Naomi POVAku menghabiskan waktuku di Disney Land maksudku Dufan. Aku tak pergi seorang diri. Aku ditemani Shani. Bermain diarena anak ini, aku datang bukan tanpa maksud. Ada misi yang ingin kujalani.
"kenapa ngajak aku kesini?" tanya shani.
"Kamu nggak suka?" tanyaku balik.
"tidak. Aku suka. Cuman heran aja, seorang Hito Naoki yang terkenal dingin mengajakku ke tempat seperti ini. Aku pikir kamu akan mengajakku ke tempat yang lebih serius." ungkapnya.
"lebih serius?" aku sejenak berpikir. "Hotel?" tanyaku bercanda.
Namun candaanku berhadiah cubitan di bagian perutku.
"sakit tahu. Aku kan cuman bercanda." ucapku pura-pura marah.
"Aish ternyata sifat asli Hito Naoki putra Prasetya kekanakkan ya." ucapnya sembari menyacak-ngacak rambutku.
Kami kembali melanjutkan perjalanan saling bergandengan, mencoba setiap wahana permainan yang ada. Menaiki roller coster, kincir raksasa, menuju ke sea world dan terakhir tujuan permainan kita adalah Rumah Hantu.
Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu padanya saat di sea world, ingin mendapatkan momentum romantis ala drama korea big. Juga ketika di bianglala raksasa, tepat saat posisi paling atas. Tapi aku belum bisa mengatasi kegugupanku sendiri.
Sekarang kami menyusuri lorong rumah hantu. Shani menggandeng tanganku erat. Bahkan sesekali memberikan pelukan saat devil-devil itu muncul menakuti. Aku suka ini. Bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan.
"kenapa kamu ajakku ke sini sih? Aku kan takut." gerutunya.
"Ini kan hanya pura-pura. Udah gak usah takut. Lagian bukannya kamu suka kan berada disini karena bisa memelukku." sindirku saat lengannya tak bisa jauh dari pinggangku.
Shani segera melepas lengannya dari diriku. Kalau rumah hantu ini terang, pasti aku sudah bisa melihat rona merah yang menghiasi wajah terutama dua bagian pipinya.
Dia berjalan mendahuluiku. Rasa malunya seakan melupakan rasa takutnya. Sampai suatu makluk astral menampakan diri. Shani menjerit dan langsung memelukku yang berada tepat dibelakangnya.
Kurasakan tangannya dingin. Ternyata dia benar-benar ketakutan.
Shani beranjak pergi namun aku segara menahan pergerakkannya. Shani melihat wajahku sebal. Sebegitu menyebalkah aku hanya karena rumah hantu ini? Padahal sebelumnya tawa dan senyuman mengiringinya.
"ada yang ingin aku bicarakan Shani." ucapku membuatnya melhat ke arahku.
"Shani Indira Natio, aku menyukaimu." akhirnya aku bisa mengucapkannya setelah berkali-kalu kucoba namun lidah ini selu kelu.
Shani tampak kaget dengan perkataanku. Dia seakan mencari kata untuk menolakku.
Menolak!
Aku benci penolakkan. ekspresi wajahnya sulit terbaca."aku tak mengharapkan jawabannya, aku hanya ingin mengatakan apa yang mengganjal dihatiku." ucapku tersenyum berharap dia tak terbebani dengan perasaanku.
Aku kembali melanjutkan perjalanku. Shanipun masih mengikuti. Masih menggandeng tanganku. Namun tak ada kata yang diucapkannya. Aku tahu dia sedang mengukir kata untuk dikatakan; untuk menerima atau menolakku.
"Ki, apa kamu tak memiliki sisi romantis?" tanyanya membuatku mengerutkan kening. "aku pikir kamu akan mengatakannya saat di sea world atau di bianglala raksasa. Tapi kamu menyatakan perasaanmu di rumah hantu.. tak ada romatisnya." ucapnya sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Shinta Naomi
FanfictionKehidupan seakan memenjarakanku. Bagaimana tidak? Aku hidup dengan identitas orang lain. Selama 15 tahun aku hidup menggunakan nama saudara kembarku. Hito Naoki. Aku rindu dengan namaku. Aku rindu orang-orang memanggil namaku. Shinta Naomi. Hingga s...