Mili sedang tiduran di kamarnya, sambil membaca novel yang ia beli tadi. Ini sudah novel kedua yang dibacanya malam ini.
Mili berhenti membaca karena ia teringat akan sikap Milan yang begitu marah kepadanya tadi sore. Mili mengingat betul setiap detail wajah Milan, ia seperti sangat khawatir.
"Segitu nya ka Milan khawatir sama gue?" Mili bermonolog sendiri.
"Tapi gue kok ngerasa senang ya saat kak Milan bilang dia khawatir sama gue? Apa sekarang gue sedang jatuh cinta? Jadi gini rasanya jatuh cinta?
"Tapi gue masih belum tau tentang perasaan gue ke kak Milan itu cinta atau nggak. Gue belum mau ambil kesimpulan yang gue juga belum tau kepastiannya. Yang jelas gue belum siap buat patah hati," Mili melanjutkan membaca novelnya.
Karena matanya sudah tidak bersahabat lagi, Mili akhirnya tertidur dengan novel masih berada di tangannya.
Tok tok tok
terdengar suara ketukan dari pintu kamar Mili. Tapi tidak ada jawaban.
Cekrek
Pintu kamar terbuka, ternyata yang datang adalah Milan. Milan melihat Mili yang sudah tertidur dengan novel masih di tangannya. Milan tersenyum melihat Mili yang begitu damai tertidur.
Diambilnya novel yang ada ditangan Mili dan di letakkannya di brankar meja. Kemudian Milan duduk di ranjang samping Mili, ia masih terus memperhatikan wajah Mili lekat-lekat.
Milan menutupi tubuh Mili dengan selimut "Kamu pasti kecapean ya? Maafin kak Milan ya tadi sore udah bentak kamu, kak Milan cuma khawatir sama kamu," kata Milan menatap sendu Mili yang masih tertidur.
"Tidur yang nyenyak cantik, Goodnight," Milan mengelus rambut Mili sebelum kemudian meninggalkan Mili yang sudah terlelap dalam mimpi.
***
Mili sudah berada di sekolah, begitu juga dengan Milan.
"Heiio," tegur Dila.
"Tumben amat lo datang pagi Dil."
"Ah elo mah giliran gue datang pagi salah datang siang juga salah," cibir Dila.
"Yah heran aja sih."
Dila duduk di sebelah Mili sambil memainkan ponselnya.
"Gimana lo sama kak Milan?" Dila membuka suara setelah beberapa saat hening.
"Gimana apanya?" tanya Mili yang tak mengerti.
"Yah hubungan lo sama kak Milan lah," kata Dila sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku.
"Kayak biasa aja," jawab Mili seadanya.
Tapi ia langsung mengingat kejadian kemarin saat Milan marah kepadanya.
"Tapi kemarin dia marah gitu ke gue Dil."
"Marah gimana?" Dila mulai serius menatap Mili.
"Kemaren kan gue pergi ke toko buku tu, nah gue nggak bilang kalo mau pergi. Gue langsung pergi aja, terus gue kelamaan di toko buku. Udah sore banget gue baru pulang, eh pas gue sampe rumah dia udah ada di ruang tengah dan gue langsung kena semprot," Mili menceritakan kejadian kemarin.
"Kena semprot pake air maksud lo Mil?"
"Ya kagak la Dila. Maksud nya kena marah."
"Kak Milan marah karena lo pergi gak kabarin dia?" tanyanya lagi.
Mili hanya mengangguk.
"Berarti dia care sama lo Mil. Dia nggak mau lo kenapa-napa, makanya dia marah."
KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN [Completed]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW UNTUK MEMBACA] Biarlah kita menjadi kenangan. Kenangan yg selalu tersimpan rapat di dalam hati. Terima kasih sudah mengajariku apa itu cinta. Terima kasih sudah memberi bahagia walaupun sempat menggoreskan luka...