Naomi pov
"Ki bagaimana kalau kita bertaruh?" Tantang juan membuatku mengerutkan kening. "Gue yakin perempuan disini sangat ingin mengajakmu bercinta. Gue hanya ingin tahu seberapa tahan lo menahan godaan mereka."
"Ki, kita mulai gabung yuk dengan mereka." Ajak deky aku hanya tersenyum.
Aku terpaksa mengikutinya. Sebisa mungkin mencoba mengikuti irama tapi rasanya tak bisa. Apalagi tangan nakal perempuan itu mulai menyentuhku. Berkali-kali ku mencoba menepis mereka. Ada pula yang bertindak lebih berani menari stripis dihapanku.
Ayolah girl, kalian terasa murahan kalian merendahkan kaum kita.
Dua orang dari teman Kinal mendekati. Aku tak tahu pasti siapa mereka, yang pasti perbedaan mencolok diatara mereka. Perempuan bertubuh tinggi dan bertubuh mungil. Namun mereka sama-sama berambut sebahu.
Mereka sepertinya mencoba menarik perhatianku. Dengan mencoba meliuk-liukkan tubuh dihadapanku.
Aku mungkin berada di dance floor ini tapi tubuhku sama sekali tak menikmati alunan musik DJnya. Aku hanya berdiam diri seperti patung di tengah keramaian. Bahkan pikiranku pun tak berada disini.
Pandanganku pun bukan pada penari didekatku tapi pada wanita yang tiba-tiba saja meneguk setiap gelas minuman beralkohol.
Wanita itu gila! Aku yakin wanita itu tak biasa minum minuman beralkohol atau mungkin kadar tolelirnya sangat rendah. Tapi mengapa wanita itu memaksakan diri? Bahkan temannya termasuk kinal mengacuhkan perbuatannya.
Tatapan mereka rasanya tertuju padaku. Okey aku terlalu Percaya diri.
Aku sampai tak menyadari 2 orang perempuan itu menghilang entah sejak kapan dan kembali bergabung dengan kinal dengan wajah sebal.
Wanita mabuk itu berjalan sempoyongan menuju dance floor tanpa menaripun tatapan lelaki tertuju padanya. Tanpa pakaian minimpun dia dapat mempesona banyak lelaki.
Kinal mengikuti dari belakang. Mereka berdua mendekatiku. Tapi kedua temanku tampak tak senang.
Roni dan Juannito menghalangi mereka mendekatiku. Kedua perempuan itu menolak mentah-mentah keberadaan dua pria keren dihapadannya.
Berjalan mendekatiku. Menari dihadapanku. Walaupun perempuan itu menari tak sesensual kinal.
Perempuan itu hanya menghentakan tubuh mengikuti irama. Walau terkadang diselingi liukkan ringan.
Tanpa sadar akupun mengikuti iringan lagu.
Tapi ada yang lebih tak kusadari Kinal mencium pipiku.
CUP. Kilat. cepat.Aku melihatnya yang hampir kuabaikan.
"bisakah kita berciuman beberpa detik Naoki?" pintanya.
"Ma..maksudnya?" tanyaku kaget.
"Ahh aku tahu kamu tertarik dengan temanku. Kamu hanya tinggal pilih menciumku atau menciumnya." ucapnya berani.
Aku terdiam, tapi sepertinya kinal mengetahui jawabanku. Dia menjauh dariku. Tersenyum tipis nyaris tak terlihat. Entah dari kapan, perempuan itu semakin dekat denganku.
"hanya tinggal satu menit." ucapnya lirih dan tak bisa ku mengerti.
Tanganku mulai nakal berani memeluk pinggangnya yang ramping.
Tanpa babibu, dia memegang kedua pipiku.
CUP.
beberapa detik mungkin lebih dari lima detik.Tatapan sekitar menatapku tajam. Juanito seakan menusukkan belati tepat di jantungku. Sangat menakutkan. Padahal baru saja aku dapat meredakan tatapan amarah Roni karena Kinal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Shinta Naomi
FanfictionKehidupan seakan memenjarakanku. Bagaimana tidak? Aku hidup dengan identitas orang lain. Selama 15 tahun aku hidup menggunakan nama saudara kembarku. Hito Naoki. Aku rindu dengan namaku. Aku rindu orang-orang memanggil namaku. Shinta Naomi. Hingga s...