Kinal pov
Aku dibuat gila dengan tiket jepang. Aku tak mendapatkan tiket untuk hari ini. Semua penerbangan jepang hari ini sudah penuh begitupula untuk pagi harinya. Aku mendapatkan tiket di sore harinya.
Tanpa membuang waktu sesampainya di jepang, aku mencoba menghubungi ve ataupun naoki. Tapi sayang handphone mereka tak bisa dihubungi.
"Apa kamu mengunjungiku?" Suara itu terdengar saat aku berada di lobi hotel hendak memesan kamar.
"Kamu tak perlu memesan kamar Nal. Selalu ada ruang untukmu ditempatku."
Aku menatapnya malas. Aku malas bertemu dengannya. Nat.
Nat berjalan mendekatiku. "Itupun jika kamu menginginkan video itu aman ditanganku." Ancamnya.
"Dimana kamarmu?" Aku mengalah dan dia tersenyum menang.
Untuk situasi seperti ini, alangkah baiknya aku menuruti keinginannya. Video itu harus aku amankan sebelum menyebar. Dan Nat akan menggunakan video itu untuk mengekangku dan juga untuk menjauhkanku dari Melody.
Entah siapa yang harus aku pertahankan? Hubungan ve dan naoki yang akan berdampak besar baik dua keluarga juga perusahan mereka atau hubunganku dengan Melody.
Jika aku egois aku biasa saja mengabaikan ve dan memilih hubunganku dengan Melody. Toh video itu takkan berpengaruh padaku dan Melody
Tapi aku tak bisa berpikir seperti itu.Ve sudah seperti adikku. Aku tahu ve bahagia dengan pernikahannya. Dan aku tak ingin menghancurkan kebahagiaannya hanya karena video murahan itu. Selain itu, melody akan sangat kecewa pada naoki. Dan yang paling akan terkena dampaknya adalah perusahaan JKT tempatku bekerja dan diberi kepercayaan oleh tuan Taun.
Aku mengikuti Nat. Menaiki lift. Nat memijit lantai paling atas. Nat mendekatiku memberi jarak yang kecil diantara kami. Menghimpitku ke sisi lift.
Nafasnya sengaja dihembuskan di dekat leherku. Hingga sampai di daun telingaku. Di menjilati telingaku. Nafasku mulai memburu. Wajahkupun mulai memerah. Aku sebisa mungkin menahan nafsuku.
"Apa yang kamu lakukan Nat? Ini tempat umum." Aku coba memperingatinya.
"Aku merindukan sentuhanmu Nal." Ucapnya sensual membuat diriku semakin kalang kabut menahan nafsu.
"Aku ingin tahu, seberapa kuat kamu menahan singa itu untuk tak menerkamku." Ucapnya benar-benar ingin memancing birahiku.
Nat mencium bibirku yang rapat. Mencoba melumat bibir bawahku dan mendesak lidahnya agar mulutnya terbuka. aku mendorong tubuhnya agar menjauh dariku. Tapi lengannya yang sudah mengalung di leherku membuatku kesulitan.
Namun ternyata kegilaannya belum berakhir. Di gesekkannya dadanya pada dadaku. Aku menahan desahanku.
Ting.
Pintu lift terbuka.Membuatnya menjauh dariku. Aku bersyukur ada yang memasuki lift ini. Setidaknya jika ada orang lain diruangan ini Nat takkan berbuat macam-macam. Karena sekarang Nat memunggungiku dan seolah kami tak saling kenal.
Tapi sayang pikiranku salah. Tangan Nat yang menyilang di belakang, bergerak nakal. Dielusnya pahaku. Bahkan bergerak hingga keselangkanganku.
Aku sedikit bersyukur aku mengenakan celana jeans panjang. Berkali-kali aku mencoba menjauhkan tangannya, tapi tangannya justru semakin berani bergerak di area kewanitaanku. Menekannya.
Ting.
Aku menghembuskan nafas berat. Bersyukur telah mencapai lantai yang dituju.Nat melihat kearahku. "Ups Nal, sepertinya aku memijit nomer yang salah." Ucapnya kembali memijit nomer ke lantai 8.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Shinta Naomi
FanfictionKehidupan seakan memenjarakanku. Bagaimana tidak? Aku hidup dengan identitas orang lain. Selama 15 tahun aku hidup menggunakan nama saudara kembarku. Hito Naoki. Aku rindu dengan namaku. Aku rindu orang-orang memanggil namaku. Shinta Naomi. Hingga s...