31

1.5K 148 8
                                    

Naomi pov

Seminggu belakangan ini veranda terlihat sangat aneh. Setiap pagi dia selalu meminta izin untuk mengunjungi teman atau pergi berbelanja. Namun setiap kembali, dia tak membeli apapun. Apa mungkin tak ada satupun barang yang menarik di tempat sebesar itu?

Pernah sekali aku mengikutinya. Bukan mencurigainya hanya saja aku merasa penasaran. Merasa dia menyembunyikan sesuati dariku. Tapi aku tak tahu itu.

Bahkan keanehan veranda membuatku melupakan menceritakan masalahku bersama Nat. Nat yang setiap hari semakin mengancamku, namun aku lega ternyata hanya gertakannya saja. Tapi dia tak bisa ditinggal diamkan. Aku harus menyelesaikannya. Membuat mulutnya bungkam.

Nat mengancamku bukan karena menginginkan harta atau diriku. Dia hanya ingin memenuhi obsesinya pada Kinal.

Nat selalu mengajakku bekerja sama. Dia akan menjaga rahasiaku selama dia bisa menjaukan Kinal dari Mbak Imel. Itu bukan hal sulit Mbak Imel memang sedang marah besar pada Kinal. Bahkan aku sengaja tak menceritakan kebenarannya pada Mbak Imel. Tapi bukan untuk mengikuti keinginan Nat atau melindungi diriku, tapi aku menunggu momen yang pas untuk mengubah posisi ini menjadi kemenanganku.

Kini aku kembali mengikuti Veranda. Taxi yang ditumpanginya memasuki Tol.

Mau kemana Veranda?
Apa diaa menuju......??
Tidak mungkin? lagi pula untuk apa Veranda ke bandara?
menjemput temannya? Atau pergi ke suatu tempat?

Aku sengaja memberi jarak ketika taxi yang ditumpanginya berhenti. Setelah merasa cukup aman aku mengikutinya.

Keadaan bandara yang cukup ramai membuatku kesulitan dalam jarak padang memastikan keberadaannya. Kini kulihat dia melakukan pemesanan tiket salah maskapai penerbangan.

Singapura?
Apa Ve akan pergi ke sana?

Veranda telah duduk di ruang tunggu tiketnya. Setelah ada pemberitahuan untuk melakukan chek in ku lihat dia mulai berjalan. Chek in dan petugas memberikannya kartu boarding pass.

Akupun mengantri di atea tiket untuk membeli tiket ke Singapura. Aku benar-benar penasar dengan apa yang akan dilakukannya.

Buat apa Ve ke Singapura? Berbelanja kah? Lunch disana?
Ayolaahh aku tahu Ve sangat kaya tapi dia bukan tipe penghambur uang seperti itu.

"Mbak satu tiket ke Singapura jam terdekat." Ucapku

"Tersisa kelas ekonomi, bagaimana pak?"

Drtt.. drtt

"Sebentar." Aku meminta waktu.

"Ayah meminta bertemu sekarang?" Aku terkejut saat skeretaris menghubungiku. "Baiklah aku akan segera kesana" aku  mematikan panggilanku.

"Maaf mbak tak jadi." Ucapku berlalu meninggalkan bandara.

***

Malam ini aku akan bertemu dengan Nat. Mengingat tindakkannya sama sekali tidak bisa dibiarkan.

Ayah mengabari seseorang mengirim surat ancaman tentang kenyataan Naoki yang sebenarnya telah tiada. Kenyataan siapa diriku sebenarnya. Ayah marah besar  menganggap semua yang terjadi atas kelalaianku.

Ku akui memang semua terjadi atas kelalaianku. Tapi bukankah aku tak bisa menyembunyikannya lagi?

Aku tak tahu harus berkata apa, tiap kali ibuku dan orang tua ve membahas tentang momongan. Bagaimana bisa aku memberikannya? Apa aku harus mengarang cerita bahwa aku mandul? atau aku harus berkata jujur.

Jujur memang solusi terbaik. Tapi aku yakin hasil yang kudapat takkan baik. Ibu pasti akan jauh lebih stress dari sebelumnya. Orangtua ve takkan merestui hubungan kita sedangkan aku takkan sanggup jauh dari veranda.

Meneruti keinginan  Nat adalah hal yang bodoh. Aku sebodoh Kinal. Aku tak ingin terjebak seperti Kinal. Kali ini aku akan melawannya.

"Hi Naoki." Nat mengahmpiriku mencium pipi kanan dan kiriku. "ups sorry maksudkuu Naomi."  dia meralat kembali ucapannya.

"Pasti capeknya. kerjaan kamu pasti numpuk." ucapnya menarik kursiku.

Aku duduk dikursi yang disiapkannya.

"Tapi kerja diranjang masihh kuat kan? aku akan memuaskanmuuuh." ucapnya tepat ditelingaku.

Aku menahan godaannya. Aku tak ingin terjebak permainanannya.

"Bagaimana ibumu suka hadiah dariku?" ucapnya duduk di depanku.

"Sayang sekali Ibuku tak sempat melihat hadiah darimu." Jawabku.

"Oh yaa? Lain kali aku kirim lagi." Ucapnya.

"Silahkan. Aku sama sekali tak keberatan." Aku meminum minumannya. "Aku tak ingin berlama-lama, ada perlu apa? Istriku menunggu di rumah."

"Istri?" Ucap Nat menyepelekan. "Padahal aku ingin bermalam denganmu. Tapi baiklah, aku hanya ingin kita bekerjasama." Seperti dugaanku.

"Seperti yang kamu tahu, aku inginkan Kinal. Kamu hanya perlu membuat Kinal dan Melody jauh. Mereka sudah cukup jauh bukan? Tapi aku ingin lebih dari ini. Dan aku akan melindungi rahasiamu. Aku jamin kejadian pagi ini takkan terulang kembali." Lanjutnya.

Nat meminum wine merahnya. "Take and give yang menarik dan setimpal bukan? Hubunganmu dan Ve aman begitu pula hubunganku dan kinal. Bagaimana?" Tawarnya.

"Menarik sih tapi sayang sekali aku ga minat." Tolakku.

"Tapi akupun tak suka penolakkan. Aku bisa berbuat apapun yang ku mau."

Aku tersenyum mendengar ucapannya. "Aku tahu kamu hanya tertarik dengan kinal kan? Bukan kehidupanku."

"Yaa kamu benar. Aku hanya ingin kinal. Maka aku bisa melakukan apapun untuk mendapatkannya dan membuatmu berada dipihakku." Ucapnya penuh keyakinan.

"Termasuk melakukan hal murahan seperti yang kamu lakulan pada kinal? Dan selalu dengan memanfaatkanku dan veranda " Aku mulai memancingnya.

"Itu bukan murahan  Naomi sayang. Itu cara terpintar untuk memancing seekor kucing macam kinal. Aku tahu kinal sangat peduli pada Ve dan Melody. Maka aku memanfaatkan kelemahannya. Mungkin aku yang memulai memancing nafsunya. Tapi bukankah setelahnya dia menyerangku?'' Ucapnya santai meneguk winenya hingga habis.

"Jadi kamu akan melakukan hal yang sama padaku?"

"Yaa kalau kamu menolak tawaranku, kurang lebih nasibmu akan seperti kinal. Saat kamu terbangun aku akan ada disisimu kita bertelanjang bersama."

Aku tersenyum dengan pernyataannya. Aku meneguk wine ku hingga habis. Angkat kaki tanpa berpamitan.

"Obat itu sudah  kucampur dengan obat tidur dan obat perangsang Shinta Naomi." Teriaknya.

Aku berbalik memuntahkan minumanku yang sedari awal tak kuminum. Mengambil handphoneku yang sedari tadi menyala.

"Seseorang sepertinya sangat ingin berbicara denganmu." Ucapku meloadspeaker handphoneku.

"Naomi kamu tidak apa-apa? Apa Nat melukaimu? Naomi jawab aku." Suara dibalik telponku.

"Aku tidak apa-apa mbak. Seperti mbak harus segera berbaikan dengan kinal. Meminta maaflah pada Kinal. Seseorang yang meminta maaf bukan berarti dia salah atau lemah tapi karena dia telah yakin akan kebenarannya dan itulah kekuatannya." Aku mematikan telponku dan meninggalkannya.







Tbc

Aku akan berusaha menyelesaikan semua ff tersisaku di bulan ini. Karena jujur saja, kin saja takkan ada judul baru di akun ku ini. Ada kejadian yang membuatku sadar, karir yang sudah lama kubangun susah payah, tak ingin aku kehilangannya. Hanya karna genre tulisanku yang menyimpang gxg n rate M.

Aku Shinta NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang