Suasana di Throrassic Park hari ini terlihat sepi. Mili menyeruput coklat panas yang ia pesan. Tanganya belum mau berpindah dari gelas itu. Sambil menatap ke luar jendela, Mili ingat saat-saatnya bersama lelaki yang sampai sekarang masih setia berada di hatinya itu. Siapa lagi kalau bukan Adrian Milan Adtmaja. Senyuman terukir di wajah cantik Mili ketika ia mengingat nama itu.
Nama yang selalu membekas di hati Mili hingga saat ini. Milan memang sudah pergi, namun bagi Mili, Milan tidak benar-benar pergi. Mili merasa jika Milan selalu bersamanya.
Hubungan yang sangat jauh itu bukan Long Distance Relationship. Ldr cuma terpisah jarak dan waktu. Kita masih bisa melihat, berbicara bahkan sesekali bertemu dengan seseorang yang kita cintai. Tapi, hubungan yang sangat jauh adalah ketika kita berbeda alam. Jauh. Sangat jauh.
Ya, kini Mili tidak pernah lagi bisa melihat wajah tampan Milan.
Senyum yang selalu menghipnotis kaum hawa dan membuat kaum hawa memujanya.
Tingkah yang selalu membuat Mili tersenyum.
Keusilan Milan yang selalu menggoda dirinya.
Perhatian kecil yang bisa membuat wajah Mili berona merah.
Kini tak ada lagi sosok Milan yang selalu membuat wajahnya memerah seperti udang rebus. Tak ada lagi Milan yang selalu menggodanya. Tak ada lagi Milan yang selalu menolongnya jika ada murid perempuan yang tidak menyukainya. Tidak ada lagi.
Mili rindu. Rindu semua itu. Rindu semua kisahnya bersama dengan Milan.
***
Hari demi hari terus berlalu. Jam berganti menit, menit berganti detik. Namun, Mili masih belum bisa melupakan Milan. Bahkan setiap harinya, kerinduan dirinya akan sosok Milan terus bertambah. Semakin besar.
Mili memarkirkan mobilnya. Kini ia sudah sampai ke tempat tujuannya. Tempat yang kini menjadi salah destinasi favoritnya. Sudah menjadi kebiasaannya untuk mampir ke tempat ini.
Sembari meletakkan bunga mawar yang ia beli di perjalanan tadi, Mili memegang nisan yang bertuliskan nama Milan.
"Assalamualaikum sayang," sapanya.
"Kak Milan tahu?" tanyanya.
"Hari ini judulnya masih sama, aku masih rindu kamu," lirihnya.
"Memang benar ya kata Dylan nya Milea, rindu itu berat," kekeh Mili sembari tersenyum kecil.
Mili menghela napas kemudian memejamkan matanya sembari berkata. "Aku rindu banget sama kak Milan."
" Rindu di jahilin kak Milan."
"Rindu pergi bareng sama kak Milan."
"Rindu di peluk sama kak Milan."
"Rindu suara kak Milan."
"Rindu liat senyum kak Milan."
"Aku rindu semua tentang kak Milan," Lagi-lagi Mili tidak sanggup menahan air matanya.
"Kenapa kisah kita gak kayak Nathan dan Salma?"
"Revan dan Reina."
"Bahkan kisah kita lebih menyedihkan dibanding dengan Dylan dan Milea."
"Setidaknya, walaupun Dylan dan Milea gak bisa bersatu, tapi Milea masih bisa melihat Dylannya dari dekat. Gak kayak aku," lirihnya sendu.
Kini air mata sudah jatuh di pipinya. Kemudian Mili mengibas-ngibaskan tangannya untuk menahan air matanya.
"Maaf, hari ini aku nangis lagi."
Mili menundukkan wajahnya dalam-dalam. Seakan-akan ia tidak ingin Milannya tahu jika ia sedang menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN [Completed]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW UNTUK MEMBACA] Biarlah kita menjadi kenangan. Kenangan yg selalu tersimpan rapat di dalam hati. Terima kasih sudah mengajariku apa itu cinta. Terima kasih sudah memberi bahagia walaupun sempat menggoreskan luka...