Hari ini adalah hari senin. Dan hari ini adalah hari terlaknat bagi anak sekolah. Alasannya, tidak lain tidak bukan adalah upacara bendera, yang di laksanakan setiap hari senin.
Bagi, anak sekolahan ini adalah hari tersial. Karena mereka harus, mendengar ocehan guru sambil berpanas-panasan yang menurut mereka sama sekali tidak bermanfaat.
"Dih lama banget sih, cape nih gue. Mana panas banget," sahut Viona, salah satu anak kelas Mili.
"Percuma aja pak kepsek ngomong panjang lebar, orang kagak ada yang denger juga," sambung Meysi.
"Aelah, cepetan kali pak, hayati lelah," Dila ikut serta menyumbangkan suara nya.
Mili sedari tadi sibuk melihat-lihat ke barisan anak kelas dua belas. Tapi, ia tidak menemukan sosok Milan and the geng di sana.
"Lo kenapa Mil? Celingak-celinguk kek orang mau maling ayam?" tanya Dila, saat melihat ekspresi Mili seperti maling yang takut ketahuan.
"Gue cari kak Milan and the geng, tapi kok gak ada ya?" mata Mili masih meneliti ke barisan anak kelas dua belas.
"Yaelah, itu mah udah biasa kali Mil. Kak Milan and the geng itu emang gak pernah ikut upacara."
Mata Mili membelalak mendengar ucapan Dila barusan. "Serius lo Dil?"
"Ya buat apa gue bohong Mili. Kan udah gue bilang, mereka tu nakal-nakal seksi gitu."
***
"Kayaknya upacara nya udah selesai deh," Ujar Farhan sambil menghisap rokok nya.
"Bentaran lagi dong, gue masih mau ngerokok satu batang lagi" Fachri menyahut.
Mereka semua memang merokok, terkecuali Riki. Riki memang tidak merokok, karena ia mempunyai asma jadi ia tidak bisa merokok.
"Lo tu udah habis satu bungkus Ri," Riki mengingatkan Fachri. Notabenenya Riki memang suka mengingatkan teman-temannya hanya saja mereka tak pernah menampik perkataan Riki, hanya di iyakan saja namun tak pernah di praktekan.
"Tumben lo gak habis satu bungkus Lan? Biasanya kuat banget," Farhan melihat Milan yang sudah mematikan puntung rokoknya.
"Udah kurang gue ngerokok sekarang."
"Lah ada angin apaan Lan?" Riki tampak terkejut.
"Aelah lu Ki. Gue ngerokok di ceramahin, gue udah kurang ngerokok di tanyain. Mau kamu apa sih?" Milan mulai berkata dengan nada lebay.
"Jijik Lan jijik."
"Haha, udah yuk cabut."
Mereka sudah di belakang sekolah, untuk bersiap melakukan rutinitas mereka seperti biasanya yaitu memanjat pagar belakang sekolah.
"Buruan, sini lempar tas lo dulu oon," Fachri berteriak dari atas.
"Nih, tangkep tas gue."
Akhirnya mereka berhasil memanjat pagar belakang sekolah. Dalam urusan ini, Milan and the geng sangat-sangat pandai.
"Selamat," ujar Milan sambil menyandang tas nya. "Kira-kira sih burung beo, udah masuk belum ya?" sambung Milan.
Tapi, tidak ada yang membalas ucapan Milan. Seketika semuanya menjadi hening dan membuat Milan bertanya-tanya.
"Eh lo pada kenapa pada diem? Sariawan semua?" tanya Milan heran tapi masih dengan posisi menghadap ke belakang.
"Iya sariawan," terdengar sahutan dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN [Completed]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW UNTUK MEMBACA] Biarlah kita menjadi kenangan. Kenangan yg selalu tersimpan rapat di dalam hati. Terima kasih sudah mengajariku apa itu cinta. Terima kasih sudah memberi bahagia walaupun sempat menggoreskan luka...