16. Surga Kecilnya Rei

470 28 4
                                    

Lisa mengetuk-ngetukkan jarinya pada salah satu meja yang ada di kantin dengan wajah bosan. Sesekali gadis itu menghembuskan napas panjang membuat Monic, Miccele, dan Tari menatapnya dengan bingung dan jengkel.

"Lo kenapa, sih? Sejak tadi gue liat jari lo itu gatel banget." tanya Monic sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Lisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu bertopang dagu dengan sebelah tangan, sedangkan tangan yang lainnya sibuk mengaduk-aduk jus di depannya tanpa minat.

Miccele mendecak pelan. "Heh! Kalo lo cuma mau ngerusak pemandangan gue di sini mendingan lo pergi deh!" usir Miccele yang duduk di depan Lisa dan Tari.

Lisa mengerucutkan bibirnya kesal. "Gue kangen banget nih, sama tuh anak."

Tari berhenti menyeruput minumannya sejenak, lalu berkata, "Aku juga." setelah itu ia kembali menyeruput minumannya sampai habis.

"Kapan sih, dia pulang?" tanya Lisa gemas sendiri.

Monic mengangkat sebelah alisnya. "Emangnya lo mau apa kalo dia pulang nanti?"

"Gue mau malak dia!" seru Lisa berlebihan, ditambah lagi ia juga memukul meja kantin sehingga sekarang semua orang menatapnya dengan pandangan yang beragam.

"Lis, nggak malu lo diliatin orang sekantin?" tanya Miccele santai.

"Ngapain gue malu. Jangankan orang sekantin, orang sekampung aja gue ladenin," jawab Lisa dengan nada sombong, membuat Tari tertawa kecil.

"Songong amat lo," celetuk Monic dengan tampang kesal.

"Ngomong-ngomong, gue boleh ngomong kasar nggak? Dari tadi mulut gue udah gatel banget buat nyumpahin dia," kata Miccele sambil melirik Lisa dengan tatapan tajamnya.

"Apaan sih lo main nyumpahin anak orang aja. Kek nenek gue tau nggak," sahut Lisa tenang. "Tapi, sayangnya nenek gue udah meninggal, jadi gue nggak pernah deh kena sumpah nenek gue yang super bawel itu," lanjut Lisa sambil tertawa kecil.

"Cucu durhaka kamu ya, Lis. Nanti digentayangin, lho," canda Tari seraya membetulkan letak kacamatanya.

"Oh, ternyata lo anak orang toh, gue kira lo anak setan," timpal Monic membuat Miccele tertawa mengejek.

Ini dia yang sangat membuat Lisa kesal setengah mati. Bagaimana tidak! Kalau Monic dan Miccele sudah berada di tempat yang sama, maka Lisa akan berubah menjadi bahan bully-an mereka berdua. Entah kenapa, dua orang itu bisa sekali membalas ucapan Lisa, sampai-sampai Lisa sendiri yang merasa terpojok.

"Diem lo semua! Nggak kuat hayati diginiin. Lebih baik hayati mati aja," kata Lisa penuh drama.

"Mati aja lo di pohon toge, nanti gue yang ngubur," sambung Miccele dan mereka semua kembali tertawa, kecuali Lisa yang sekarang sedang ngedumel nggak jelas.

"Udah deh, udah! Balik ke topik awal," ucap Lisa yang terpojok.

"Emangnya tadi kita bicarin apa?" tanya Monic bingung.

"Kapan Hana balik lagi," kata Tari memberitahu.

Monic mengangguk mengerti, dan setelah itu ia mulai tersenyum penuh arti.

"Napa lo? Bukannya ngejawab pertanyaan gue, eh, dia malah senyum-senyum nggak jelas," gerutu Lisa mulai memakan makanannya yang mulai mendingin.

"Besok juga dia pasti kembali," jawab Monic sekenanya.

"Iya besok, tapi besoknya itu kapan?" Lisa menghembuskan napas lelah. "Ini udah tiga tahun. Nggak kangen apa dia sama gue? Betah amat di negri orang," lanjutnya.

Hope [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang