"Hana, teman lo yang paling cantik sedunia berkunjung...." Lisa berseru heboh ketika memasuki kamar Hana. Tari mengikut di belakangnya.
Hana yang saat itu sedang duduk santai di kursi balkon, menikmati udara pagi yang segar, menoleh. "Pagi amat datangnya, Lis. Miccele mana?" Hana bertanya.
Lisa mengangkat bahu, menyandarkan tubuh pada pagar balkon. "Nggak tau. Nggak ada kabar dari dia sama sekali."
Hana mengangguk mengerti, lalu menoleh pada Tari yang duduk di samping kirinya. "Tari, kamu ke mana aja beberapa hari ini? Kok, jarang kelihatan di kantin?"
Tari tersenyum. "Aku, 'kan, ikut klub mading, Na. Jadi kemarin itu, kami sedang rapat, nentuin tema apa yang cocok buat mading minggu depan."
"Oh, gitu.... Aku dengar, si Rio temannya Rei juga ikut klub mading, ya?"
Tari mengangguk pelan. "Dia itu termasuk anggota penting di klub, Na. Dia, 'kan, jagonya di bidang sastra."
"Lo sendiri belum daftar klub apa pun, 'kan, Na?" Lisa kali ini yang bertanya.
"Aku malas ikut yang begituan, Lis. Mending pulang, tidur." Hana nyengir, mencoba bergurau.
Tari tertawa kecil.
Hening sesaat. Membiarkan suara beberapa kendaraan dan kicauan burung yang mengisi.
Hana akhirnya berdeham, menatap Lisa. "Lis, aku bingung, deh. Kamu itu kalo sama Vandi kok, pemarah banget, ya?"
"Ya... Mana gue tau. Dia-nya nyebelin banget, sih. Minta disantet!" ucap Lisa menggebu-gebu.
Hana dan Tari tertawa. "Hubungan kalian itu aneh," celetuk Hana.
Lisa melotot. "Hubungan apaan?! Jangan ambigu gitu, deh! Orang gue sama dia kaya Tom Jerry."
Hana kembali tertawa.
"Tapi entah kenapa... kalian terlihat Lucu kalau lagi berantem." Tari berkomentar, lalu terkekeh pelan.
Lisa memberengut, namun tidak berkomentar lebih lanjut.
Tiba-tiba saja, ponsel Hana yang tergeletak di atas sebuah meja bulat kecil di samping kanannya, berbunyi nyaring. Segera Hana meraihnya, menjawab panggilan telepon tersebut.
"Hai, Na," sapa seseorang di ujung telepon.
Hana refleks tersenyum, segera menyahut, "Hai juga, Hans. Ada apa pagi-pagi nelepon? Tumben."
Hans terkekeh. "Lo udah baca pesan dari gue semalam, belum?"
Dahi Hana langsung berkerut, tidak mengerti. Lisa yang sejak tadi mengamati pun mengangkat kedua alisnya, bertanya ada apa.
"Pesan?" Ulang Hana. "Aku nggak terima pesan apa pun dari kamu, Hans."
"Masa, sih?" Hana bertanya bingung.
Hana mengangguk, bergumam mengiyakan.
"Padahal gue yakin banget loh, kalo pesan itu udah terkirim, cuma belum lo baca."
Hana semakin bingung. Apa mungkin itu kerjaan sepupunya? Seingat Hana, cuma sepupunya itu yang semalam ke kamar Hana, menginap. Tapi... itu kayanya tidak mungkin sekali. Apa untungnya coba sepupunya melakukan hal itu?
"Ah, mungkin nggak sengaja kehapus sama aku, Hans. Maaf, ya. Emang isinya apaan, sih?"
"Isinya... gue ngajak lo jalan buat hari ini," Hans berkata. Terdengar malu-malu.
Hana menahan tawa, membayangkan ekspresi Hans saat ini.
"Jadi, gimana? Lo bisa nggak?"
"Bisa, bisa," Hana menyahut cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope [FIN]
Novela Juvenil-s e l e s a i- Klise. Ini kisah tentang seorang siswi bernama Hana. Cewek yang selalu ditindas oleh orang yang dulunya menjadi temannya sendiri. Namun cewek yang satu ini selalu menguatkan diri dalam mengadapi semuanya, sampai pada akhirnya ia ber...