Naomi pov
Veranda sama sekali tak menemuiku saat jam makan siang. Bukan masalah aku jadi gagal menjelaskan apa yang terjadi pada Mbak imel antara aku dan Nat. Tapi Ini membuat sepanjang waktuku di rundung kegelisahan karena mencemaskannya. Terlebih lagi handphonenya tak bisa dihubungi.
Dia berkata ada janji dengan temannya. Namun Mbak Imel yang membantuku menghubungi seluruh teman ve yang diketahui, tak ada satupun yang mengaku membuat janji temu dengan veranda.
Kalian tahu perasaan macam apa yang kini melandaku. Jelas aku mencemaskannya. Resah. Tentu. Gelisah, menanti kabar yang tak kunjung kudapati.
Bahkan kini kendaraanku hampir telah mengitari seluruh pelosok Jakarta. Namun aku tak menemukannya. Bahkan ku kunjungi tempat-tempat yang mungkin dikunjunginya termasuk panti asuhannya. Bahakan aku mengunjungi makan Naoki mungkin saja Veranda sedang mengadu pada kakakku tentang kenakanlanku tadi pagi. Hasilnya tetap sama. Nihil.
Ayolaahh ve. Kamu kemana sayang?
Tentu kegundahan hati selalu diiringi rasa takut. Aku sangat takut Juanito berlaku macam-macam pada Ve tapi aku sudah mengobrak abrik tempat Juan tanpa menemukan Ve. Aku pun menemui Nat yang kini kurasa dia menjadikanku incarannya, namun sayang kedatangan ku justru membuatnya terasa diatas angin dengan berkata merendahkanku "kamu ditinggal istrimu bukan? Ahh setelah dia mengetahui bahwa kamu seorang perempuan. Ahh tapi Jesaica Veranda tak mungkin melakukannya, atau mungkin sebenarnya ve sudah tahu kenyataan ini? Bagaimana jika orangtuanya ve tahu?". Huh aku malah diancam balik oleh perempuan jalang bermuka dua itu.
Bahkan kemungkinan kecilpun ku coba. Aku menghubungi Shani. Dan ternyata saat aku menelponnya Shani sedang berada di Medan, tidak mungkin kan veranda menemui Shani hingga ke Medan. Lagi pula aku merasa pernasalahan diantara kita bertiga sudah clear. Tuntas hingga ke akar.
setelah di luar tak ada harapan akhirnya aku memilih untuk kembali ke apartemant dengan pengharapan ve sudah berada disana. Bersikap seperti biasanya menungguku.
crek.
kuhembuskan nafas kasar. Mendapati setiap ruangan apartemanntku masih gelap gulita. ku segera membersihkan diri tanpa menghentikan panggilanku pada ve berharap salah satunya bisa terhubung.
Aku segera bergegas ke dapur. Membuka lemari es juga lemari tempat menyimpanan makanan lainnya. karena aku tak pandai memasak akhirnya kuputuskan untuk membuat nasi goreng sosis. Mudah dan praktis bukan. terlebih lagi sosis selalu ada dalam isi kulkasku.
sembari menunggu ve, aku memasak nasi goreng bak koki profesional. aku menyimpannya di magiccom agar nasi gorengku tetap hangat.
aku mondar mandir tak jelas dengan tangan yang tak bisa menjauhi handphone tanganku bergerak memijit nomer ve yang tak aktif juga menghubungi mbak imel serta kinal begantian.
"Kamu baru saja menghubungiku 1 menit lalu. kamu tahu? dalam 5 menit kamu sudah menelponku 10 kali sekedar tuk bertanya ada kabar dari ve dan mematikannya setelah mendapatkan jawaban." kesal melody.
"Maaf mbak, aku hanya khawatir."
"Aku tahu kamu mengkhawatirkannya. tapi jangan mengangguku juga. Maksudku akupun sedang mencari tahu keberadaannya." ucpa melody.
"maaf." ucapku menyesal.
"sudahlah! kamu tunggu ve. dia pasti pulang percayalah dia takkan berbuat maam-macam." mbak imel mengingatkan.
aku mengangguk mengerti walaupun Mbak Imel takkan melihat anggukan kepalaku. karena aku pun tahu Ve takkan berbuaat macam-macam dibelakangku. Hanya saja ketakutanku jikalau terjadi hal buruk padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Shinta Naomi
FanfictionKehidupan seakan memenjarakanku. Bagaimana tidak? Aku hidup dengan identitas orang lain. Selama 15 tahun aku hidup menggunakan nama saudara kembarku. Hito Naoki. Aku rindu dengan namaku. Aku rindu orang-orang memanggil namaku. Shinta Naomi. Hingga s...