Kebenaran 1

5.3K 425 9
                                    

"Gak nyangka banget gue bakal di tungguin sama seorang Agra Bagaskara" suara lirih itu membuat Agra yang tadinya merunduk refleks mendongak.

Agra diam. Mendadak dia tak tau apa yang harus dikatakanya. Seluruh persendianya seakan kaku, syaraf bicaranya seolah melemah seketika, bahkan mungkin tak berfungsi.

"It's been a long time ya Gra" ujar kena lemas dengan sedikit tertawa parau.

"Puas lo kabur empat tahun, dan balik-balik badan lo penuh selang kaya gitu? Hah?!" Kata-kata itu refleks terlontar dari mulut Agra. Walaupun terkesan keras dan kasar, sebenarnya kata-kata Agra itu penuh rasa rindu, cemas, semua tercampur jadi satu.

Kena tertawa mendengar perkataan Agra.

"Lo masih aja sama ya" susulnya setelah tawanya reda.

Agra lagi-lagi terdiam. Bagaimana mungkin Kena bisa bicara seperti itu?

Mendadak Agra kembali mengenakan topengnya, topeng yang amat berat dan perih untuk dia kenakan.

"Gue bukan Agra yang dulu, gue berubah, dan gak akan pernah balik jadi Agra sahabat lo dulu!" Ketusnya.

"Gra.. maafin Adrian, tolong.." ujarnya lirih dengan nafas tersengal.

Agra tertawa sinis sembari memalingkan mukanya sejenak.

"Bahkan lo kini mohon-mohon maaf ke gue buat si bajingan itu?! Harusnya gue emang gapernah kesini Ken, gapernah berdiri di samping lo sekarang!" Agra berkata pelan dengan nada menusuk.

"Lo salah Gra. Justru harusnya lo gak lari dari kita waktu itu, harusnya lo gak nyalahin diri lo sendiri"

"Bukanya elo yang lari waktu itu? Bukanya elo yang pergi ke Amerika saat gue berdiri nunggu lo? Jadi apa ini salah gue?" Air mata di pelupuk mata Agra kembali terkumpul.

"Engga Gra, gue yang salah, gue emang selalu salah kan di mata lo dan Adrian?" Agra seketika kembali terdiam.

"Lo bilang lo nunggu gue? Tapi apa lo nunggu gue di satu tempat yang sama? Enggak! Lo selalu pergi pas gue dateng Gra, lo buat diri lo sendiri hilang dari kita semua, lo buat kita capek ngejar lo, ngertiin lo. Lo kira cuma elo yang paling sakit? Lo kira elo yang paling luka? Hah? Engga!" Kena membiarkan air matanya mengalir, tanganya terlalu lemas untuk menghapus butiran bening itu dari pipinya.

"Kenapasih ga lo udain aja drama konyol lo ini? Liat Adrian, lo kira dia gabisa ngebales semuanya? Lo kira dia kaya gini cuma karena dia ngerasa bersalah ke elo? Dia ga semunafik itu Gra! Adrian tetep kaya gitu karena dia care sama lo! Dia anggep lo sahabat! Tapi elo? Bagi lo dia kesalahan terbesar di hidup lo, bahkan tanpa ngeliat semua kebaikanya. Lo dibutain sama rasa benci!" Kena yang sebetulnya masih lemas kini menaikkan intonasinya.

Agra mematung di tempatnya. Air matanya sudah meluap sedari tadi. Rahang lelaki itu mengerat kuat-kuat. Sebegitu bodoh kah dirinya?

"Gue capek Gra, gue capek terus-terusan ngejauhin orang yang gue sayang. Tolong, gue minta tolong sama lo Gra, mungkin ini yang terakhir. Tolong maafin Adrian, sahabatan lagi kaya dulu, tolong bikin gue ga menyesali akhir hidup gue Gra. Sekali ini aja.. karena cuma Adrian yang bisa ngertiin elo selain gue, dan gitu juga sebaliknya" tangis kena pecah, air matanya deras menghujam tanpa ampun.

Sementara itu Agra bertanya-tanya di tempatnya.

Akhir hidup? Permintaan terakhir?

Baru juga Agra ingin menanyakan kejelasan kalimat Kena barusan, tapi saat itu juga matanya membulat.

"KENA, LO KENAPA?!" Agra yang panik refleks memencet tombol darurat di sampingnya.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang