Gelap Gulita

876 48 1
                                    

Mulmed : Jake Paul↔Kelvin, Alex Lange↔Mike

***

Author's POV

Gadis itu tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Padahal waktu masih sore saat dia baru saja tidur, sedangkan sekarang telah pukul 00.25 a.m.

Dia sampai tidak makan malam karena tidak ada yang membangunkannya. Harusnya ada, Mamah dan Papahnya, tapi mereka belum juga pulang. Bi Asih tidak tega jika harus membangunkan Laura yang tertidur pulas dengan senyuman tipis di wajahnya.

Gadis itu mengeram sambil mengerjapkan matanya. Saat cahaya yang masuk mulai teratur, matanya langsung menangkap jam yang tergantung di dinding kamarnya.
"Setengah 1" gumamnya

Rasanya perut Laura memulai paduan suara untuk mendapatkan makanan. Gadis itu keluar dari kamarnya dan turun untuk ke meja makan.

Sepertinya Laura mulai menyadari kalo rumah nya yang cukup luas itu hanya berisi dirinya dan bi Asih. Dia tidak menemukan orang tuanya begitu juga mobil mereka.

Dengan suasana seperti ini, Laura hanya membutuhkan orang yang akan melindunginya. Kelvin? Oh bukan, pikirannya terhenti pada Billy.

"Sepi banget deh" gumam Laura saat hampir berada di anak tangga terakhir

Dia mengigit bibir tipisnya lalu detik berikutnya berbalik untuk mengambil handphone dan kembali ke ruang tengah

"Halo?" Panggilnya di telepon

"....."

"Ngga gadang kok, tadi aku bangun, laper"

"....."

"Mamah dimana? Lama banget tau ga" gerutunya

"....."

Deg

Seketika itu juga wajah cantik Laura berubah pucat, bibirnya tidak tertutup rapat, matanya tidak berkedip melebihi waktu biasanya.

"....." Mamahnya terus saja memanggil nama Laura tapi gadis itu masih diam terpaku

"Iya Mah" sahut Laura dengan suara yang berubah serak

Laura langsung mematikkan teleponnya, tapi wajahnya masih terdiam, bibirnya bungkam. Setelah beberapa menit terdiam, gadis itu langsung berlari kembali ke kamarnya, mengambil tas kecil dan jaket levis.

Setelah itu, dia memasuki mobil untuk keluar dari pelataran rumahnya. Karena waktu sudah malam dan Laura sangat terburu-buru, dia turun untuk membuka gerbang sendiri. Satpam yang berjaga di rumahnya menyadari bahwa majikannya itu keluar di tengah malam seperti ini.

"Non Laura mau kemana?" Teriak satpam sambil berlari keluar pos

Gadis itu tidak menghiraukan teriakan dari pria yang sudah berkepala tiga. Laura langsung masuk ke dalam mobilnya dan menancap gas dengan kecepatan di atas rata-rata.

Laura's POV

Di tengah perjalanan, aku mengambil handphone dan menghubungi lelaki itu. Entah perintah dari mana yang menyuruhku untuk menelponnya, yang pasti jari tanganku langsung menyari kontak bernama Billy.

"Angkat dong pliss" ucapku khawatir

Sudah 4 kali aku mencoba menghubungi lelaki itu tapi hasilnya nihil.

"Bil, lo kenapa sih" gumamku sambil mengigit bibir "Ck!" Aku berdecak jengkel

Tak kunjung ada jawaban dari Billy, aku pun semakin bersemangat untuk melajukan mobilku agar lebih cepat sampai tujuan.

Hidungku kembali mengeluarkan cairan berwarna merah. Dengan keadaan seperti ini, bisa-bisanya mimisan ini merepotkanku. Aku pun segera mengambil tisu di sampingku.

Setelah 30 menit lamanya, mobilku sudah memasuki pelataran sebuah tempat. Aku melihat banyak orang berlalu lalang.

Mobil sudah terpakir manis di parkiran, aku pun berlari masuk dan menghampiri resepsionis. Setelah mengetahui dimana ruangannya, aku melihat wanita dan pria setengah paruh baya yang duduk di kursi depan ruangan.

"Mah" panggilku ragu

Mamah mendongak kaget menatapku, begitu juga Papah.

Kini aku sedang berada di rumah sakit. Kak Kelvin berada di ruang ICU dengan kondisi kritis sedangkan mamah tertidur di bahu papah.

Aku benar-benar frustasi mendengar semuanya, air mata ku tidak henti-hentinya menetes dengan deras. Baru saja aku mengetahui kalo dia mengidap penyakit serius, sekarang dia telah terbaring lemas di bangkar karena kecelakaan.

Hidupku terasa gelap gulita. Bekas luka saat insiden beberapa waktu lalu, kini aku dikejutkan lagi oleh beritu buruk dan sayangnya itu bukan kabar burung. Ditambah orang-orang yang menghiburku satu persatu menghilang.

Entah mengapa emosiku tidak terkontrol, kenapa aku begitu mengharapkan kehadiran Billy, mengapa aku sangat mengkhawatirkannya? Kemana benteng kokok yang telah aku buat selama satu tahun ini? Apakah semuanya hancur lebur menjadi lahan tumbuhnya perasaan lagi?

Dan semua firasatku, perasaan tidak mengenakan, itu semua pertanda Tuhan. Kenapa aku tidak mengerti dengan semuanya, dan sekarang sudah terlambat. Kak Kelvin sedang berjuang antara hidup dan matinya, luka dalam akibat benturan yang begitu keras di kepalanya membuat kak Kelvin dalam keadaan kritis.

Ternyata karena menunggu papah, kak kelvin tidak ke kampus terlebih dahulu, langsung ke bandara. Saat perjalanan menuju airport, mobil mereka terjebak macet dan akhirnya kak Kelvin memutuskan untuk turun dari mobil dan menggunakan ojek online.

Kak Kelvin sangat dikejar oleh waktu sehingga memaksanya untuk membujuk tukang ojek agar mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Hingga akhirnya sebuah mobil box menyebrang dan kecelakaan pun tak terelakkan, kak kelvin luka parah.

Mamah dan papah di telepon polisi saat akan berjalan arah pulang. Papah pun langsung memutar balikkan mobilnya menuju rumah sakit yang sudah diberitahukan oleh pihak kepolisian.

***

Aku masih berada di sini, di kursi depan ruang kak Kelvin. Aku masih menunggu kabar baik darinya. Mataku mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk. Tubuhku terasa pegal karena tidur dengan posisi duduk dan kepala yang tersandar di tembok.

"Hei kak"

Aku mendongak menatap sumber suara.

***

Oke belajar menggantung orang lain ya thor😂 vote and comment guys😍

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang