1. Teman Pertama Hana

1.8K 72 2
                                    

"Hei, kemari!"

Sebuah panggilan dengan teriakkan yang sangat khas itu berhasil membuat aktivitas Hana terhenti. Dengan malas, ia pun menoleh.

Hana menatap orang itu sejenak, kemudian bangkit dari kursinya setelah mendesah pelan.

"Iya?" tanyanya seringan mungkin.

"Seperti biasa," katanya tanpa melihat langsung Hana, sibuk dengan ponselnya.

"Baiklah." Hana membalikkan tubuhnya dan memejamkan matanya sejenak.

Uangku.... Keluhnya dalam hati.

Ia adalah Rihana Putri Winata. Seorang pesuruh dari geng Mutia. Dulunya, ia adalah salah satu dari mereka, sampai suatu hari mereka perlahan-lahan mulai menjadikannya pesuruh tanpa ia sadari.

Hana melangkah melewati lorong kelas yang ramai oleh para murid yang sedang menghabiskan waktu istirahatnya. Ia berhenti sejenak di depan kantin, menghembuskan napas pelan, lalu masuk ke sana.

Ia mengambil empat roti dan empat kaleng minuman, lalu membayarnya. Sebenarnya, ia sangat tidak rela menghabiskan uang yang seharusnya bisa ia tabung tapi malah ia belanjakan untuk sesuatu yang tidak penting. Apalagi untuk teman yang akhirnya menjadi penindasnya sendiri.

Hana menghembuskan napas pelan, lalu berbelok menuju kelasnya berada. Tanpa ia sadari, seseorang menabrak bahunya membuat keseimbangannya hilang seketika. Alhasil, ia pun terjatuh dengan roti dan minuman yang berserakkan di sekelilingnya.

"Maaf,"

Mendengar suara itu, aksi meringis Hana terhenti seketika. Ia mendongak dan menatap seorang cowok yang sekarang sedang berjongkok di depannya dengan ekspresi cemas dan bersalah.

"Rei..." gumam Hana dengan mata membulat terkejut.

Reihan, atau yang akrab disapa Rei adalah seorang ketua geng yang sangat suka berkelahi, baik di dalam mau pun di luar sekolah, sekaligus orang yang sangat disukai di sekolah.

"Tidak apa-apa," kata Hana mengalihkan wajahnya dari Rei, lalu mulai mengumpulkan kembali semua barang bawaannya yang berserakan. Dan untungnya koridor yang ia lewati ini sepi, sehingga tidak akan ada gosip tentangnya mengenai kejadian kali ini.

Rei ternyata ikut membantunya dan memberikan beberapa roti serta kaleng minuman padanya.

"Terima kasih," ucap Hana terbata-bata.

Rei tersenyum, kemudian berlalu dari hadapan Hana. Setelah ia rasa Rei sudah cukup jauh, akhirnya ia menghembuskan napas yang sejak tadi ternyata ia tahan.

Entah kenapa, Rei dengan rambut pirang acak-acakkan, senyum yang paling menawan, sikap yang paling berandalan itu mampu membuat hatinya gelisah dan deg-deg-an seperti ini.

Seperti sadar akan sesuatu, ia langsung berlari dan masuk ke dalam kelas. Tapi, sebelum ia sempat masuk ke dalam kelas, penindasnya yang bernama lengkap Mutia Maharani ternyata sedang melangkah keluar dan tanpa bisa dihindari tabrakkan yang sangat menyebalkan itu pun terjadi.

"Aww!" terdengar suara rintihan Mutia yang disertai dengan suara gaduh yang tiba-tiba memenuhi sekitar.

Hana menatap Mutia yang terduduk di depannya dengan ekspresi terkejut, kemudian beralih ke teman-teman sekelasnya yang menatapnya penuh iba.

"Apa-apaan ini!" suara Mutia yang terdengar marah menggema di koridor yang tiba-tiba menjadi hening ini.

Hati-hati, Hana menatap Mutia yang sekarang berdiri berkacak pinggang di depannya. Mutia memungut sebuah kaleng fanta yang berada di dekat kakinya, membukanya, lalu menuangkan air berwarna merah itu dari atas kepala Hana yang kemudian membasahi rambutnya, bajunya, juga roknya. Setelah itu Mutia tertawa bersama teman-temannya.

Hope [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang