Panti Kosong

6.3K 445 3
                                    

Minggu ulangan tengah semester hampir selesai. Selama empat hari ini dari pantauan Citra, Agra benar sungguh-sungguh mengerjakan testnya. Tak jarang ada kertas-kertas para peminta contekan yang di tolak mentah-mentah oleh Agra, lebih parahnya lagi di acuhkan, dan sekarang adalah hari terakhir di jam terakhir, yaitu jam matematika.

Citra terus memantengi lima lembar kertas yang berisi soal-soal latihan yang di berikan Pak Ronald untuk latihan midsemester tempo hari. Dia masih setia menghitung angka-angka dalam soal, tak peduli dengan bell istirahat yang kini telah membuat ruangan bersisa dirinys seorang diri.

Tangan Citra sedari tadi dengan lincah mencari jawaban dari soal-soal itu, kertas coret-coretanya telah penuh, tapi hasinya nihil.

"Ahhh tau ah!" Citra berseru kesal sambil melepas pensil dari genggaman.

Citra membaringkan kepalanya yang terasa berat dengan segala bentuk soal matematika yang memuakkan. Sebetulnya dia bukan tipe manusia yang mengejar target harus bagus di semua bidang akademik, baginya tak harus menguasai semua, asalkan paham dan tidak begitu anjlok. Tapi kali ini berbeda, dia harus memenangi pertarunganya dengan Agra. Peduli setan dengan pola pikir awalnya yang memang sengaja membuat perjanjian ini agar Agra mau mengerjakan serius, tapi kalau sampai Agra mintanya macam-macam gimana? Kalau Agra minta dia untuk.. untuk jadi pacarnya bagaimana?

"Ahhh!" Citra setengah menjerit, menyesali dirinya yang begitu gampang melontatkan janji, alhasil sekarang dia harus rela berkutat dengan angka-angka yang dapat membuatnya frustasi cukup dalam waktu sepuluh menit.

Engga engga, harus belajar biar bisa ngalahin Agra! Batinya mencoba menyemangati diri sendiri.

Memalingkan wajah ke arah depan dengan posisi masih merebah.

"Astaghfirullah!" Citra melonjak kaget melihat kepala Agra yang sudah duduk rapih dengan botol teh apel dan kotak stereafoam di depanya.

"Agra apaansi tiba-tiba muncul kayak tuyul, kebiasaan!" Protes Citra jengkel.

"Belajar boleh, tapi jangan lupa makan" kata Agra santai.

"Nih makan dulu" katanya menyodorkan sebotol teh rasa apel dan kotak stereafoam di atas meja.

"Nggak ah, gak laper" Citra kemudian kembali membaca soal di depanya drngan teliti

Tap

Seketika Citra sudah tak dapat lagi melihat deretan soal dan angka dari pandanganya, dalam sekejap kertas itu kini sudah berpindah ke genggaman Agra.

"Agra gue mau belajar!" Seru Citra kesal dengan mata melotot sempurna.

"Kalo belajar pake aturan, kamu belum makan kan dari tadi? Makan dulu nanti soalnya kita bahas bareng-bareng" sembari kembali menyodorkan makanan ke depan Citra.

"Ihh enggak, gamau, perjanjianya kan harus belajar sendiri-sendiri, nanti gue di anggep kalah,udah balikin kertas gue!" Tolak Citra sambil berusaha mengambil alih.

"Percuma kamu belajar tapi gaada yang kamu ngerti, buang-buang waktu doang yang ada" Citra langsung terdiam mendengar ucapan Agra, dan harus ia akui itu memang benar. Ia tidak mengerti, sama sekali tidak mengerti.

"Yaudah makan dulu ya sayang " Kata Agra yang kembali mengumbar canda.

Agra tak sadar candaanya itu berhasil membuat kedua pipi Citra mendadak memanas, lagi-lagi Agra!

"Jangan panggil gue sayang-sayang!" Sanggah Citra yang sebenarnya untuk menutupi aliran darah yang semakin cepat.

Citra menurut, dia mulai membuka tutup botol minuman kemasan itu dan meneguknya perlahan.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang