Author POV
"Mbak, semua tak seperti apa yang kamu pikirkan!" Naomi mencoba mengklarifikasi kejadian sebenarnya.
Dia bangkit dan mendekati melody. Melody menampar naomi kecewa,
"orang tua kita tak pernah mengajarkan untuk berbuat kotor seperti ini. Apa ini ilmu yang kamu dapat selama di inggris?" Melody kecewa dan sedih karena sebagai kakak dan sahabat dia merasa telah gagal.
"Tak perlu kamu jelaskan aku telah melihatnya."
Naomi mengacak-acak rambutnya frustasi. "Mbak bagaimana cara aku menjelaskan padamu? Aku tak melakukan apapun pada temanmu ini."
"aku kecewa padamu Naoki, setidaknya kamu harus jujur atas perbuatanmu." Melody mendekati ve dan menutupi tubuh ve dengan selimut. "dari sekian banyak wanita di jakarta kenapa harus ve? Dia masih polos ki. "
"aku hanya mengantarnya pulang mbak." sebisa mungkin naoki memberikan penjelasan.
Teriakan yang terdengar akhirnya membangunkan ve dari tidurnya. dia mulai bergerak memegangi kepalanya yang terasa sakit dan pusing secara bersamaan. Bahkan kepalanya masih terasa berat.
Ve mengamati sekelilingnya, kamarnya berantakan dengan pakaiannya.
Dia pun kaget melihat pria bertelanjang dada berada dikamarnya. Secepat kilat dia mengecek tubuhnya yang terbungkus selimut.
"akh..." menjerit histeris.
Melody memeluk ve yang tiba-tiba menangis. Naoki mencoba menjelaskan yang terjadi namun melody menatapnya tajam. Meminta adikknya untuk tetap diam.
"kenapa semua ini bisa terjadi?" isak tangis mengirnginya.
"Maafkan adikku ve. Dia akan mempertanggung jawabkan perbuatannya." ucap melody.
"apa yang harus aku pertanggungjawabkan? Aku pun tak melakukan apapun!" Naomi mencoba membela diri.
"shut up Naoki." Melody memerintah dengan kasar.
"sudahlah, lagi pula aku yakin dia tak mungkin hamil olehku." Batin naomi.
Naomi mengecek jam tangannya. "shit! Sudah jam 9. Aku harus segera ke bandara menemui shani."
Naoki mengenakan kemeja dan jeans kusutnya. "sekali lagi tak ada yang harus aku PERTANGGUNG JAWABKAN!" ucapnya membanting kasar pintu kamar.
"Yak, Naoki. MAU KEMANA KAMU? Kita belum selesai bicara." teriak melody namun tak bisa menghentikan langkah naomi yang semakin menjauh.
Melody memeluk ve erat. Mencoba menenangkan isak tangisnya.
Saat ve memutuskan memebersihkan diri, Melody membuatkan sarapan untuk ve.
Makanan telah tersaji, namun ve tak kunjung keluar dari kamar mandi. Hanya terdengar suara gemercik air.
Melody mengecek keadaan ve. Mengetuk dan memanggil nama ve namun tak ada sautan. Melody semakin camas, membuatnya memutuskan membuka pintu kamar mandi.
Di lihatnya ve sedang berjongkok, membiarkan air shower membasahinya. Tangisnya tak terdengar karena suara shower bahkan air matanya tak terlihat karena bersatu dengan aliran air.
"Ya Tuhan Ve." Melody segera membawakan kimono handuk milik ve.
"kamu tak boleh seperti ini." Melody mematikan shower dan memberikan handuk tersebut pada ve. "lagi pula ve adikku belum tentu melakukannya." Melody menghibur ve dan mencoba menghibur dirinya sendiri.
"aku tak bisa menyalahkan adikmu, karena saat itu aku dalam keadaan mabuk, jadi aku tak mengingat apapun malam itu." ucapnya menyesal.
"Bagaimana kamu bisa mabuk bersama adikku?" tanya melody mulai penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Shinta Naomi
Hayran KurguKehidupan seakan memenjarakanku. Bagaimana tidak? Aku hidup dengan identitas orang lain. Selama 15 tahun aku hidup menggunakan nama saudara kembarku. Hito Naoki. Aku rindu dengan namaku. Aku rindu orang-orang memanggil namaku. Shinta Naomi. Hingga s...