39

1.3K 159 58
                                    

Naomi pov

Aku terbangun.  Dari malam panjang nan indah akan seruan cinta.  Aku tersenyum mengingat kejadian malam. Apalagi ketika veranda meneriakkan namaku ketika mencapai puncak kenikmatannya berkali-kali.

Aku tersenyum penuh kebanggaan ketika ruangan ini di dominan dipenuhi aroma cinta yang dikeluarkan veranda. Apalagi saat melihat noda merah yang menempel di seprai putih kamar kami.  Itu membuktikan aku adalah yang pertama kali menggagahinya.

Tunggu.

"lohh ve kemanaa sihh?  Ish harusnya dia jangan dulu meninggalkan ranjang.  Aku kan pengen morning kiss and morning sex."

Aku bangun dari tempat tidur. Menuju ke kamar mandi.

"ve kamu kalo maa.... " aku terkejut saat membuka pintu. "kok kosong sih." aku kembali menutupnya.

Kenapa sih ve?  Bahkan dia meninggalkanku mandi?  Keterlaluan,  aku kan pengen mandi bareng.

Ahh.. Iyaa pasti lagi masaak.  Kerjain aaahh.. Hhee

Sebelum keluar ku kenakan kaos dan boxerku  setelahnya bergegas ke dapur.

"sayaangg kamu ma... " aku terdiam lagi. Tak ada ve disini. Hanya ada sepiring nasi goreng dan segelas susu hangat yang terletak di meja makan.

Tiba-tiba saja jantungku berdetak tak karuan aku merasakan sesuatu yang buruk.

"ve...  Verandaa. ... Sayaangg. " aku berteriak menyerukan namanya sembari mencarinya keseluruh penjuru apartemanku. "ayoolaah sayang ini ga lucu.  Jangan buat aku takut." ucapku ketika tak berhasil menemukannya dimanapun.

Kupijat pelipisku.  Sembari berjalan kembali ke meja makan. Ku tarik kursi. Di dekat sarapan pagiku ada note kecil bertuliskan 'dimakan ya!' aku pun duduk menatap makanan itu.

'map apa itu? ' pikirku saat melihat map biru tak jauh dari makanan.

Aku membuka map tersebut.

Deg.

Ini surat perceraiaan. Ve telah mengajukan tuntutan perceraian dalam pernikahan kami.  Aku dituntut. Ve menceraikan ku bahkan dia telah menandatangani surat tersebut.

Apa maksud semua ini?

Aku meremas ujung mapku menahan rasa kesal dan amarah.  Kukuatkan diri untuk membuka lembaran demi lembatan surat tersebut. Sampai di lembaran terakhir ada sepucuk surat yang mungkin ditulis tangan oleh ve.

Dear Naomi,

Aku harap kamu menandatangani surat perceraian itu.  Aku telah berpikir banyak hal, rasanya apa yang dikatakan ayahku benar. Jika aku bertahan denganmu aku tak memiliki masa depan.  Kamu telah miskin.  Dan kita pun takkkan mungkin memiliki keturunan.  Aku sangat ingin hamil,  menyusui seperti istri lainnya.  Banyak hal tak bisa kamu berikan padaku yang sangat aku inginkan.

Aku tak ingin keluargaku malu akan pernikahan kita.  Tenang saja aku dan keluargaku takkan mengatakan bahwa kamu menipu keluarga kami tentang gandermu.  Statusmu akan aman bersama kami.

Rasanya sudah cukup untukku bermain main denganmu. Oh yaa, jika kamu bertanya apa aku mencintainu?  Aku seorang perempuan normal,  bagaimana mungkin aku jatuh cinta?  Mungkin selama ini aku terlalu nyaman denganmu karena sering berjumpa,  nyaman sebagai sahabat yang menjadi tempat berbagi cerita.  Tapi untuk lebih dari itu,  tidak.  Tidak akan pernah.  Karena hatiku sudah ada yang mengisi sedari dulu.  Sebenarnya sudah sejak lama aku menaruh hati pada Juanito tapi terkadang sikapnya yang terburu buru membuatku kurang nyaman.

Aku Shinta NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang