⚫Mulmed : Tessa Brooks↔Laura
***
Aku kembali memejamkan mataku. Rasa bosan terus saja menghantuiku sejak beberapa jam yang lalu. Aku masih menunggu Mamah dan Papah yang masih berada di ruangan dokter cantik itu. Sedangkan kak Kelvin, ah entah dia dimana.
Tiba-tiba aku teringat dengan lelaki itu. Lelaki yang setiap malam membuatku blushing setelah mendapat pesan darinya. Pesan yang hanya berisi ucapan selamat malam ditambah dengan kalimat lainnya yang tentu hanya untuk berbasa-basi saja.
Namun, bayangan gadis itu pun mucul. Disaat dia sedang bersama lelaki itu, mengobrol atau pun tertawa bersama, melakukan hal-hal yang membuat hati terluka dan mata terasa panas menahan air mata.
Aku tidak tahu cinta apa yang seperti ini. Bahkan seekor anjing pun enggan melukai tuannya. Lalu kenapa hati ini terus melukai diriku sendiri?
Aku tidak habis pikir dengan perasaan yang terus tumbuh meski telah patah berkali-kali. Aku bukanlah peramal atau pun ahli psikolog yang dapat menganalisa arti dari setiap perilaku nya kepadaku.
Aku hanyalah gadis bodoh yang menanti datangnya bintang disaat derasnya hujan dalam kelamnya malam.
Suara engsel pintu membuatku spontan membuka mata.
"Papah" ucapku pada lelaki setengah paruh baya yang mengenakan jas hitamnya usai melaksanakan meeting dan langsung ke ruangan dokter yang sudah menunggunya sejak tadi "Mamah mana?"
"Mamah lagi sama kak Kelvin di kantin" jawab papah dengan ekspresi yang sulit ku mengerti
"Ouh" balasku singkat
"Gimana keadaan kamu sekarang? Udah mendingan?"
"Udah ko Pah"
"Kamu mau apa? Biar Papah beliin"
"Apaan sih Pah lebay gitu" aku terkekeh
"Emang salah lebay ke anak sendiri?"
"Ngga sih" aku dan Papah tertawa bersama
Setelah itu, tidak ada lagi suara, semuanya hening. Aku merasakan sesuatu yang aneh pada Papah.
"Sayang, kamu udah besar sekarang. Kamu cantik persis Mamah mu waktu masih gadis" Papah mengusap lembut rambutku
"Apa kata dokter Pah?" Tanyaku tanpa basa-basi "Pah?" Aku memohon karena tak kunjung mendapat jawaban
Papah menatap kedua bola mataku, aku merasa ada yang disembunyikan oleh Papah.
"Gue cuma bisa berharap, kalo ini cuma penyakit biasa" batinku
Papah menghela napas panjang lalu menghembuskan nya dengan kasar.
"Dokter bilang, kamu boleh pulang sore ini" jawab Papah sambil tersenyum
"Bagus deh" aku menghela napas lega
Terdengar kembali suara engsel pintu dan di balik pintu muncul seseorang dengan seragam putih abu-abu.
"Elo?" Aku terkejut
"Helo Ra, Om" sapanya
"Iya, ayo sini" ajak Papah
Orang itu berjalan mendekat ke arahku dan Papah.
"Ko lo bisa tau gue di sini?" Tanyaku heran
"Ya tau lah, kan gue deket sama kak Kelvin" jawabnya santai, sepertinya ia tak sadar kalo disitu masih ada Papah
Aku terbelalak dan menatap ke arah Papah sambil menahan tawa yang akan pecah.
Manda memutar tubuhnya menghadap sesuatu yang ditatap olehku lalu menunjukkan barisan giginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Teen FictionLaura mencintai Billy. Namun saat seseorang datang, Laura memilih untuk menjauh, mengubur perasaannya dalam-dalam, membuat benteng yang kokoh namun tak bertahan lama. Rasa itu selalu tumbuh meski telah patah berkali-kali. Billy sendiri tidak...