22. Fakta Mengejutkan

465 28 0
                                        

Lagi dan lagi, Hana menghela napas bosan. Pelajaran PKN memang selalu membuatnya mengantuk. Kali ini saja, Hana tengah merebahkan kepalanya ke meja, dengan wajah menghadap teman sebangkunya. Seorang cewek berkacamata, namun manis. Namanya, Rena. Rena punya tahi lalat di sudut bawah bibirnya.

Hana mengerjapkan matanya berkali-kali agar tidak tertidur. Sebagian besar kepala di kelas ini sudah rebahan di atas meja, selebihnya, kebanyakan kutu buku yang terjaga. Salah satunya, Rena. Cewek itu terlihat sangat serius dalam belajar. Meski sebosan apapun cara guru itu mengajar.

"Ren," panggil Hana berbisik. Rena menoleh, menunjukkan raut bertanya. "Berapa lama lagi istirahat?"

Rena melirik ke depan sebentar, lebih tepatnya ke jam yang tergantung di atas papan tulis. Lalu, dia kembali menoleh. "Sepuluh menit lagi, Na."

Hana mengeluh pelan. Lalu, mencoba menutup matanya. Berada di kelas ini lebih lama lagi, bisa dipastikan, Hana akan kehabisan udara.

Merasa ada seseorang yang menyikutnya, Hana membuka matanya. Ia mengangkat sebelah alisnya.

"Kalau kamu bosan, mendingan pergi main aja ke luar. Lagian bentar lagi, 'kan istirahat." katanya.

"Jadi, maksud kamu, aku permisi dulu, terus nggak balik-balik lagi, gitu?"

Rena mengangguk.

Ide teman sebangkunya itu terdengar bagus juga. Hana mengangkat kepalanya, duduk tegak. Kemudian, ia mengacungkan tangannya ke udara.

Guru yang tadi sedang menjelaskan, berhenti sebentar. "Iya, Hana?" tanyanya.

"Bu, permisi, ya. Aku mau ke toilet."

"Baiklah. Tapi, jangan lama-lama." ingatnya. Hana mengangguk seadanya.

Hana bangkit, lalu berjalan setelah memberikan jempolnya pada Rena, yang dibalas Rena dengan senyuman.

Setelah ada di luar kelas, Hana melangkahkan kakinya dengan santai. Menghirup udara kebebasan. Mata Hana yang tadi terasa berat, sekarang sudah terasa ringan lagi. Bahkan, rasa kantuk tadi menghilang seketika, seiring udara yang dihirupnya.

"Aduh, Hana... sejak kapan kamu jadi nakal gini?" gumamnya, kemudian tertawa kecil. Ia terus melangkah santai, hinggak akhirnya langkahnya terhenti di depan pintu toilet yang tertutup. Hana merenggangkan jari-jarinya sebentar. Namun, ketika ia akan membuka pintu itu, sebuah jeritan terdengar dari dalam.

Hana berjengit. Ia mengurungkan niatnya. Perasaannya mendadak takut. Parnoannya kembali muncul. Jangan-jangan... yang teriak tadi, hantu penghuni toilet. Hana meraba tengkuknya, merinding.

Ia kemudian membalikkan badan dan mulai melangkah. Baru selangkah, ia kembali berhenti. Ia mendengar sesuatu. Perlahan, ia mendekat lagi ke pintu toilet, mencoba mendengar lagi.

"Heh! Gue udah bilang, kalo PR itu dikumpulinnya hari ini. Tapi, kenapa belum lo kerjain, bego!" teriak seseorang dari dalam toilet. Nada suaranya terdengar marah.

"Gue... gue kira dikumpulinnya be-besok. Ma-makannya belum gu-gue kerjain." ucap seorang lagi dengan nada ketakutan.

Karena pernasaran, Hana memberanikan diri membuka pintu toilet sedikit, sekadar mengintip. Di dalam sana, Hana melihat seseorang yang cukup familir terduduk di lantai. Rambutnya acak-acakkan, seragamnya kusut. Pokonya, penampilannya berantakan.

Orang itu adalah... Mutia.

.........

Hana mengaduk-aduk minuman di depannya dengan sedotan, tanpa ada niat sedikitpun untuk meminumnya.

Hope [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang