6

2K 157 10
                                    

Author POV 

Tiga wanita berbeda usia sedang sibuk memasak. Menyiapkan sarapan sebelum aktifitas  pagi dimulai. Harum makanan terasa semerbak membuat lidah terasa ingin secepatnya bergoyang dengan sensasi rasa makanan tersebut.  

Tak lama berselang, makanan telah tersaji rapi di meja makan. Minuman juss sehat dan segar menjadi teman makan lainnya.
 
Fariz Prasetya: "Wow sepertinya menu sarapan kali ini sangat special."

Frieska Prasetya: "iya kan buatan dua gadis muda dan cantik." Dua gadis tersebut tersenyum mendapatkan pujiaan. "Mel, panggilkan Oki agar segera turun dan sarapan."

Melody : "Ve kamu panggilkan adikku yahh? Aku belum bersiap untuk keperluan kantor." tanpa penolakkan ve merimanya. "terimakasih. Kamarnya ada disebelah kamarku." Melody mencoba mengingatkan.

  Ve segera ke lantai atas. Bergegas menuju kamar naoki. Mengetuk pintu namun tak ada sautan. Memanggil nama Naoki namun tak ada jawaban. Dengan terpaksa Ve masuk ke dalam kamar Naoki yang tak terkunci. 

"Naoki! Aku ve." tetap tak ada sautan.

  Ve memanggil namun matanya tak henti menjelajah mengamati kamar naoki. Karena ini kali pertamanya memasuki kamar seorang pria. Kamarnya tak semengerikan pikirannya. Cukup tertata rapi. Dinding bersih tanpa poster. Hingga matanya tertuju pada sebuah bingkai foto yang terletak di lemari kecil dekat tempar tidur berdekatan dengan lampu tidur. 

Ve duduk di atas ranjang naoki yang berukuran king  size.

Memperhatikan foto dua orang anak kecil memiliki wajah serupa namun memiliki perbedaan mencolok di bagain rambutnya. Ve mengerutkan kening?

  "apa melody memiliki adik perempuan? Kenapa dia tak pernah bercerita?" gumam ve pelan.

"jangan pernah menyentuh barang-barangku." suara itu mengagetkan ve hingga membuatnya terperanjat bangun.

Naoki merebut kembali foto tersebut dan menaruhnya ketempat semula.

  "apa yang kamu lakukan di kamarku?" tatapan marah naomi membuat ve gugup.

  Ve tersungkur ke atas ranjang. Ide jail naomi kembali berulah. Entahlah dia merasa senang menjaili ve.

Naomi mendekat menelungkupkan tubuhnya dan memegang kedua tangan ve erat. Ve tampak panik wajahnya memerah entah karena ketakutan atau karena gugup.

  "aku.. Aku hanya ingin bilang bahwa sarapan telah siap." ucapnya gugup. 

'kenapa wajahnya memerah? Apa dia gugup? Seru nih kalau menjailinya lagi.' ucap naomi dihati.

"kamu tahu sarapan yang paling menyenangkan?" tanya naomi membuat ve mengerutkan kening. "morning kiss!"

Naomi melepaskan pegangannya, memegang pipi ve yang semakin memerah. Naomi akhirnya mengerti arti rona tersebut. Naomi yakin bahwa ve menyukainya. Naomi  mendekatkan diri. Dan semakin dekat hanya beberapa mili kini jarak diantara mereka. Cup. Ve kaget. Naoki segera berpindah dan tersenyum.

  'dia tak menciumku. Rasanya ciuman ini de javu.' ucap ve dihati.

  "pergilah!" usir ve dingin.

  *** 

Keluarga Prasetya telah berkumpul di ruang makan. Namun sajian tak kunjung disantap. 

"Mbak, cepet panggil temennya. Lelet banget sih." ucap naoki selalu melirik jam yang melingkar dipergelangan kirinya. Karena takut terlambat dengan janji yang telah dibuatnya.

"kalau gitu aku akan sarapan diluar saja. Aku ada janji dengan temanku, dan aku akan terlambat menunggu teman mbak yang aneh itu." lanjutnya mulai bangun dari duduk dan segera beranjak pergi. 

Aku Shinta NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang