Bel sudah berbunyi. Bu Nilam selaku guru ekonomi sudah masuk ke kelas.
Bu Nilam langsung memulai pelajaran, karena ia sudah tahu pasti bangku siapa yang kosong.
Saat bu Nilam sedang mencatat di papan tulis, karena kelas yang hening terdengar suara seseorang.
"Sstttt," suara desisan itu semakin kencang. Dan bu Nilam langsung menoleh ke arah suara tersebut.
Dilihatnya, Milan sedang mengendap-endap masuk ke dalam kelas.
Fachri yang melihat bu Nilam sudah melihat Milan, langsung mengedipkan matanya untuk memberikan kode kepada Milan.
Milan yang tak paham maksud Fachri, hanya menggaruk-garuk tengkuk kepalanya yang tidak gatal.
"Paan sih Ri? Mata lu kedap-kedip kek lampu disko gitu?" tanya nya masih sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu.
Fachri masih sibuk memberikan kode kepada Milan, tapi tetap saja Milan gagal paham.
Saat, Milan ingin melanjutkan langkahnya, langkahnya terhenti seperti ada seseorang yang menarik bajunya.
"Lah, kok gue gak jalan-jalan ya?" ujarnya bermonolog sendiri.
Yang lain hanya menahan tawa melihat Milan yang kebingungan.
"Atau jangan-jangan ada hantu ya yang narik baju gue?" Milan kembali bermonolog sendiri.
Bu Nilam langsung menjewer telinga Milan, yang membuat Milan berteriak kesakitan.
"Bagus kamu ya! Datang telat lagi!" bu Nilam berkata masih sambil menjewer telinga Milan.
"Aduh bu, sakit bu," rintih Milan meringis kesakitan.
"Kamu itu! Brandal banget ya! Udah hebat kamu? Baju di keluarin, itu apa maksudnya kancing baju dibuka-buka!" bu Nilam sudah melepaskan jewerannya.
"Ah ibu mah gak gaul banget sih. Biar keliatan keren lah bu," jawab Milan percaya diri sambil tersenyum menaikkan kedua alisnya.
"Sudah duduk kamu sana!"
"Ibu baik banget deh, coba dari tadi. Kan jadi tambah sayang Milan sama ibu," ucap Milan dengan nada semanis mungkin.
Bu Nilam hanya mengelus-elus dadanya, melihat kelakuan Milan.
"Untung anak kek kamu cuma satu, kalo ada 10 bisa mati berdiri saya," ujar bu Nilam.
Seisi kelas langsung tertawa mendengar pernyataan bu Nilam.
***
"Jadi, nginep rumah gue gak nih?" tanya Mili kepada Dila yang masih sibuk mengotak-atik hpnya.
Tidak dapat jawaban dari Dila, Mili langsung mencubit lengan Dila.
"Awww," teriak Dila kesakitan.
"Rasain."
"Sakit tau Mil," ujar Dila masih meringis kesaktan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN [Completed]
Fiksi Remaja[BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW UNTUK MEMBACA] Biarlah kita menjadi kenangan. Kenangan yg selalu tersimpan rapat di dalam hati. Terima kasih sudah mengajariku apa itu cinta. Terima kasih sudah memberi bahagia walaupun sempat menggoreskan luka...