2

2.2K 189 9
                                    

Naomi pov

  Kenapa aku bisa melupakan Shani? Dia adalah teman sekelasku ketika di sekilah dasar. Dia cinta monyet saudara kembarku naoki. Aku sering menyamar sebagai naoki untuk menarik perhatiannya. Dari mulai pamer jurus taekwondoku juga kegiatan olahraga lainnya. Mengingat naoki memang sedikit pemalu. Lucu rasanya mengingat kejadian tersebut.

  "kamu tak banyak berubah Ki. Bahkan aku dapat mengenalimu dalam pandangan pertama." Shani terhenti sejenak. "Kamu masih sama seperti sebelum kamu meninggalkan jakarta masih dingin. namun rasanya sikap dinganmu itu tak cocok dengan suara lembutmu seperti perempuan. Suaramu masih belum berubah." ungkap shani cengengesan.

Penuturan Shani membuatku teringat bahwa ada hal lain yang tak bisa ku lawan. Suara. Pita suaraku menghasilkan suara lembut. Walaupun selama di inggris aku menjalani pelatihan agar suaraku tampak beribawa dan terdengar berat tapi terkadang aku tak mampu mengkontrolnya. Suara perempuanku bisa muncul kapan saja tanpa ku mengerti.

  "Naoki. Oki." seseorang menyerukan namaku. Tidak maksudku nama yang kupakai saat ini sebagai identitas diri.

Aku mencari sumber suara panggilan tersebut. Aku yakin dia kakakku karena dia berjanji akan menjemputku di bandara. Mengingat ayah dan ibu tak bisa menjemput putra (?) bungsunya.

Seorang perempuan bertubuh tak terlalu tinggi dan rambut panjang tergerai menghampiriku.

  "Aish, kamu tambah tampan saja adikku." pujinya sembari mencubit pipiku gemas.

Membuatku yakin dia tak memiliki kekasih setampan diriku.

Tapi dia selalu memperlakukanku seperti bocah.

Menyebalkan.

  "Mbak, berhentilah!" ungkapku sebal. 

Diujung mataku kulihat shani tersenyum atas perlakuan kakakku.

Oh God. Mbakku melakukan hal memalukan. 

"miss you so much, Oki." ucap mbak imel dan memelukku.

  Aku membalas pelukkannya. Akupun merasakan kerinduan yang sama padanya. Setelah kepindahanku ke inggris kami tak pernah bertemu. Ayah melarang kami bertemu. Kami hanya berkomunikasi via telepon ataupun videocall.

  "Melody?" suara seorang perempuan memanggil nama kakakku. 

Mbak imel melepaskan pelukannya. Dan mencari sumber suara. Kami melihat seorang perempuan berambut pendek model dora yang berbadan tirus (tinggi kurus). Namun anehnya perempuan berperawakan lelaki itu menatapku tajam dan seakan aku adalah musuhnya.

  "Kinal?" Mbak imel sepertinya sedikit kaget. "kenapa ada disini?" Tanya sinis.

Mbak Imel seakan tak menyukai keberadaannya. Atau lebih tepatnya mbak Imel aeakan menghindar bertemu perempuan bernama Kinal itu.

Ahh Rasanya aku mengenal nama tersebut. DEVI KINAL PUTRI. Sahabat dekat Mbak imel, bahkan rasanya beberapa kali dia sempat menghubungiku untuk menyampaikan keadaan mbak imel, mengingat mbakku yang pendek sedikit tak terbuka pada orang lain. Beruntung sekali perempuan itu bisa mendapatkan kepercayaan mbakku.

Tapi melihat ekspresi mbakku hari ini rasanya hubungan mereka sedang tak baik.

  "Aku...aku mengantar saudaraku yang mau ke jepang." Jawab kinal gugup.

Aku yakin perempuan ini berbohong. Karena sebelum kembali ke jakarta aku sempat memberi kabar padanya bahwa aku akan segera pulang. Dan sepertinya mbak imel pun menyadari kebohongannya.

Mbak imel melirik ke arah kananku. "Kamu bersama pacarmu?" Mbak imel menyikut badanku keras membuatku merasakan rasa sakit. 

Ku melirik shani wajahnya memerah.

Aku Shinta NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang