13

1.7K 174 7
                                    

Naomi pov 

Beberapa hari ini aku melalui hal berat. Mendengar tuduhan ve hingga dengan terpaksa aku harus membongkar identitas asliku. Menghadapi kedua orang tuaku yang mempermasalahkan, dua masalah berlainan. Ibu menyuruhku untuk bertanggung jawab terhadap ve, sedangkan ayahku marah besar ketika kuberitahu aku membongkar gander asliku pada ve. belum lagi tuduhan mbak imel dan sikapnya yang berubah drastis terhadapku seakan aku adalah musuhnya. Dan kemarin malam aku harus menemui orangtua ve secara tidak langsung untuk meresmikan hubunganku dengan ve. Hubungan? Ayolah kita tak memiliki hubungan apapun selain aku hanya mengetahui dia adalah sahabat kakakku. Aku tak pernah berpikir akan terjebak dalam situasi seperti ini. Situasi sulit karena pengekangan dan kesalahpahaman.

Ve memanfaatkan informasi ganderku untuk menyelamatkannya dari amukan keluarganya. Aku ini terlalu lemah jika diancam mengenai identitas asliku, rasanya ciut sudah nyaliku. Aku mengorbankan perasaanku hanya untuk menyakinkan ayah bahwa ve bisa memegang perkataannya. Gawat jadinya jika ve menceritakannya pada mbak imel apalagi pada ibu. Jika itu terjadi bisa-bisa ibu kembali depresi bahkan mungkin 2 kali lebih depresi akibat kebohongan yang aku dan ayah perbuat.

Sudahlah masalah informasi ganderku rasanya aku bisa memegang kata-kata ve. Masalah yang kini kuhadapi adalah masalah kekasihku Shani. Semenjak kejadian di bandara tempo hari, aku belum menghubunginya lagi. aku beralasan berangkat pertemuan kerja di luar kota untuk beberapa hari dan memintanya untuk tak menghubungiku sementara waktu. Shani terlalu baik, hingga tanpa banyak tanya dia menerimanya.

Hari ini aku akan menghabiskan waktu bersamanya. Menghabiskan waktu sebelum hari pernikahanku yang akan diadakan lusa. Aku tak tahu apa yang harus ku katakan padanya. Berkata jujur atau berbohong diatas kebohonganku lainnya. Identitas asliku dan pernikahanku dengan ve.

Aku menjemputnya di kediaman rumahnya yang sederhana. Shani langsung memelukku ketika berhasil menemukanku dibalik pintu kediamannya. Kubalas pelukkannya. Sungguh aku merindukannya.

"miss you." bisiku ditelinganya.
"miss you too." jawabnya sembari memberikan ciuman dipipi kananku. Dan melepaskan pelukannya.

"Okey kemana kita akan pergi? Aku ingin menghabiskan hari ini bersamamu. Aku sangat merindukanmu." ucapnya entah mengapa membuatku merasa bersalah.

"sudah siap?" tanyaku dan shani mengangguk. "ayo kita berangkat sekarang."

Kami segera meninggalkan kediaman Shani. Kami pergi mengunjungi setiap tempat yang terasa menyenangkan. Aku tak peduli tempat tersebut membuat kami menjadi pusat perhatian atau lainnya. Yang pasti aku sangat senang bisa menghabiskan waktu bersamanya.

Tanpa terasa malam mulai datang. Kami telah berada di pesisir pantai. Terduduk dihamparan pasir putih menikmati sunset yang merubah langit menjadi orange. Pemandangan indah nan romantis.

"Ki, lusa aku berangkat ke jepang." ungkap shani sembari menyenderkan kepalanya dipundakku.

"Maaf Shsni. Aku tak bisa mengantarmu. Besok aku akan berangkat bersama ayahku  untuk mengunjungi  klien di Medan dan kemungkinan akan bermalam disana." ucapku berbohong. Mana mungkinkah aku berkata bahwa lusa aku akan menikah.

"Shan untuk kejadian kemarin aku benar-benar minta maaf, semua yang terjadi diluar kendaliku. Aku minta maaf beberapa hari ini aku menghilang." ucapku penuh penyesalan, sayangnya aku tak dapat memberikan alasan yang sejujurnya.

"Ki, hari ini kamu terus menerus meminta maaf. Ada apa denganmu? apa kamu berbuat kesalahan atau kamu selingkuh?" tuduh shani namun senyuman terlukis diwajahnya yang ku yakini pernyataan itu hanyalah candaan semata.

Aku menggeleng berat. "Aku mencintaimu Shan" ucapku seraya menciumn keningnya.
"Aku harap dalam situasi apapun kamu mempercayai bahwa aku mencintaimu Shani." Aku menatap lekat kedua matanya.

Aku Shinta NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang