Now Playing = Akhir Cerita Cinta - Glenn Fredly
***
Hari-hari yang Mili lewati sekarang sudah berbeda, tidak ada lagi spam chat dari Milan, tak ada lagi Milan yang sering menganggunya, dan tak ada lagi Milan yang sangat gemar membuat Mili salah kostum jika sedang bepergian dengannya. Sekarang semuanya sudah berbeda, tak lagi sama seperti dulu.
Sekarang pernyataan Dila dulu yang bilang bahwa semua orang akan mengalami patah hati dengan cara apapun itu benar adanya, buktinya sekarang Mili mengalaminya. Rasa sakit bercampur kecewa semuanya campur aduk. Itu semua harus Mili tanggung karena kemarin dia sudah memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Milan yang ia tidak tau apa yang akan terjadi ke depannya nanti.
"Pokoknya mulai hari ini, menit ini, detik ini lo harus lupain kak Milan," omel Dila yang sudah menyimpan semua alat tulisnya dan bersiap untuk pulang.
"Maunya sih juga gitu Dil, tapi hati gue belum sepenuhnya siap," jawab Mili yang kali ini sudah berjalan mendahului Dila.
Dila mengejar Mili dan menyesuaikan langkahnya, "Gue gak suka aja, kenapa coba kak Milan kayak gitu? Mentang-mentang dia cakep dia bisa seenaknya aja gitu ninggalin lo dan dengan mudahnya dia bilang kalo dia gak suka lagi sama lo," omel Dila panjang lebar.
Mili tersenyum kaku, sepertinya perkataan Dila barusan mengingatkan kebenarannya bahwa sekarang Milan sudah benar-benar mencampakkan dirinya.
"Mili," panggil Derren diikuti dengan lambaian tangannya dari jarak kurang lebih seratus meter.
"Iya, kenapa kak?" tanya Mili kepada Derren yang sekarang sudah ada di hadapannya.
"Hmm, pulang bareng yuk?"
Mili bingung bagaimana caranya ia menolak penawaran Derren untuk mengantarnya pulang, ia tidak enak hati, tapi di sisi lain Mili memang tidak mau jika ia diantar oleh Derren, pasalnya dia baru saja putus dari Milan dan itu belum sampai satu minggu dan gosipnya sudah beredar di seluruh penjuru sekolah, jika ia menerima tawaran Derren sudah pasti akan ada gosip-gosip lagi yang beredar.
Sebenarnya Mili tidak ambil pusing dengan omongan-omongan itu, toh Mili memang tidak seperti yang mereka katakan tapi tetap saja, Mili ingin menjaga perasaan seseorang, yang padahal belum tentu orang tersebut menjaga perasaannya juga.
"Itu bukannya sih curut yang lagi ngobrol sama sih Mili?" tunjuk Riki yang sekarang sedang memperhatikan Mili yang sedang berbincang dengan Derren di radius jarak kurang lebih lima puluh meter.
"Eh iya bener itu si kampret Lan," sambung Farhan yang sekarang juga ikut mengamati keduanya.
Milan tidak menggubris perkataan teman-temannya, ia berjalan lurus saja ke depan, dan sekarang Milan sudah berdiri di dekat Mili dan Derren.
Mili melihat Milan yang berjalan ke arahnya, ia menatap dalam-dalam manik mata lelaki yang sampai sekarang masih setia menghiasi hatinya itu.
"Minggir," ujar Milan dingin, "lo ngalangin gue buat ngambil motor gue," sambungnya lagi.
Ternyata Mili berdiri tepat di belakang motor Milan, entah kenapa bisa kebetulan seperti itu. Mili otomatis menggeser tubuhnya dan memberikan ruang agar Milan bisa lewat.
"Gimana jadi pulang bareng gak?" tanya Derren kembali yang sekarang dengan nada yang cukup keras, agar Milan bisa mendengarnya.
"Mau kok kak," jawab Dila cepat.
Sontak Mili langsung memeloti Dila, dan mencubit lengan Dila secara diam-diam. Bagaimana Mili tidak kesal dengan ulah sahabatnya itu, dengan mudahnya Dila menerima ajakan Derren untuk mengantarnya pulang, terlebih lagi Dila mengiyakan nya di depan Milan dan teman-temannya. Mili tak habis pikir dengan Dila, dimana akal sehat Dila.
Milan seperti tak perduli dengan yang terjadi di sekitarnya, ia bahkan sudah bersiap untuk memasang helmnya.
"Yaudah yuk," ajak Derren yang kali ini sudah menarik lengan Mili untuk segera pergi dari tempat itu.
"Lo kata mau nyebrang jalan pake pegangan tangan segala," sindir Riki yang melihat itu.
"Urusannya sama lo apa?"
Mili masih menatap Milan, ia sangat berharap bahwa Milan akan mencegahnya untuk pulang bersama Derren.
"Lan, lo mau diem aja?" Kali ini Fachri yang berbicara secara terang-terangan.
Milan memasang helmnya dan bersiap untuk menghidupkan mesin motornya, "Gue gak perduli."
Rasanya air mata Mili ingin jatuh saat Milan mengatakan itu, sepertinya sekarang Milan benar-benar sudah tidak perduli lagi dengan dirinya.Sepertinya kisah cinta Mili memang sudah berakhir dari kemarin, hanya saja Mili memang belum bisa menerima kenyataan bahwa dia dan Milan sudah tidak bersama lagi.
Derren menyeringai puas, "Lo denger sendiri kan apa yang barusan temen lo bilang?" kemudian ia menarik lengan Mili untuk benar-benar meninggalkan tempat itu.
Milan sudah menghidupkan mesin motornya dan sudah menjalankan motornya meninggalkan ketiga temannya yang masih berdiri di sana.
"Kak Milan kenapa jahat banget sama Mili sih kak?" tanya Dila langsung to the point.
Fachri menggeleng pelan, "Kita juga gak tau, tiba-tiba dia bilang kalo dia udah putus dari Mili."
"Sebagai sahabatnya aku gak terima kalo Mili diginiin sama kak Milan," Dila menyipitkan matanya sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Kita juga bingung harus gimana sekarang, kita udah coba buat ngomong sama Milan tapi hasilnya sama aja, Milan sepertinta memang sudah yakin dengan keputusannya."
"Sekarang gue hanya berharap kalo Milan masih mempertimbangkan keputusannya dan bisa balik lagi sama Mili, tapi kalo emang gak bisa gue rasa Milan punya alasan yang kuat ngelakuin semua ini. Alasan yang cuma dia sendiri yang tau, karena gue tau banget kalo Milan bener-bener sayang sama Mili. Gue percaya kalo Milan ngelakuin ini buat kebaikan Mili sendiri," ujar Fachri.
Mungkin perkataan Fachri benar, Milan melakukan itu karena ada alasan yang kuat. Setau Dila memang Milang sangat mencintai Mili begitu juga sebaliknya. Tapi, tetap saja apapun alasan Milan, Dila tetap tak bisa menerimanya, karena menurutnya Milan sudah menyakiti sahabatnya dengan alasan apapun dan dengan cara apapun Milan tetap salah karena sudah menyakiti sahabatnya itu.
Alasan Dila menerima ajakan Derren juga untuk kebaikan Mili sendiri, Dila tidak mau melihat sahabatnya itu terluka lagi karena Milan. Dila juga berharap semoga dengan bersama Derren, Mili bisa melupakan Milan dan mencoba untuk membuka hati untuk orang yang baru.
Halo semuanya
Gimana sampai part ini?
Aku ikutan sedih
Mereka putus :(Tapi gimana lagi emang seperti itu adanya
Jadi rindu kebersamaan MilMil couple
Kalian gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN [Completed]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW UNTUK MEMBACA] Biarlah kita menjadi kenangan. Kenangan yg selalu tersimpan rapat di dalam hati. Terima kasih sudah mengajariku apa itu cinta. Terima kasih sudah memberi bahagia walaupun sempat menggoreskan luka...