Pagi ini Mili berangkat sekolah seperti biasanya, tak ada yang spesial. Yang ada Mili tidak bersemangat. Ia masih saja terus kepikiran ada hubungan apa Yasmin dan Milan. Mengingat perlakuan Milan yang sangat manis kepada Yasmin tambah membuat Mili berpikiran jika Yasmin adalah orang yang spesial untuk Milan.
"Selamat pagi Mili," sapa seseorang di belakangnya.
Mili langsung menoleh ke belakang, sepertinya Mili mengenal suara itu. Mata Mili hampir keluar ketika melihat Yasmin sudah terseyum ke arahnya sambil menggunakan seragam SMA Cyber High School.
"Loh kok kamu bisa di sini Yas? Terus baju kamu?" tanya Mili yang sekarang sudah melihat penampilan Yasmin.
Yasmin masih menyunggingkan senyumnya, "mulai hari ini aku bakalan sekolah di sini. Sebenarnya aku iseng sih, karena kan aku di Indonesia cuma sebentar, tapi aku kesepian jadi aku minta papa buat sekolahin aku di tempatnya Milan biar bisa main sama kamu juga," ucapnya antusias yang sekarang sudah merangkul Mili.
"Jadi kamu sekolah di sini cuma sebentar? Terus Cuma buat isi waktu luang kamu?" tanya Mili memastikan.
Yasmin mengangguk, "tepat sekali."
Sekolah Cuma untuk mengisi waktu luangnya saja. Ada-ada saja tingkah Yasmin ini.
Mili senang melihat Yasmin satu sekolah dengannya walaupun cuma sebentar, tapi Mili juga takut. Takut, kemungkinan Yasmin bersama dengan Milan semakin besar. Padahal kemarin Mili sudah bisa menerima jika memang Yasmin bersama dengan Milan, tapi sekarang sepertinya tidak. Mili masih belum bisa merelakan Milan.
"Yah, tapi kamu kelas sebelas, aku kelas dua belas dan sekelas sama Milan," ucap Yasmin kecewa.
Di tambah lagi Yasmin sekelas dengan Milan, ah membayangkannya saja Mili tidak sanggup. Mili merasa jadi wanita paling egois sekarang.
"Tapi gak papa, kan kita masih bisa main pas istirahat," sambungnya lagi.
"Kelas kita di sana Yas," ujar Milan yang entah sejak kapan sudah berada di belakang mereka.
"Aku mau anter Mili dulu Lan, kan aku pengen tahu kelasnya Mili ada dimana."
Milan hanya menuruti permintaan Yasmin. Mereka bertiga berjalan bersisian, sepertinya sekarang Mili sering terjebak di dalam momen awkard.
"Udah kan sekarang udah liat kelasnya, yuk sekarang kita masuk," ajak Milan sambil mengenggam tangan Yasmin di depan Mili.
"Bye Mili, nanti kita main lagi yaa," teriak Yasmin sambil melambaikan tangannya.
Mili membalas lambaian tangan Yasmin dan masih tertegun di depan pintu kelas. Ia masih melihat punggung Milan. Perasaannya masih sama dan masih untuk orang yang sama.
***
Yasmin sudah berkeliling sekolah meninggalkan Milan. Alasan Yasmin bersekolah di sini adalah cuma untuk mengisi kebosanannya selama di Indonesia. Jadi Yasmin tidak terlalu fokus untuk belajar. Toh dia juga di sini hanya beberapa bulan saja.
"Lo siapa? Tadi gue liat lo sama Milan," tanya wanita yang sekarang sudah ada di hadapan Yasmin.
Yasmin melihat perempuan itu dari bawah hingga atas, kemudian ia menaikkan sebelah alisnya. Baru bertemu sekali dan itu langsung membuat Yasmin tak suka kepada perempuan yang sedang berdiri di depannya ini.
"Emangnya kenapa? Harus banget lo tau siapa gue?" kini giliran Yasmin yang bertanya dengan tatapan tak suka.
"Lo gak tahu siapa gue? Gak usah coba deketin Milan!" ujar Lexa yang sekarang sudah mengeluarkan sifat aslinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN [Completed]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW UNTUK MEMBACA] Biarlah kita menjadi kenangan. Kenangan yg selalu tersimpan rapat di dalam hati. Terima kasih sudah mengajariku apa itu cinta. Terima kasih sudah memberi bahagia walaupun sempat menggoreskan luka...