The Beginning

10.1K 792 8
                                    

Citra langsung merengut sebal sambil membalas pesan Agra.

Citra Aini: Lo dari mana tau id line gue?!

Agra: asal aja eh taunya bener,jodoh kali ya?

Citra Aini: Galucu,garing HAHA!

Agra: sent you sticker

Citra tambah sebal melihat Agra yang malah membalas jawaban ketusnya dengan Sticker yang berbentuk hati.

Akhirnya Citra membulatkan tekadnya untuk segera tidur dan mengabaikan pesan Agra.

"Bodo amat, mending tidur!" gerutu Citra yang tak lama kemudian tertidur.

_________________

Agra hanya tersenyum di dalam kamarnya membaca pesan balasan dari Citra yang sepertinya sebal.

Agra terdiam, kemudian tersenyum sendiri menatap dinding mengingat kejadian tadi.

*flashback*

Agra yang sejak jam terakhir memang sudah cabut dari kelasnya sekarang berada di taman belakang sekolah, yang letaknya persis di belakang kelas 11 IPS 2. Sampai jam pelajaran berakhir dia masih asik dengan rokoknya.

Sampai tiba-tiba suara yang tak asing baginya menyeruak dari dalam kelas 11 IPS 2.

Perbincangan Alfa dan Citra tak terlewatkan satu huruf pun oleh telinga Agra, semua terekam dengan jelasnya.

Sampai kalimat itu yang terucap dari Alfa.

"Cit, gue kasih tau aja ya, si Agra tuh gabaik Cit. dia tuh bad boy, sering kena kasus, ke diskotik, ngerokok, etc lah. Terus juga dia tuh banyak fans gajelasnya gitu di sekolah ini, sejak hari ke 4 sekolah aja udah jadi inceran kakak kelas!"

Agra berhenti memandang rokoknya yang menyala dan melemparnya ketanah.

Agra sudah memprediksi reaksi Citra, dia sudah siap jika habis mendengar pengakuan Alfa barusan Citra akan takut, ilfeel, ataupun jijik denganya.

Dia hanya menyenderkan kepalanya ketembok kembali menunggu ketepatan prediksinya.

"Lo tau dari mana Fa?"

"Yah, orang orang satu sekolah juga tau kali, itu udah jadi rahasia umum."

"Lo pernah liat langsung semua yang lo ucapin barusan?" Agra kini menegakan tubuhnya.

Alisnya berkerut, baru kali ini ada orang yang merespon tentang dirinya seperti yang Citra lakukan.

"Ya.. ya.. enggak sih, tapi kan etlis dari luar juga udah keliatan lagi, kalo Agra tuh emang anak gabener!"

Setelah jawaban dari Alfa bukan makian atau cercaan dari Citra untuk dirinya yang ia dengar tapi suara tawa.

'Dia emang beda,dia menilai orang bukan dari omongan tapi dari fakta' Batin Agra heran tapi diiringi senyum di bibirnya.

Agra kembali menyandarkan kepalanya, tersenyum ke arah langit, berterimakasih pada tuhan yang masih menciptakan wanita sejenis Citra.

Di tengah lamunanya tiba-tiba suara Citra yang tadinya sudah menghilang dari radar pendengaranya muncul kembali.

Agra tertawa mendengar cerita Citra tentang bajunya yang sobek.

Tak tega membayangkan Citra harus menenteng tas ransel sampai rumahnya, Agra segera melepas jaket kulitnya kemudian berjalan menuju gerbang.

*flashback end*

Agra kembali tertawa mengingat kejadian tadi.

Citra Aini Azzahra.

Wanita satu itu memang berbeda dari yang dia temui sebelum sebelumnya, tapi kemudian dia menyudahi lamunanya berucap sesuatu dalam hati.

Kemudian perlahan mulai menyapa alam mimpinya

_________________

"Den Agra, bangun atuh Den, ini teh sudah siang, nanti kalo Aden telat gimana atuh? Mamang bisa bisa diomelin bapak, Den, kalo aden kena kasus lagi." Mang Diman membangunkan Agra dengan nada merengek.

Mang Diman dan Istrinya, Bi Ipah, sudah bekerja 19 tahun di rumah Agra. Sebenarnya mang Diman adalah supir pribadi Agra, tapi karena keinginan keras Agra naik motor tak bisa di pungkiri, mang Diman pun alih profesi menjadi tukang kebunya sekarang. Ckck. Agra, Agra.

Agra yang tak tega mendengar penuturan mang Diman akhirnya bangun juga.

"Iya mamang, berisik banget si Mang ini juga bangun." jawab Agra kemudian langsung beranjak ke kamar mandi.

Agra sampai di sekolah, tepat dugaanya pintu gerbang sudah di kunci.

Yaiyalah sudah di kunci, sejak kapan anak sekolah masuk jam 8 pagi?!

Akhirnya seperti biasa Agra, masuk lewat gerbang taman yang biasa dia gunakan untuk jalan 'cabut'.

Tapi baru saja ingin melewati gerbang utama, pandangan Agra tertuju pada cewek berkerudung panjang yang sedang berdiri di pojok gerbang.

Citra?!

___________________

Citra berdiri lesu di pojok gerbang sekolah. Hari ini hari kedua dia sekolah dan lagi-lagi telat!

"YaAllah telat lagi telat lagi. Bisa-bisa kena omelan lagi ini mah, baru juga dua hari gue sekolah di sini!" maki Citra pada dirinya sendiri.

"Saya tau caranya biar bisa masuk."

Lagi-lagi suara itu mengagetkan Citra.

Agra!

Kenapa dia selalu muncul tiba tiba sih? Batin Citra.

"Lo tuh ada keturunan apa sih, sampe setiap gue ada problem yang nongol elo mulu?! Bosen!" Jawab Citra pada Agra.

"Ya gak tau, mungkin tuhan ngirim saya buat jadi malaikat penolong kamu kali yah." lalu Agra tersenyum jahil.

"Geli lo, dih!" Jawab Citra sambil melengos.

"Jadi mau ikut gak nih?" Agra kembali mengulang ajakanya.

"Yaudah."

Sesampainya di belakang sekolah Citra mengerutkan kening.

"Lewat sini Gra??"

"Iya, kenapa? gak bisa manjat?apa mau saya gendong?" jawab Agra selengean.

"Enak aja! ginigini gue tukang manjat paling jitu waktu kecil, tapi nanti bakal ketauan BK ga?gue gamau kena kasus!"

"Enggak, saya yang tanggug."

Akhirnya Citra mantap mengikuti Agra memanjat pagar.

"Hmmm.. makasih ya udah bantuin gue." Kata Citra canggung saat dirinya dan Agra kini sudah berada di dalam area sekolah.

"Urwellcome, tapi gak gratis."

"Jadi lo nggak ikhlas ni? okay,apa emang bayaranya?"

"Saya ikhlas ko, tapi kan ya, namanya juga Jakarta." wajah Agra yang cengengesan membuat Citra sebal melihatnya.

"Yaudah, apaan buru? gue mau masuk kelas nih!"

"Kamu harus jadi sahabat saya selama 2 bulan ini!" Jawab Agra tegas.

Citra terbelalak seketika, tapi kemudian mengangguk mantap.

"Deal, siapa takut! Assalamualaikum." jawabnya lalu kemudian meninggalkan Agra pergi.

Agra hanya senyum mentap cewek yang kini sudah berhambur menuju kelasnya.

"Emang ya, kebiasaan abis di tolongin ngabur mulu." ujar Agra kemudian diapun beranjak ke kelasnya.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang