DUA PULUH TIGA

2.6K 133 51
                                    

Bel pergantian pelajaran sudah berbunyi dari tadi, tapi Mili masih saja tidak fokus. Ia bahkan tidak tahu materi apa yang disampaikan oleh gurunya, sampai bel istirahat berbunyi pun Mili tidak mendengarnya.

"Yuk kantin," ajak Dila.

"Lagi males gue, lo aja," jawab Mili dengan lesu.

"Yaudah gue ke kantin dulu ya, Bye Mili."

Selepas kepergian Dila, Mili hanya duduk diam sambil memainkan pulpen yang dipegangnya.

Kemudian ia menempelkan wajahnya ke meja, dan meemejamkan matanya mencoba untuk tidur.

Ternyata ia berhasil. Sudah hampir 15 menit Mili terlelap, dan tiba-tiba ponsel Mili berbunyi dan membuatnya terbangun.

Dengan mata yang masih tertutup ia merogoh saku nya untuk mengambil ponsel yang ada di sakunya.

Ternyata whatsapp dari Dila, Mili kembali ingin memejamkan matanya tapi ia merasa ada seseorang yang duduk di hadapannya.

Mili mulai melihat ke depan, ia sangat terkejut ternyata orang itu adalah Milan.

"Kayaknya mata gue udah mulai rusak deh," ujar Mili sambil mengucek kedua matanya.

Tapi bayangan Milan masih tidak hilang dari hadapannya dan bahkan sekarang bayangan Milan tersebut sedang tersenyum kepadanya.

"Astaga, gue rasa gue udah mulai gak waras lagi deh, gak mungkin lah kak Milan di sini," Mili masih bermonolog sendiri dan kali ini ia sedang memukul-mukul pipinya.

Milan tertawa melihat tingkah kekasihnya itu, "Kalo kamu gila, berarti kakak pacarnya orang gila dong."

"Ini beneran kak Milan?" tanya Mili dengan mata yang membelalak.

"Ya iyalah masa hantu, mana ada hantu cakep kayak kakak."

"Kok tiba-tiba bisa di sini?"

"Bisa lah, apa coba yang gak bisa."

Milan berdiri dari tempat duduknya, kemudian menarik lengan Mili, "bolos yuk?"

"Bolos?" tanya Mili tak percaya dengan ajakan Milan barusan.

"Iya, sekali-kali bolos gak papa lah."

Mili akhirnya menurut, dan sekarang ia hanya mengikuti langkah Milan.

"Eh, Mil mau kemana?" tanya Dila yang tak sengaja berpapasan dengan Mili dan Milan.

"Mau pacaran," jawab Milan asal tapi tidak menghentikan langkahnya.

Dila hanya diam tak mengerti, Milan yang kemarin hilangtiba-tiba sekarang muncul entah dari mana dan sekarang sedang menculik Mili. Terkadang Milan memang susah ditebak.

Mereka sudah sampai di tembok belakang sekolah.

"Kalo ketahuan guru gimana?" tanya Mili khawatir sambil melihat sekeliling.

"Udah tenang aja."

Milan mengambil tangga yang di sembunyikan di bawah tumpukan seng bekas.

Milan mulai menaiki tangga tersebut dan tidak sampai lima menit ia sudah berhasil sampai ke puncak. Mili tidak tahu sejak kapan kekasihnya itu mempunyai keahlian memanjat tembok.

"Ayo naik, gak usah takut, tangga nya kakak pegangin," teriak Milan dari atas tapi tidak terlalu keras.

Mili menuruti perkataan Milan dan mulai menaiki tangga dengan hati-hati.

Dan sekarang Mili sudah berada di puncak bersama dengan Milan.

Milan hanya menggelngkan kepalanya saat melihat tumpukan kayu yang sudah ada di bawah mereka. Sepertinya itu memang sengaja dibuat untuk mempermudah siswa yang akan bolos.

Milan yang pertama lompat ke bawah, tinggal Mili lagi yang belum melompat.

"Gak papa, gak akan jatuh kok," ujar Milan dari bawah.

Mili diam sejenak dan tampak sedang berpikir.

"Kakak tinggal nih," kata Milan lagi yang bersiap untuk pergi.

"E-eh jangan."

"Makanya ayok."

"Hm masalahnya gini, nanti pas aku lompat rok aku terbang dong," Mili mengatakan apa yang membuatnya dilema.

Milan tertawa, "keliatan dikit gak papa lah," ujar Milan menggoda Mili.

"Ihh."

"Yaudah kakak tutup mata," kata Milan sambil menutup kedua matanya.

"Jangan ngintip!"

"Iya, bawel banget sih pacar."

Brakk Mili melompat dan menabrak tubuh Milan, dan mereka terjatuh dengan posisi Mili berada di pelukan Milan.

Mili langsung berdiri dan merapikan pakaiannya, "maaf," katanya.

"Seharusnya lama-lama aja pacar," Milan mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Mili.

"Dasar modus."

Milan terkekeh pelan, kemudian ia menggenggam tangan Mili dan mengajaknya untuk masuk ke warung Mang Toi, warung yang memang menjadi tongkrongan bagi anak-anak Cyber High School yang sedang bolos.

"Pasti sering ke sini," ujar Mili yang sudah duduk di sebalah Milan.

"Iyalah, orang kalo upacara kita upacara di sini," Milan tersenyum tanpa dosa.

Tidak kaget lagi bagi Mili mendengar itu dari Milan, karena memang Milan tidak pernah upacara setiap hari senin.

Milan mengambilkan dua minuman dingin, dan membukanya lalu diberikan kepada Mili.

Mili masih menatap Milan yang sedang membuka botol minumannya.

"Kakak tau kakak ganteng tapi gak usah diliatin terus."

"Dih pede banget," Mili mengalihkan pandangannya yang awalnya menatap Mili dan sekarang sedang menatap Mang Toi.

"Kangen ya?"

Mili diam, sebenarnya banyak hal yang ingin ia tanyakan kepada Milan, tapi entah kenapa tidak bisa. Bibirnya terasa keluh.

"Maaf ya kakak gak kabarin kamu," ujar Milan menatap Mili dengan sorot mata bersalah.

Mili hanya tersenyum dan menatap minuman yang diberikan oleh Milan. Ia tidak bisa menatap mata kekasihnya itu, ia takut air matanya akan jatuh.

"Kakak ke luar kotanya mendadak," Milan mencoba menjelaskan.

"Iya gak papa kok kak, Mili ngerti," Mili kembali tersenyum.

Entah kenapa Mili ingin menjawab seperti itu, padahal hatinya menolak.

Milan menatap Mili dengan sangat serius "Kamu harus inget apapun yang terjadi kamu satu-satunya," katanya sambil membelai lembut pipi Mili.

Mili tidak mengerti maksud perkataan Milan barusan, tapi ia tersenyum, "iya aku percaya."

Terimakasih sudah membaca kisah MilMil Couple sejauh ini

Terimakasih sudah membaca kisah MilMil Couple sejauh ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MILAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang