Pagi ini, Monic datang lebih pagi ke rumah Hana. Jadi, mau tidak mau, ia juga harus berangkat lebih pagi dari kemarin. Monic, sepupunya yang tomboi itu ada jadwal piket pagi ini.
Sekolah masih lengang. Kendaraan yang terparkir juga belum banyak. Baru ada beberapa. Saat ini, ia dan Monic sedang berjalan di koridor yang sepi. Keheningan yang tercipta pagi ini terasa nyaman. Ditambah lagi suara kicauan burung yang melengkapi suasana khas pagi ini.
Hana menghirup napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Sesekali, ia menggosok kedua telapak tangannya mencari kehangatan.
Dari tempatnya sekarang, Hana dapat melihat ada dua orang siswa yang terlihat sedangan bermain basket. Dan, ada seorang lagi yang sedang bermain ponsel di tepi lapangan. Hana menyipitkan matanya. Ia mengenali siapa mereka.
"Moon, mereka itu teman-temannya Rei, bukan?" tanya Hana sambil menunjuk ke arah lapangan.
Monic mengangguk mengiyakan. "Iya, kenapa?"
"Kamu ke kelasnya duluan aja, ya, Moon. Aku mau ngobrol bentar sama mereka." katanya.
Monic mendengus. "Bilang aja lo mau nanya tentang Rei."
Hana menjawabnya dengan kekehan.
"Ya udah, gue ke kelas duluan. Jangan lama-lama. Nanti lo bisa diterkam sama mereka," canda Monic sebelum pergi.
Hana memberi gerak hormat. "Siap! Kalau gitu aku pergi dulu, ya. Selamat bersih-bersih, Sepupuku..." goda Hana sambil berlari-lari kecil menuju lapangan.
Di belakangnya, terdengar teriakan Monic yang memakinya. Hana hanya tertawa, lalu melambaikan tanganya tanpa berbalik.
Saat Hana melintasi lapangan basket, ia menyempatkan diri menyapa kedua teman Rei yang sedang berebut bola basket. Vandi dan Fero.
"Pagi Vandi, Fero." Hana melambai sebentar. Ia tersenyum manis.
"Pagi, Hana...." mereka balik menyapa dengan kompak dan bersemangat. Sampai-sampai, bola basket yang sejak tadi mereka perebutkan, terabaikan seketika.
Di tepi lapangan, ia melihat Rio yang memainkan ponselnya tanpa berkedip. Hana sudah menduga, kalau Rio pasti sedang bermain game.
Hana mendekati Rio dan duduk di samping cowok itu. Selama beberapa menit, Hana hanya diam saja, menatap Rio yang sedang berkonsentrasi dengan kesal. Ia mendengus. Bahkan Rio terlihat belum sadar akan kedatangan Hana.
"Dasar maniak game," gumam Hana. Kemudian ia mencondongkan tubuhnya, melihat permainan yang dimainkan oleh Rio. "Pagi, Rio... Fokus banget mainnya?" tanya Hana mencoba ramah dan menelan kekesalannya sebentar.
Akhirnya... cowok itu tersadar juga. Hana dapat melihat ekspresi terkejutnya dari jarak sedekat itu. Lucu sekali melihatnya yang terburu-buru mematikan ponselnya, lalu memasukkannya ke dalam tas.
Rio menampilkan senyum canggungnya. "Eh, hai, Hana..." kemudian ia tertawa hambar.
Hana tidak menggubrisnya. Ia malah melipat kedua tangannya di depan dada sambil memalingkan wajahnya. Di tengah lapangan, Vandi dan Fero terlihat sedang tertawa ngakak.
"Em, lo ada di sini sejak kapan?" tanyanya berbasa-basi.
"Sejak tadi,"
Rio terlihat merasa bersalah. Dan, itu membuatnya merasa puas. Ia kemudian berdeham, "Lo datang pagi amat. Ada urusan apa?"
Hana menghela napas. Ia menoleh. "Monic ada piket hari ini. Jadi, dia nyuruh aku buat berangkat lebih pagi," jelasnya.
Rio mengangguk. "Terus... kenapa lo bisa ada di sini? Maksud gue, lo gak mau bantuin Monic gitu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/100315259-288-k817100.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope [FIN]
Teen Fiction-s e l e s a i- Klise. Ini kisah tentang seorang siswi bernama Hana. Cewek yang selalu ditindas oleh orang yang dulunya menjadi temannya sendiri. Namun cewek yang satu ini selalu menguatkan diri dalam mengadapi semuanya, sampai pada akhirnya ia ber...