14. Trauma & Perpisahan

462 31 1
                                        

Sejak malam kejadian itu sampai sekarang ini, Hana tetap tidak mau keluar dari kamar. Bahkan ia tidak menyentuh sedikit pun makanan yang diletakkan oleh Mama di nakas. Dan saat Mama sudah kembali ke rumah setelah mengurus segala sesuatu mengenai kepindahan sekolahnya, ia tetap bergeming di tempat yang sama, menyandar pada sisi ranjang sambil memeluk lututnya dengan pandangan kosong.

"Nana? Lo makan dong, bisa-bisa nanti lo sakit," kata Monic terdengar sangat cemas.

Sejak Monic pulang sekolah, Monic memang langsung pergi ke rumah Hana dan terus membujuk Hana untuk makan. Tapi, sampai sekarang pun usaha yang dilakukan Monic belum juga membuahkan hasil apa-apa.

Hana tetap bergeming.

Monic menghembuskan napas berat, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Tiba-tiba saja pintu kamar Hana terbuka memperlihatkan sosok Tiara—Mama Hana.

"Sayang, teman-temanmu datang," ucap Mama memberitahu.

Tak lama kemudian, teman-teman Hana masuk ke dalam kamar dan mereka langsung berlari ke arah Hana, memeluknya.

"Hana, kamu nggak pa-pa, kan?" tanya Lisa tak kalah cemas dengan Monic tadi.

"Hana, ayo katakan sesuatu. Jangan buat kami semakin khawatir," sambung Tari seraya mengelus rambut Hana.

"Na, apa ini ulah psikopat itu lagi?" tanya Miccele terdengar marah. Sedangkan Hana, ia hanya diam saja seakan-akan tidak ada orang yang berbicara padanya.

"Na...?" panggil Lisa dengan ekspresi yang sangat sulit untuk diungkapkan.

"Tadi malam," Monic yang tadi hanya melihat sekarang mulai angkat bicara. "Tadi malam, Hana di-bully oleh Mutia. Mereka mendorong Hana ke tengah jalan saat mobil gue akan melewati mereka. Tapi untungnya gue langsung nginjak rem, dan Hana nggak jadi tertabrak," cerita Monic yang membuat teman-teman Hana menatap Monic dengan tatapan tidak percaya.

"Perempuan itu," desis Miccele menahan amarah.

"Dia benar-benar sudah gila!" seru Lisa dengan geram. Sedangkan Tari, gadis itu hanya bisa menatap Hana penuh kesedihan.

"Gara-gara dia, Hana harus mengalami kejadian ini. Aku memang tidak tau apakah dengan pindah sekolah Hana bisa memulai semuanya dari awal dan melupakan semuanya, tapi aku harap Hana dapat kembali seperti biasanya. Aku tidak ingin Hana berubah gara-gara Mutia," kata Lisa yang mendapat anggukan dari Miccele dan Tari.

Detik-detik berikutnya, keadaan kamar itu kembali hening.

Miccele berdeham pelan membuat beberapa pasang mata menatapnya penuh tanya. "Monic, boleh gue tanya sesuatu?"

"Lo tau nama gue?" tanya Monic bingung.

"Nggak ada orang yang nggak tau nama lo," jelas Miccele santai.

Monic mengangguk mengerti, lalu kembali serius.

"Kita tau Hana bakalan dipindahin, tapi, boleh kita tau Hana mau dipindahin ke mana?"

"Gue juga nggak tau detailnya, tapi kata nyokap Hana, dia berencana akan memindahkan Hana ke luar negeri. Sekaligus membawa Hana pada kenalannya yang bisa menghilangkan trauma."

Hope [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang