DUA PULUH DUA

2.6K 140 71
                                    

Hari ini Mili tidak masuk sekolah, terpaksa ia harus izin kerena hujan-hujanan kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Mili tidak masuk sekolah, terpaksa ia harus izin kerena hujan-hujanan kemarin.

Sebenarnya Mili tetap mau sekolah tetapi fisik nya menolak mentah-mentah.

Mili sangat tidak mau yang namanya sakit. Ia sangat benci dengan hal-hal yang membosankan. Karena sakit ia harus stay di tempat tidur.

Devan juga terpaksa harus izin tugas, karena harus merawat Mili. Devan tidak tega jika harus meninggalkan Mili yang sedang sakit sendirian.

"Udah minum obatnya sayang?" tanya papa.

"Udah, pa."

"Yaudah, kalo gitu kamu istirahat lagi ya."

Mili mengambil ponselnya, ia sangat berharap ada whatsapp dari Milan, dari kemarin Milan tidak mengabari dan tidak membalas pesannya.

Hasilnya tetap sama. Tidak ada satu pesan pun dari Milan! Mili memasang headset dan memutar lagu Bigbang – Fxxx it hanya mereka lah yang bisa membuat mood Mili menjadi baik kembali. Dan alhasil Mili sudah seperti orang gila ia berkomat-kamit bernyanyi sambil menutup kedua matanya.

Saat Mili membuka matanya. Tadaaa! Ia terkejut melihat sesosok makhluk di depannya ini.

"Astagfirullah Dila, gue pikir lo dedemit dari mana," ujar Mili sambil menutup kedua mulutnya.

"Setan lo Mil! Bilang gue dedemit. Mana ada dedemit secantik gue gini."

"Yah, abisnya lo tiba-tiba udah duduk di sini aja, untung gue gak ada riwayat penyakit jantung."

"Dari tadi gue udah ketuk pintu, bahkan om Devan juga udah teriak bilang kalo ada gue."

"Kok gue gak denger ya?"

Dila mencabut headset yang di pakai Mili, "gimana mau denger, kalo lo pake headset," ujar Dila kesal.

"Eh, iya lupa," Mili terkekeh pelan.

"Dasar kunti!"

"Ih, masa gue di bilang kunti? Elo tu dedemit," Mili membalas Dila kerena tak terima.

Dila bangkit dan mengambil kaca, dan memberinya kepada Mili "Nih, liat tu! Penampilan lo udah kayak kunti aja tau gak."

Mili melihat penampilannya di kaca, rambut-acak-acakan persis seperti anak kunti! Eh gak deng, masa Mili cantik-cantik di bilang kunti.

"Hihihiii," ujar Mili meniru suara kuntilanak sambil memperbaiki rambutnya yang acak-acakan.

Dila meletakkan parsel buah yang di bawanya tadi di nakas.

"Duh, baiknya," ujar Mili sambil mencubit pipi Mili.

"Miliii! Ntar gue gak chabi lagi," teriak Dila kesal,

"Bakpao nya aa Iki," Mili menggoda Dila.

Wajah Dila memerah, "Dih mukanya merah, udah kayak cabe-cabean aja," ujar Mili lagi.

MILAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang