Hari sudah pagi, tetapi Mili masih nyenyak tidur dialam mimpinya.
Tok tok tok
Terdengar ketukan dari luar. Tetapi tidak ada sahutan. Ternyata pintu kamar Mili tidak dikunci. Devan berjalan memasuki kamar Mili. Devan duduk di ranjang Mili dan memandangi wajah anak satu-satunya itu dengan seksama.
Devan mengelus lembut rambut Mili, dilihatnya foto yang terpajang di meja samping tempat tidur Mili. Diambilnya foto itu dan tersenyum. Foto itu adalah foto nya bersama istrinya dan Mili, senyum mereka sangat bahagia. Dan tidak terasa air mata Devan telah jatuh di pipinya, dan Devan berkata secara lirih "Maafin papa ya nak, papa jarang nemenin kamu. Papa juga sedih harus tinggalin kamu sendirian, Papa tau pasti kamu merasa kesepian kan nak? Tapi kamu berusaha nggak bilang ke Papa kalo kamu kesepian, Papa tau kamu gak mau buat Papa sedih."
"Makasih udah jadi sumber kekuatan buat papa, kamu adalah harta papa yang paling berharga," Devan mencium kening Mili, dan air matanya jatuh kembali.
Mili terbangun dari tidurnya. Dan dilihatnya Devan sudah ada di sampingnya. Mili mengucek-ngucek matanya.
"Eh Papa," ujar Mili dengan nada khas orang baru bangun tidur.
"Eh anak Papa udah bangun," Devan mencubit hidung Mili dengan pelan.
"Ihh Papa," rengek Mili.
"Kok Papa di sini?" tanya Mili lagi.
"Tadi Papa ketuk pintu nggak ada sahutan eh ternyata pintu nya gak dikunci. Yaudah Papa masuk aja deh, Papa mau bangunin kamu, udah pagi nanti telat lagi," Devan menjelaskan.
"Ohh gitu," Mili mengangguk paham.
"Yaudah gih kamu mandi sana," titah Devan sambil beranjak meninggalkan kamar Mili.
"Siap bos," Mili memberi hormat kepada Papanya.
Mili sudah selesai mandi dan ia sedang memasukkan buku-buku pelajarannya. Setelah selesai, Mili segera turun. Dan langsung sarapan bersama papanya. Saat Mili sedang asyik mengunyah makanannya, terdengar suara bel dari luar. Mili langsung berdiri dan segera ke depan untuk membuka pintu. Mili terkejut saat membuka pintu, melihat siapa yang berdiri di hadapannya sekarang.
"Selamat pagi," Pria itu tersenyum kepada Mili, sambil mengacak pelan rambut Mili.
Mili hanya diam mematung sembari masih memperhatikan pemandangan di depannya ini.
"Om Devan ada Mil?" tanya pria itu kembali. Dan Mili hanya mengangguk saja sebagai jawaban atas pertanyaannya. Pria itu langsung masuk ke dalam, dan meninggalkan Mili yang masih mematung di pintu.
"Pagi Om," pria itu menyapa Devan, yang sedang menikmati sarapan paginya.
"Eh udah datang kamu Lan, duduk," Devan tersenyum kearah Milan.
Mili yang menyadari bahwa Milan tidak ada di depannya lagi, langsung masuk ke dalam. Dilihatnya Milan, sedang berbincang bersama Papanya.
"Habisin dulu sarapannya Mili," Devan berkata kepada Mili. Dan Mili hanya menurut, ia segera duduk di meja makan dan menghabiskan makanannya.
"Kok kak Milan ada di sini sih?" Mili menatap Milan dengan tatapan bingung.
"Papa yang suruh sayang," Devan menjawab pertanyaan Mili.
"Lah kenapa Pa?" sekarang Mili menatap Papanya dengan dahi berkerut.
"Papa hari ini harus berangkat ke Jogja, nggak lama kok cuma satu minggu. Jadi selama papa di Jogja kamu tinggal sama Mami sama Papi dulu. Papa khawatir kalo kamu sendirian."
KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN [Completed]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW UNTUK MEMBACA] Biarlah kita menjadi kenangan. Kenangan yg selalu tersimpan rapat di dalam hati. Terima kasih sudah mengajariku apa itu cinta. Terima kasih sudah memberi bahagia walaupun sempat menggoreskan luka...