Peri Kecil Tangguh

6K 471 5
                                    

Agra melangkah dengan setengah berlari di koridor rumah sakit, membuat Citra yang berada di belakangnya cukup dibuat kualahan untuk menyejajarkan posisi dengan sosok jangkung yang belakangan ini mulai akrab denganya.

"Bunda gimana kondisi Aisya, Bun?" Itulah kata pertama ysng spontan keluar dsri mulut Agra ketika melihat sosok wanita paruh baya yang duduk gusar dengan air mata di pipi.

"Agra akhirnya kamu datang juga" ucap Bunda sambil mengelus kepala Agra yang sedangan mencium tanganya.

Tak lama kemudian Citra berhasil menyusul Agra ke tempat Bunda berdiri.

"Sama Citra jugs ternyata" kini giliran Citra mencium tangan wanita yang penuh dengan kelembutan itu.

"Gimana bun kondisi Aisyah?" Ulang Agra.

Bunda terdiam sejenak, kemudian tersenyum simpul yang di paksakan, itu jelas kentara karena senyuman bunda itu diiringi cairan bening dari pelupuk mata.

"Dia akan baik-baik aja Agra" Bunda meyakinkan Agra, dan mungkin juga dirinya sendiri.

Citra yang tak tau ada apa di balik semua ini hanya bisa menyimak, tapi dia tau jelas bahwa ini bukan perkara mainan, melihat Agra yang begitu panik dan Bunda yang terus berusaha menutupi air matanya.

Entah kenapa Citra ikut khawatir, seperti ada signal dari diri Agra yang menembus kedalam tubuhnya, menembus hatinya, bahkan dengan kecepatan melebihi rambatan cahaya.

"Kenapa bisa anfal gini sih bun? Kenapa juga Bunda baru ngabarin aku tadi?" Tanya Agra dengan meredam segala gulakan dalam hatinya.

"Tadi dia lagi main kaya biasa sama temen-temenya, pas bunda lagi masak di dapur tiba-tiba dia bilang kepalanya sakit, pas bunda lagi mau telepon kamu, tiba-tiba Aisyah pingsan. Bunda panik, akhirnya bunda langsung telepon taksi, dan anak-anak panti bunda titipkan di panti asuhan Al-Kautsar"

Baru juga Bunda menuntaskan penjelasanya, pintu ruang IGD terbuka, memperlihatkan seorang dokter lelaki dan tiga orang suster yang keluar dari dalamnya.

Melihat pintu itu terbuka, Agra refleks berlari mengahmpiri dokter, segera ingin tau apa yang terjadi, dan semoga peri kecil di dalam sana itu baik-baik saja.

"Dok anak di dalem baik-baik aja kan dok?" Agra bertanya harap-harap cemas.

"Semua baik-baik saja, beruntung pasien cepat dibawa kesini" ujar dokter berkacamata itu dengan senyum lugas.

Sontak kata 'Alhamdulillah' meluncur dari bibir Bunda dan Citra.

"Tapi untuk sementara belum boleh di jenguk. Oiya, untuk pembayaranya bisa terlebih dahulu dilunasi ke administrasi di depan" kata dokter itu menimpali, kemudian permisi untuk pergi.

"Yasudah, Bunda ke administrasi dulu ya, Citra, Agra titip Aisyah ya" kata bunda seraya tersenyum.

"Bunda biar Agra aja" cegah Agra sambil mencekal pergelangan tangan Bunda.

"Kamu sudah banyak membantu Nak, biar, biar Bunda saja"

"Bunda, Bunda sendiri kan yang bilang Agra itu udah kaya anak Bunda, kalo gitu biarin Agra bantu bunda, boleh ya Bunda"

Citra mendengar itu entah kenapa bergetar, Agra berhasil menyentuh ruang hati Citra tanpa ia berniat menyentuhnya. Satu lagi hal baru yang Citra tau, kalau bukan hanya Bunda manusia yang sarat akan kasih sayang tanpa pamrih, tapi lelaki yang selama ini di titipkan dirinya oleh Bang Adam, lelaki yang tinggal di sebelah rumahnya, pria yang selalu berusaha agar terlihat jahat. Agra Bagaskara.

Tak hanya Citra, Bunda kini amat terharu dengan bocah laki-laki yang dulu sering di timangnya, air mata Bunda lagi-lagi mengalir tanpa bisa
terbendung.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang