TIGA PULUH TIGA

2.4K 121 14
                                    

Suasana di kantin hari ini lumayan sepi tidak seperti biasanya. Mungkin karena sekarang memang sudah bel masuk, jadi semua murid sudah masuk ke kelasnya masing-masing. Terkecuali kelas Mili, mereka baru saja istirahat karena jam istirahat mereka tadi digunakan untuk melanjutkan ulangan kimia yang memang sempat ditunda beberapa waktu lalu.

"Pak Yono kira gue ahli kimia apa, harus hapal semua tabel oksidasi belum lagi rumus-rumus yang sangat unfaedah," omel Dila sedari tadi.

Mili terkekeh kecil, "padahal ulangannya udah ditunda, tapi masih aja lo gak belajar."

"Males banget gue, udah ketetapannya dari dulu bahwa pelajaran kimia itu emang pelajaran yang sangat-sangat menyebalkan."

Mili mengambil tempat duduk sedangkan Dila memesan bakso untuk mereka berdua. Mili melihat isi kantin, yang semuanya dipenuhi oleh anak kelas Mili. Ketika sudut mata Mili melihat ke pojokan, Mili memicingkan matanya. Milan and the geng masih berada di sana, dan Yasmin yang sekarang mungkin memang menjadi bagian dari mereka. Jelas, karena Yasmin memang dekat dengan Milan ditambah lagi mereka sekelas.

Mili mencoba mengalihkan pandangannya, tapi matanya selalu saja ingin memperhatikan sosok yang sedang tertawa bersama teman-temannya itu. Sampai ketika Milan mengangkat wajahnya dan bersitatap dengan mata Mili. Keduanya terdiam. Dengan cepat Mili memutuskan kontak mata keduanya.

Dila sudah kembali dengan dua mangkuk bakso di tangannya.

"Gak usah diliatin," kata Dila yang tahu kemana mata Mili tertuju.

Mili hanya menurut, kemudian melahap baksonya.

"Lo yang kasih tau kak Derren kalo gue waktu itu ada rooftop?"

"Kapan? Kayak nya gak deh," elak Dila.

"Udah deh gak usah bohong."

Dila menyeruput es jeruknya, "iya-iya gue."

"Kenapa lo kasih tau kak Derren?" Mili menatap tajam Dila seperti harimau yang siap menyerang mangsanya.

"Kan gue khawatir, makanya gue minta tolong kak Derren buat cari lo," Dila berterus terang.

Tiba-tiba yang menjadi objek pembicaraan sudah ada di belakang Mili dan menutup matanya.

"Dih, siapa sih ini?" tanya Mili sambil mencoba melepaskan tangan Derren dari matanya.

Derren melepaskan tangannya dan sudah beralih duduk di samping Mili.

"Kak Derren," ujar Mili tersenyum tipis.

"Kayak nya sekarang beban lo udah sedikit berkurang."

"Kan berkat kak Derren," jawab Mili masih dengan senyuman di wajahnya.

"Eh Mili," teriak Yasmin yang ternyata melihat Mili yang sedang makan juga di kantin.

Yasmin datang menghampiri Mili, dan otomatis Milan juga akan ikut menghampiri dirinya. Mengapa Mili terus saja terjebak dalam situasi yang membuatnya sangat tidak nyaman ini. Terkadang Mili ingin agar Milan benar-benar pergi dari kehidupannya agar ia bisa melupakan sosok Milan, dan terkadang Mili senang jika Milan kembali hadir di dalam hidupnya walaupun sekarang status sudah memperjelas hubungan keduanya. Mili jatuh ke dalam perasaannya sendiri yang membuatnya hanya stuck di satu tempat.

Mili memang munafik berpura-pura terlihat baik-baik saja atas semua yang telah tejadi.

"Kayaknya kita bisa telepati deh, abis ketemu mulu," kekeh Yasmin.

Mili menatap Milan yang sekarang sedang berdiri di depannya, kemudian beralih menatap Yasmin dengan tersenyum.

"Kapan jalan barengnya?" tanya Yasmin yang sekarang sudah duduk di hadapannya.

MILAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang