DUA PULUH LIMA

2.1K 123 32
                                    

Maksud perkataan Milan barusan sangat tidak dimengerti oleh Mili, tiba-tiba Milan bilang kalo dia mau putus tanpa alasan dan sebab yang jelas, dan yang lebih tidak masuk akal lagi Milan mengatakan itu tepat sesudah merayakan hari jadi mereka.

Senyum yang dari tadi terpancar cerah di wajah Mili telah sirna digantikan dengan hujan yang sedang bersiap mengguyur hatinya.

"Maksud kakak? Kakak bercanda kan?" ujar Mili sambil tertawa getir.

"Gak, kakak serius."

"Kenapa? Alasannya apa kak? Aku buat salah sama kakak? Jelasin biar aku bisa perbaikin kesalahan aku," Mili mencoba mencari tau sebab Milan memutuskannya.

"Gak ada yang ingin gue jelaskan, gue rasanya semuanya udah jelas, gue udah bilang kalo gue mau putus sama lo," Milan berbicara dengan Mili tidak lagi menggunakan aku-kamu tapi sudah kembali memakai gue-elo dimana saat mereka tidak kenal sama sekali.

Air mata Mili menetes, kakinya lemas mendengar pernyataan Milan barusan. Kebahagiaan yang Milan berikan hari ini lenyap begitu saja saat Milan mengatakan kata 'putus'. Pernyataan Mili yang awalnya merasa seperti wanita yang paling bahagia pun sekarang harus diralat kembali.

Milan meninggalkan Mili, dan melajukan mobilnya tanpa berpamitan lagi kepada Mili. Sedangkan Mili masih mematung ditempat melihat Milan yang sudah pergi dengan air mata yang berjatuhan di pipinya.

***

Hari ini Mili bertekad untuk menanyakan alasan Milan memutuskannya. Setidaknya jika memang Milan ingin putus darinya, Milan harus memberitahukan alasannya. Karena bagi Mili pacaran itu adalah komitmen. Komitmen yang dibuat bersama-sama, jika memang salah satunya tidak lagi sepaham dengan komitmen tersebut, memang benar ia harus berhenti tetapi ia harus menjelaskan setidaknya alasan yang bisa diterima oleh pasangannya.

Kabar putusnya Mili juga sudah tersebar luas di sekolah, jadi sekarang banyak cewek-cewek yang kembali mendekati Milan, termasuk Lexa.

"Lo yakin mau nemuin kak Milan?" tanya Dila yang tampak ragu dengan keputusan Mili.

"Iya Dil, setidaknya gue harus tau alasan dia mutusin gue karena apa."

"Tapi Mil percuma, udah lah lebih baik lo lupain kak Milan."

"Pokoknya gue harus tanya langsung sama dia."

Mili sudah menyiapkan hatinya untuk mendengar penjelasan dari Milan, ia harus mempersiapkan hatinya dulu karena mungkin hatinya akan terluka ketika mendengar penjelasan dari Milan. Walaupun akan terluka tetapi Mili tetap harus mendengarnya, terlebih lagi ia masih sangat mencintai Milan.

Mili sudah meminta bantuan Fachri agar ia bisa bertemu dengan Milan, karena Milan tidak akan mau jika Mili yang mengajaknya, pesan yang dikirimkan Mili saja diabaikannya. Mili tambah bingung, ia terus berpikir apa salahnya sampai Milan melakukan ini kepadanya.

Kak Fachri

Mil ke belakang lab fisika, Milan udh otewe

Makasih banyak ya kak

Sama-sama, Goodluck ya.

"Gue ke lab fisika dulu ya Dil, kak Milan udah ke sana,"

"Gue temenin aja ya?"

Mili menggeleng, "gak usah."

Mili berjalan ke arah lab fisika, dilihatnya Milan sedang duduk sambil memainkan ranting pohon yang jatuh.

"Kak," sapa Mili.

Milan sangat tahu suara siapa itu, ia mendongakkan kepalanya tapi ia masih diam tak berkutik.

Mili menatap matanya, mata yang selama ini memberikan ketentraman baginya. Mili masih tidak percaya pada perkataan Milan kemarin, ia sangat berharap bahwa ini adalah mimpi buruk tapi sepertinya tidak, ini adalah kebenarannya bahwa semuanya sudah berakhir.

Milan langsung bangkit dan beranjak ingin pergi, ternyata ia sudah dibohongi oleh Fachri. Tapi, Mili langsung menahan lengan Milan, "aku mau ngomong."

Langkah Milan terhenti, "apa lagi? Bukankah semuanya sudah jelas? Atau perlu diperjelas lagi?" kata Milan langsung to the point.

"Alasan, aku butuh alasan, apa alasan kak Milan mutusin aku? Bukankah kemarin kita baik-baik aja? Bahkan kita kemarin banyak menghabiskan waktu bersama, lalu apa alasannya?"

Milan tersenyum sinis, "gak semua keputusan butuh alasan."

"Aku belum bisa terima keputusan kak Milan yang sepihak ini, karena aku butuh penjelasan. Di dalam hubungan ini bukan cuma kak Milan yang berperan, aku juga ada andil dalam hubungan ini. jadi wajar kalo aku butuh penjelasan dari kak Milan."

Lagi-lagi Milan tertawa sinis, "sepihak?" jedanya, "kalo di dalam hubungan, dan yang satunya lagi gak bisa ngelanjutin ya semuanya harus berakhir, kan cinta itu gak bisa dipaksa."

"Kalo emang kak Milan udah gak cinta lagi sama aku, kenapa kemarin kita masih menghabiskan waktu bersama? Kenapa gak langsung putusin aku?"

"Gak perlu repot-repot nyiapin suprise anniversarry buat aku, kak Milan tau kemarin adalah hari paling indah dihidupku dan yang membuat semuanya indah itu kak Milan, tapi semuanya lenyap saat kak Milan bilang kata putus, bahagia yang kak Milan kasih langsung hilang tergantikan dengan luka yang sangat perih ketika mendengar kata itu." Mili mencoba mengeluarkan isi hatinya.

"Sekarang yang udah ya udah, gue udah bilang kalo hubungan gue dan elo itu udah berakhir, yang harus lo tau Mil setiap hati manusia bisa berubah."

Jleb perkataan Milan barusan sangat menusuk hatinya, apa mungkin perasaan Milan kepada Mili sudah berubah? Mili sangat tidak percaya itu, Mili masih sangat yakin bahwa Milan masih mencintainya.

"Gak mungkin perasaan kak Milan berubah secepat ini. Aku hanya butuh kejelasan, apakah salah jika aku menginginkan kejelasan dalam suatu hubungan?"

Milan tersenyum meremehkan, "udah lah, cowok lain juga masih banyak. Gue rasa lo harus lupain gue dari sekarang," ujar Milan sambil berbalik dan pergi meninggalkan Mili yang masih membeku di tempat.

Kembali update lagi hehe

Milan nya ngeselin banget ya?

Vote dan komentarnya selalu ditunggu yaa

Makasih :)

MILAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang