27

1.9K 174 21
                                    

Naomi POV

  Aku terbangun dari tidurku. Kepalaku masih sakit pasti karena tadi malam aku minum terlalu banyak. Tapi aku masih ingat dengan siapa aku pulang.

Ya Shani yang mengantarkanku pulang.

Bahkan aku tahu apa yang digerutukan ve. Dia sepertinya kesal melihat aku pulang bersama shani aku ingat kata-katanya. Katanya kalau mabuk jangan diluar, di rumah saja. Apalagi bersama dengan Shani. Rasanya lucu juga liat dia cemburu.
Bikin gemes. 

Aku merasa tanganku sangat hangat. Aaah ternyata ve menggengam tanganku.

Tapi kenapa dia tidur dibawah? Pasti dia berpikir aku masih marah padanya.

Apa dia tak merasa pegal tidur terduduk seperti itu? 
aku tersenyum sembari memainkan rambutnya. Tanganku terhenti saat ada pergerakan dari tangannya.

  "Huh. Untung naomi masih tidur. Tengsin kan kalau ketahuan naomi aku tidur seperti ini. Aku akan bilang aku tidur di kamar lamaku." ucapnya yang ku dengar kerena aku hanya pura-pura memejamkan mata. 

Tangan kanannya memainkan rambutku tanpa menyingkirkan tangan kirinya yang menggenggamku. Mengelus keningku juga pipiku. Sampai dibibirku.

Sampai aku merasa bibirku terasa lembab. Cukup lama tanpa pergerakan. Sampai bibir bawahku merasakan lumatan kecil nan singkat.

  "aish ternyata kamu mesum juga nyonya Prasetya." gerutuku dihati. 

"ternyata kamu lebih lucu saat tidur seperti ini." ucapnya yang kuyakini pasti dia sedang menatapku.

"maafkan aku." lirihnya yang membuatku merasa bersalah.

kurasakan pergerakkan dari ve.

Hmm.
Dia mau pergi.
Seenaknya saja dia pergi setelah diam-diam menciumku.
Dia melakukan pelanggaran besar.

  Kutarik tangannya cukup keras. Hingga dia jatuh tepat ditubuhku. Aku masih dalam keadaan pura-pura tidur. Aku memeluknya erat. Sengaja menempelkan bibirku di lehernya.

Tanganku bermain dia area perutnya. Ve mencoba melakukan perlawanan.

Siapa suruh dia memancingku terlebih dahulu. Sampai aku merasa dia cukup pasrah dengan perlakuanku.

  "ini saatnya pembalasan." ucapku dihati yang telah merasakan kemenangan di depan mataku. 

Dengan nakal, tanganku mulai bergerak naik ke dadanya. Meremas dada kirinya. Sampai lengkuhan dapat ku dengar.

  "Shani kamuuuhh sangat sexy." bisikku ditelinga ve agar dia merasa aku sedang bermimpi tentang shani.

  "Shani?" ucapnya bingung.

Sambil menghempaskan tanganku kasar. 

Aku yakini dia merubah posisinya. Aku membuka mataku kecil. Ve sedang terduduk memunggungiku.

  "aish kalau kamu menyukai shani kenapa harus pulang kesini? Kenapa kamu tak bersenang-senang saja dengannya? Di Hotel misalnya. Dan satu lagi, kenapa kamu bilang memilihku, pada akhirnya hatimu tetap memilih shani kan.." gerutunya. "kami menyebalkan shinta naomi." kurasakan kakinya menendang tulang keringku.

"Aish bahaya ternyata kalau kucing betina kalau udah ngamuk. Padahal kan aku cuman bercanda." ucapku dihati.

Aku memeluknya dari belakang tangaku melingkar di perutnya. Kepalaku bersender di bahunya.

"jangan marah. Aku tahu yang kusentuh itu veranda istriku. Mana mungkin aku lupa dengan ukuran dada istriku yang kecil." ucapku iseng yang mendapatkan tatapan melotot darinya.

Aku Shinta NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang