Hana menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil menatap sebuah buku yang terselip di antara buku lainnya di rak bagian teratas dengan jengkel. Sejak beberapa menit yang lalu, buku itu tidak juga bisa ia jangkau karena letaknya yang tinggi. Ditambah lagi, tidak ada satu pun orang di perpustakaan yang bisa dimintai tolong saat ini, karena sebagian besar siswa sudah pulang ke rumah masing-masing.
Hana menghembuskan napas keras sesaat sebelum akhirnya berniat mencoba meraih buku itu satu kali lagi.
"Baiklah," gumam Hana dengan mata yang menatap buku incarannya dengan penuh tekad. "Kalo masih nggak bisa... aku pasrah." Hana menepikan rambut di dahinya sebentar, lalu mulai berjinjit lagi dengan sebelah tangan terangkat tinggi-tinggi.
Ayo Hana ... Sedikit lagi ...
Hana menggigit bibir bawah dengan gemas, dan berusaha menjulurkan tangannya lebih tinggi lagi. Jika saja letak buku itu lebih rendah sedikit saja, ia pasti tidak akan kewalahan seperti ini.
"Mau gue bantu?"
Hana terkesiap pelan, lalu tanpa sadar, ia membalikkan tubuh dan berdiri tegak. Melihat ada seorang cowok yang berdiri di depannya, membuat dahi Hana berkerut seketika. Ia seperti pernah melihat wajah baru ini sebelumnya.
Tapi, di mana?
Beberapa detik berlalu begitu saja, membuat sebuah senyuman tipis terukir di bibir cowok itu. Seperti teringat akan sesuatu, Hana membulatkan matanya.
"Ah!" Hana menjentikkan jarinya di depan wajah dengan heboh. "Kamu orang yang pernah nyelamatin aku dulu, kan?"
Senyuman cowok di depan Hana semakin mengembang sempurna. "Lo masih ingat gue?" tanyanya, lalu, ia tertawa kecil.
Hana mengangguk mantap. "Mana mungkin aku bisa lupa!" ia kemudian ikut tertawa kecil.
Cowok itu ikut tertawa sesaat sebelum akhirnya mengambil buku yang sejak tadi Hana inginkan, lalu, menyodorkannya pada Hana. "Ini,"
Hana mengambil buku itu dengan senyum malu-malu. "Makasih," ucapnya pelan, yang dibalas dengan anggukan oleh cowok itu. "Oh iya, kamu jangan pergi dulu, ya. Aku mau urus peminjaman buku ini dulu." setelah itu, Hana langsung berlalu tanpa mendengarkan balasan dari cowok itu terlebih dahulu.
Sesaat kemudian, setelah selesai melakukan peminjaman, Hana kembali ke tempat ia meninggalkan cowok itu tadi. Namun, ia tidak menemukan cowok itu di sana. Hana memutarkan pandangannya ke segala arah hingga sebuah suara terdengar, membuat kepala Hana spontan menoleh ke sumber suara dengan cepat.
"Gue di sini!" seru cowok tadi yang ternyata sudah berdiri di luar perpustakaan, dengan sebelah tangan yang melambai ke arah Hana.
Hana tersenyum sebentar, lalu, mulai berjalan ke arah cowok itu. "Aku kira kamu udah pergi tadi."
"Nggak," cowok itu menggeleng pelan. "Kan tadi lo nyuruh gue nunggu."
Hana meringis pelan. Lalu bergegas keluar dari perpustakaan dan mengenakan sepatunya. Setelahnya, Hana mengulurkan tangannya ke depan. "Oh iya, aku Hana."
Cowok itu mengangguk. "Gue udah tau." kemudian cowok itu menjabat tangan Hana dan berkata, "Gue Hans,"
Hana membulatkan mulutnya sembari mengangguk mengerti. "Hans," ulang Hana pelan. Dan, di detik berikutnya , Hana tertawa.
Sedangkan Hans, cowok itu mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa ketawa? Ada yang aneh?"
Hana seketika tersadar. "Oh? Nggak," ia mengibaskan kedua tangannya di depan wajah dengan liar. "Coba kamu pikir deh, Hans. Nama kita kayak kembar, ya. Hana dan Hans."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope [FIN]
Jugendliteratur-s e l e s a i- Klise. Ini kisah tentang seorang siswi bernama Hana. Cewek yang selalu ditindas oleh orang yang dulunya menjadi temannya sendiri. Namun cewek yang satu ini selalu menguatkan diri dalam mengadapi semuanya, sampai pada akhirnya ia ber...