Hari ini hari pertama Mili masuk ke sekolah nya yang baru. Mili yang tadinya bersekolah di SMA 55 Bandung, harus pindah ke Cyber High School Jakarta. Sebenarnya Mili sangat malas pindah sekolah, karena Mili harus meninggalkan teman-teman lamanya dan ia harus bersosialisasi lagi dari awal. Jika bukan karena papanya dipindah tugaskan, Mili tidak akan pindah sekolah.
Papanya yang bernama Devan Soebandono ialah seorang perwira TNI, dan mamanya Mili sudah meninggal empat tahun yang lalu, saat Mili masih duduk di bangku SMP. Jadi sekarang Mili hanya tinggal dengan papanya. Sebelumnya Devan sudah mengatakan kepada Mili jika Mili tidak mau pindah, Mili bisa menetap di Bandung dan tinggal bersama tantenya. Tapi Mili menolaknya, Mili tidak mau merepotkan tantenya. Jadilah ia harus pindah sekolah.
"Mili udah siap belum? Kalo udah yuk berangkat, Papa harus masuk pagi," ucap Devan sambil merapikan baju dinasnya.
"Iya Pa, bentar. Mili lagi pake sepatu,"
"Cepet ya, Papa tunggu di mobil."
Mili sudah duduk di kursi mobil bersama dengan papanya. Mobil melaju dengan kecepatan sedang.
"Nanti kayaknya Papa nggak bisa jemput Mili deh, Mili naik taksi aja ya pulangnya?
"Yah papa, baru juga hari pertama Mili masuk sekolah, udah disuruh pulang sendiri aja," Mili mendengus kesal, sambil mengerucutkan bibirnya.
"Papa kayaknya pulang nya lama Mili, besok mungkin bisa Papa jemput," rayu Devan kepada Mili karena Mili sudah ngambek.
"Janji ya Pa? Besok jemput Mili?" Mili bertanya dengan antusias.
Devan mengacak rambut anak kesayangannya itu dengan halus "Iya sayang."
"Yee, Mili sayang Papa," Mili memeluk erat papanya. Mili memang sangat dekat dengan Papanya, karena Mili sekarang hanya memiliki Devan. Jadi wajar saja kalau Mili sangat manja dengan Devan. Bagi Mili Devan adalah sosok yang sangat dia kagumi, papa adalah tempatnya untuk bercerita.
Mobil berhenti di depan gerbang sekolah. Mili langsung berpamitan dengan papanya. Mili segera turun dari mobil, dan berjalan memasuki halaman sekolah.
Ya ini adalah hari pertama Mili bersekolah, Mili sedikit gugup karena ia akan bertemu dengan teman baru.
Sekolah baru. Teman baru. Ya, Mili harus bisa beradaptasi dengan cepat.
***
Motor Milan memasuki sekolah, ia segera memarkirkan motornya dan melepaskan helmnya. Milan tidak langsung turun dari motor gedenya itu, Milan melihat spion untuk merapikan rambutnya. Siswi cewek yang memperhatikan Milan dari kejauhan berteriak histeris.
Mili sudah berjalan diparkiran sekolah, karena Mili kurang berhati-hati Mili menabrak seseorang.
Bruukkkk
Kepala Mili menabrak dada seorang pria, Mili langsung mendongak ke atas dan melihat pria di depannya itu dengan tatapan kagum. Ia langsung tersadar karena tubuhnya masih dekat dengan tubuh lelaki itu. Mili langsung mundur dua langkah untuk menjaga jarak.
"Maaf," Mili berkata sambil Melihat lelaki di depannya.
"Punya mata nggak sih? Kalo jalan tu yang bener!" Lelaki itu menjawab dengan ketus, ya dia adalah Adrian Milan Atdmaja.
"Gue nggak sengaja."
"Makanya mata tu dipake!"
Emosi Mili sudah terpancing, padahal ia sudah meminta maaf dari tadi. Tapi Milan masih saja memarahinya. Kesabaran Mili sudah habis "Elo tu ya. Gue udah minta maaf dari tadi, gue udah bilang nggak sengaja tapi masih aja nyerocos nggak jelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN [Completed]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW UNTUK MEMBACA] Biarlah kita menjadi kenangan. Kenangan yg selalu tersimpan rapat di dalam hati. Terima kasih sudah mengajariku apa itu cinta. Terima kasih sudah memberi bahagia walaupun sempat menggoreskan luka...