34. Jalan Bertiga

279 19 0
                                        

Di siang yang terik itu, Hana sedang duduk santai di balkon kamarnya. Menikmati hembusan angin di sela-sela hawa panas yang mendera. Rumahnya saat ini sedang kosong. Malam tadi Papa sudah pulang dari luar kota, dan itu adalah sesuatu yang sangat mengejutkan bagi Hana.

Tanpa pemberitahuan, tiba-tiba saja Papa sudah berada di meja makan saat Hana turun untuk makan malam. Dan sekarang, Papanya itu sedang berada di kafe milik Mama.

Kata Papa, sih, kangennya Papa belum hilang sama Mama.

Mendadak, ponsel Hana yang berada di pangkuannya berdenting pelan, pertanda ada pesan masuk. Hana membuka matanya yang tadi terpejam, lalu duduk tegak. Satu pesan dari Hans. Bergegas Hana membukanya.

Hai, Na. Sore nanti ada acara, gak? Kalo nggak ada, kita jalan, yuk?

Belum sempat Hana memikirkan harus membalas apa, satu pesan masuk lagi muncul di layar ponsel Hana yang masih menyala. Kali ini dari Rei.

Na, ntar sore jalan, yuk? Gue nggak terima penolakan dalam bentuk apa pun, lho, btw.

Hana mengerutkan dahi. Kenapa Rei harus bertanya kalau cowok itu sendiri yang menentukan? Kebiasaan banget, deh, si Rei. Memutuskan sendiri seenak hati.

Tiba-tiba saja terlintas satu kesimpulan menarik dalam otak cantik Hana. Berhubung kedua cowok itu sama-sama mengajaknya jalan, kenapa tidak sekalian saja mereka bertiga jalan bersama? Hana rasa itu adalah kesempatan terbaik bagi kedua cowok itu untuk saling mengenal.

Dengan senyum lebar, Hana mengetikkan balasan untuk Hans dan Rei. Dan Hana benar-benar tidak sabar untuk melakukan kegiatan 'jalan-jalan' mereka.

............

Jam lima sore, kegiatan jalan-jalan Hana beserta Hans dan Rei selesai. Sekarang, mereka bertiga sudah berada di tempat parkir kafe Violet—kafe milik Mama Hana, kalau kalian lupa. Mereka bertiga sepakat untuk menggunakan mobil Hans untuk jalan-jalan, meski awalnya mendapat penolakan dari Rei. Sementara Rei yang tadi mengendarai motor saat ke rumah Hana, terpaksa meninggalkan motor tersebut di rumahnya.

Tanpa menunggu kedua cowok itu, Hana yang duduk di bangku penumpang bagian belakang segera keluar.

"Kenapa ke sini, Na? Kenapa nggak di kafe yang ada di mall aja?" itu Hans yang bertanya.

Hana menoleh ke samping kiri, tersenyum penuh arti. "Aku mau ngenalin kalian sama seseorang. Itu pun kalau mereka masih ada di sini."

"Siapa?"

Hana menoleh ke samping kanan, ke arah Rei yang sedang melihat ke sekitar kafe. "Ada, deh."

Rei mendengus. "Sok banget pake rahasia-rahasiaan segala."

Hana hanya tersenyum simpul, lalu mengajak kedua cowok itu ke meja paling sudut. Tidak ada suara di meja itu. Hana tahu, ini salahnya. Sejak awal, Rei memang kurang suka dengan Hans, entah apa alasannya. Bahkan selama di mobil tadi mereka lebih banyak diam, walau Hans terlihat sesekali mengajak Rei ngobrol, yang hanya dijawab Rei seadanya.

Hana menatap Rei yang sedang memainkan ponsel sekilas, lalu beralih pada Hans yang sedang mengamati suasana kafe yang lumayan ramai. Itu membuat Hana menghela napas pelan. Sejak tadi hanya Hana yang mendominasi percakapan.

Setelah minuman pesanan mereka datang, Hana segera meminumnya. Ia haus, sangat. Sesekali, Hana memeriksa ponselnya, apakah ada balasan dari Monic karena tadi Hana sedang mengintrogasi sepupunya itu.

Hope [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang