40. Kehancuran Farah

334 17 0
                                        

Aku UP double lagi beserta bab endingnya hari ini.
Selamat menikmati♥

Play : Return — Wendy ft. Yook Jidam
_____

Farah bangun kesiangan hari ini. Meski begitu, ia tidak berniat ngebut untuk tiba di sekolah tepat waktu. Pikirnya, karena saat ini sudah pukul delapan lebih, gerbang sekolah pasti sudah ditutup, maka dengan begitu, ia dapat bolos sekolah.

Namun, harapan tinggal harapan saat ia mendapati gerbang sekolah masih terbuka lebar. Niatnya untuk membolos hancur seketika. Siapa sangka pagi ini para guru mengadakan rapat dadakan.

Bukan hanya itu saja hal menyebalkan bagi Farah. Sejak pulang sekolah kemarin, teman-temannya tidak ada kabar, seolah hilang ditelan bumi, padahal ia ingin berbelanja ke mal. Ia tidak ingin terlihat menyedihkan ketika berjalan sendiri di keramaian mal.

Pagi ini pun tidak ada bedanya dengan kemarin. Ia tetap sendirian. Tapi itu tidak masalah, karena ia tidak akan terlihat semenyedihkan Mutia. Tidak ada satu pun siswa yang berani beradu pandang dengannya walau sedetik. Dan ia bangga ketika semua siswa di sekolah ini takut padanya, kecuali Hana, Ivy, dan Hans, tentunya. Para pecundang itu sama saja dengan cari mati.

Mengingat para pecundang itu, Farah jadi ingat seseorang.

Mutia.

Bagaimana kabar cewek satu itu?

Apa dia sekarat?

Salah sendiri mencari gara-gara dengan melawan omongannya.

Setelah mematikan mesin mobilnya, Farah keluar dari mobil, melangkah memasuki gedung sekolahnya yang berlantai tiga.

Omong-omong, hari ini ternyata cerah sekali, secerah senyumnya yang semakin mengembang. Ia berani bertaruh, Hana dan Ivy pasti kehabisan akal untuk menghentikannya.

Beruntung sekali ia mengikuti Ivy ke perpustakaan saat itu, dan kecurigaannya terbukti. Saat Ivy memprotes tentang apa yang ia lakukan terhadap Mutia, saat itulah ia mulai menaruh curiga. Dan benar saja, selama ini Ivy memata-matainya, mengabadikan semua perbuatannya untuk diserahkan kepada kepala sekolah.

Tapi sekarang ia aman. Tidak ada bukti, mereka tidak akan bisa apa-apa. Inilah saat-saat kemenangannya. Rasanya ingin sekali ia berteriak pada dunia, bahwa ia adalah seorang pemenang.

Namun, kesenangan Farah pagi itu tidak bertahan lama saat kakinya melewati koridor kelas sepuluh. Semua mata memandang sinis ke arahnya. Berani sekali mereka. Farah mengutuk semua orang yang menatapnya dalam hati.

Farah adalah sang penguasa. Diam bukanlah sifatnya, dan tentu saja ia balas melotot, berteriak mengancam ketika mereka tidak juga berhenti menatapnya tajam.

Ini mulai terasa aneh, dan menjengkelkan.

Farah serasa ingin meledak sekarang juga, saat telinganya menangkap bisik-bisik yang membicarakan tentangnya, yang kemudian berubah menjadi seruan, cibiran, makian, dan sindiran yang mengatakan ia tidak punya hati.

Kali ini, langkah Farah benar-benar terhenti. "Diaam!" teriaknya, menatap orang di sekitarnya satu persatu. Kesal, ia melangkah mendekati dua orang siswi yang menatap ponselnya sembari menunjuk-nunjuk dirinya. Berani sekali dua bocah itu menunjuk seorang Farah.

Tidak perduli dengan seruan kesal dua siswi tersebut saat Farah mengambil paksa ponselnya, kini Farah memokuskan dirinya melihat apa yang dilihat dua orang tadi. Bukan hanya mereka, tapi semua siswa yang ia lewati tadi.

Astaga! Farah terkesiap pelan. Betapa terkejutnya ia saat melihat sesuatu yang seharusnya sudah tidak ada lagi. Rakaman video yang Ivy ambil sewaktu mendorong Mutia di tangga atap.

Hope [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang