Turth or Dare?

769 34 2
                                    

Siang ini, sebagian besar siswa SMA Merah Putih beramai-ramai menyerbu kantin. Tujuan mereka hanya satu, menghentikkan perut mereka yang sedari tadi menjerit meminta makan.

Laura dkk menjadi bagian dari siswa itu. Mereka menempati tempat khusus untuk mereka yang berada di kantin dekat pintu masuk. Mike dan sepupunya Viola juga ikut bergabung. Tak lupa pacarnya Manda.

Posisi mereka:
Nabila Billy Laura Manda Rendi
Aldo Dimas
Panji Aurel Fanya Mike Viola Tasya

"Eeeugh" Panji bersendawa dengan tanpa dosanya

Aku, Fanya, Aurel, dan Viola mendelik dengan tampang jijik. Sedangkan Nabila dan Tasya menggeleng pasrah. Dan Manda? Dia mengucapkan sumpah serapahnya pada lelaki itu.

"Anjir lo jorok banget bego ga punya otak dasar, ganteng ngga, kaya boro-boro, anak pinter, jelas bukan, ga punya sopan santun dasar, mati aja lo sono, biar ntar gue dapet makanan sekalian" cerocos Manda panjang lebar, tanpa titik koma

Billy, Aldo, dan yang lainnya semula tertawa kini menjadi tercengang dengan teman perempuamnya yang satu ini. Rendi sendiri dibuat tidak habis pikir dengan pacarnya.

"Astaga kak Manda" gumam Viola yang terdengar jelas karena suasana diantara mereka cukup hening

Sadar dirinya aneh, Manda pun melipat bibirnya ke dalam, matanya mengarah ke kanan dan kiri, menatap teman-temannya malu. Setelahnya, ia menunjukkan deretan giginya yang rapi, menyengir tanpa dosa.

Menyusul Manda, Panji pun menjalankan aksinya, mendramatisir keadaan. Lelaki itu memegang dadanya yang seolah sesak, wajahnya dibuat semelas-melasnya.

"Manda jahat banget sama dedek bang" ucap Panji kelewat lebay

Teman-temannya semakin dibuat jijik.

"Dapet kata-kata gitu dari mana lo?" Tanya Dimas

"Ya ampun bapak ketua kelas, gaul dikit dong pak" sahut Aurel dengan nada menyindir

"Hahaha, lo kek gatau pejabat kelas kita aja" tambah Billy

"Tapi tunggu-tunggu" Fanya menyadari sesuatu "Sejak kapan lo ngebela Panji?" Fanya menoleh pada Aurel yang duduk di samping kirinya, rambutnya pun terhempas saat ia menoleh dengan cepat

Rambut Fanya sedikit perih saat mengenai wajah lelaki blesteran itu.

"Anjir Fan" ucap Manda tidak percaya

Fanya memutar kembali kepalanya, ia menoleh pada Manda yang duduk berhadapan dengannya

"Apa?"

"Rambut lo tadi" kata Manda dengan pelan nyaris seperti berbisik

"Why?" Fanya mengeryit heran

Aku sedari tadi menahan tawa dengan mengalihkan pandanganku ke arah lain, sesekali menyeruput orange juice.

Fanya menoleh ke samping kanan, di situ Mike menatapnya dengan santai. Mata mereka bertemu, tanpa aba-aba pipi Fanya langsung merah merona.

"Fanya bisa blushing" ujar Aldo menepuk-nepuk paha Panji dengan keras

"Sakit iblis!" Umpat Panji, tangannya mengelus-elus pahanya yang pasti meninggalkan bekas merah karena tepukkan tangan Aldo barusan

"Ck" aku berdecak malas

Semuanya terdiam.

"Apa?" Tanyaku tidak paham

"Lo bete ya?" Tanya Billy

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang