"Jadi kita shopping dulu kan?" tanya Lexa kepada kedua temannya yang sedang asik memainkan ponselnya.
"Yap," jawab Loli tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Nggak ke salon dulu aja nih?" tanya Zidny yang duduk di belakang.
"Shopping dulu aja deh Ni," ajak Lexa.
"Yaudah."
Mereka sudah sampai di mall. Dan mereka memasuki salah satu butik ternama yaang memang merupakan butik langganan mereka.
"Selamat sore mbak," ujar salah satu karyawan dengan ramah.
"Sore," jawab Loli.
"Ada fashion keluaran terbaru?" tanya Lexa.
"Ada mbak, sini saya antar," karyawan itu mengantarkan Lexa dan teman-temannya ke bagian brand fashion terbaru dan limited edition itu.
"Eh girls ini sepatunya keren banget deh," ucap Zidny sambil memandang kagum sepatu yang ada di depannya.
"Berisik deh Ni, tinggal beli aja. Jangan kek orang susah deh," ujar Lexa kesal.
"Bener banget Lex," sahut Loli.
"Iya deh iya maaf, kan gue tadi histeris gitu," jawab Zidny.
Sudah sekitar satu jam mereka berkeliling, dan akhirnya mereka sudah memutuskan untuk membeli beberapa barang.
"Bayar nya digabung aja atau dipisah mbak?" tanya pegawai tersebut.
"Disatuin aja," jawab Lexa.
"Biar gue aja yang bayar, gue lagi mau traktir kalian" Lexa berkata kepada Loli dan Zidny.
"Serius lo Lex?"
"Iya Loli," jawab Lexa datar.
"Yeee macih Lexaku," kata Loli sambil memeluk Lexa.
"Iya-iya biasa aja deh. Kayak nggak pernah gue traktir aja."
"Semuanya tiga puluh empat juta mbak," pegawai itu berkata kepada Lexa. Lexa langsung memberikan kartu kreditnya kepada mbak-mbak kasir itu.
"Terima kasih mbak," ujar kasir itu tersenyum kepada Lexa dan mengembalikan kartu kredit Lexa.
Ya Lexa dan teman-temannya memang penggila barang-barang mewah, mereka tidak sungkan mengeluarkan uang mereka demi barang mewah itu. Pernah, Lexa membeli jam tangan seharga tujuh puluh lima juta, menurutnya uang segitu sangat kecil. Papa Lexa memang memiliki perusahaan ternama di Singapura, jadi wajar saja jika Lexa sering membeli barang-barang mewah.
"Makan yuk, laper gue," ajak Lexa.
"Cus."
Akhirnya mereka sudah tiba di restoran di dalam mall. Mereka sudah memesan makanan, selagi menunggu makanan datang, mereka asik mengobrol. Dan tiba-tiba obrolan mereka terhenti saat, ada yang memanggil Lexa.
Ternyata yang memanggil adalah Derren, mantannya sekaligus bisa dibilang musuhnya Milan. Milan dan Derren memang sering berkelahi, karena Derren putus dengan Lexa, yang menurut Derren penyebabnya adalah Milan. Padahal Milan tidak menyukai Lexa, tetapi Lexa saja yang selalu mengejar-ngejar nya.
"Hei Lex," ujar Derren yang sudah menghampiri Lexa.
"Eh lo Ren," jawab Lexa malas.
"Ngapain di sini?" tanya Derren.
"Ya makan lah."
"Bertiga doang?"
"Keliatannya gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN [Completed]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW UNTUK MEMBACA] Biarlah kita menjadi kenangan. Kenangan yg selalu tersimpan rapat di dalam hati. Terima kasih sudah mengajariku apa itu cinta. Terima kasih sudah memberi bahagia walaupun sempat menggoreskan luka...