkin mau menjenguk Kena, padahal hanya dia yang bisa menjadi harapan Kena saat tersadar nanti, bahkan mungkin Agra juga lah yang menjadi alasan perempuan itu kemabali ke tanah air.
Adrian tak tau lagi harus berbuat apa. Rasanya kepalanya sebentar lagi akan pecah menjadi puing-puing masalah yang tak berjalan keluar.
"Kena gimana?" Sebuah suara tiba-tiba tertangkap oleh lelaki itu.
Seketika Adrian langsung membulatkan mata dengan kepala masih tertunduk.
Enggak! Mana mungkin dia sudi kesini?!
Teriak Adrian dalam hati, seolah mengira suara yang ia dengar adalah halusinasi belaka.Adrian mengangkat kepala, melihat apakah milik siapa suara yang sebenarnya sudah amat ia kenali.
"Agra!" Adrian berseru pelan.
Betapa terkejut Adrian ketika melihat sosok Agra tengah berdiri tegap dengan Citra di belakangnya. Rasanya seperti mimpi! Seorang Agra?!
Adrian baru hendak menjawab, tapi derap kaki dari arah pintu tempat Kena terbaring, melesat di telinganya. Membuat Citra dan Agra juga sontak menoleh.
___________________
Kaki Agra tiba-tiba membeku, saat sudah tinggal beberapa meter jarak yang memisahkan ia dengan karib lamanya.
Entah kenapa Agra harus berulang kali menelan salivat, berusaha tak meluapkan emosi dirinya.
Sedangkan Citra yang otomatis ikut diam karena Agra kini menatap lelaki itu bingung.
Sebenarnya Citra baru hendak bertanya, tapi suara hatinya telah menjawab pertanyan dia sendiri.
Citra paham perasaan Agra. Tidak mudab jika harus berdiri di posisi laki-laki itu. Tanpa Agra bilang, Citra sudah tau bahwa sebenarnya rasa simpati yang amat besar masih tercurah untuk Adrian dan seseorang yang di dalam sana, hanya saja Agra terlalu gengsi pada egonya, terlalu kukuh untuk tetap menyalahkan orang lain atas kebencian pada dirinya sendiri.
"Gra" sapaan lembut Citra membuyarkan lamunan Agra.
Agra refleks mentap ke arah datangnya suara. Dilihatnya Citra kini telah mentap dirinya dengan tatapan yang bagaikan mentari. Teduh dan terik, membuat es di hatinya perlahan cair tanpa memukul, terik Citra tak pernah membakar, alih-alih malah membuat dinginya semakin hangat.
"Agra, ikutin kata hati lo, jangan biarin ego nguasain diri lo, dan akhirnya lo jadi orang yang menyesal" Citra menjelaskan dengan lembut yang tetap terkesan lugas.
Agra tak menjawab, bukan dengan kata memang, tetapi dengan tindakan. Kaki lelaki jangkung itu kini kembali melangkah, membuat Citra tertinggal di belakang dengan seulas senyum sederhana.
Agra sudah tepat berada di samping Adrian, tapi kini kenapa dia hanya diam? Kalau tadi kakinya membeku, kini tenggorokanya serasa tercekal oleh sesuatu yang begitu berat.
Lagi-lagi Citra menatap lelaki di depanya dengan tingkat kesabaran tinggi. Citra tau apa tugasnya, kalau dia ada di posisi Agra, dia juga akan sangat membutuhkan dorongan.
![](https://img.wattpad.com/cover/81359225-288-k917110.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Syar'i
Spiritual#8 in Spiritual 26-03-17 #10 in Spiritual 24-03-17 Takdir 'ketimpuk sendal merah' yang membuat Agra akhirnya mengenal sosok gadis itu, gadis yang menurutnya tinggal stok satu di bumi ini. Gadis yang membawa hidupnya jadi warna warni kaya pelangi.