⚫Mulmed : Tessa Brooks↔Laura, Chance Sutton↔Billy
***
Kini, aku dan dia sudah duduk di kursi taman, di temani sekelompok mahasiswa yang berkumpul, beberapa pasangan, anak kecil yang berlarian ke sana kemari, dan ibu-ibu yang sedang mengasuh anaknya.
Aku menatap sekelilingku dengan tatapan bingung, penuh tanda tanya, kenapa seorang Laura di bawa ke tempat, dimana begitu banyak orang dari berbagai usia.
"Rame banget di sini" gumamku namun masih terdengar jelas di telinganya
"Gue tau kok, kalo lo ga begitu suka keramaian" jawabnya dengan tatapan yang terus tertuju pada gerombolan anak kecil "Tapi gue sengaja ngajak lo ke tempat ramai kayak gini" matanya bertemu dengan mataku, dan nampak segaris senyuman di bibirnya
Aku hanya terdiam. Sesekali ku pejamkan mata dan menarik napas lalu membuangnya secara perlahan, suara jeritan kegirangan dari anak kecil, gelakkan tawa dari mahasiswa, ibu-ibu yang sedang mengobrol semakin terdengar jelas di telingaku.
Udara di sini sangat membantu sebagai obat anti depresi. Aku menikmati setiap tamparan halus dari angin yang mengenai pipiku dan membuat rambutku sedikit beterbangan.
"Lo mau es krim?" Tanya Billy yang langsung membuatku membuka kedua kelopak mataku lalu menatapnya
"Mm, boleh deh"
"Oke, wait. Lo ga boleh kemana-mana" perintahnya, lalu berjalan menuju penjual es krim yang sebelumnya memang sudah dikerumuni oleh anak-anak kecil
Tanpa kusadari, segaris senyuman tercipta di bibir ini karena melihat keramahan Billy kepada anak-anak itu. Aku tersadar, bahwa tidak selamanya keramaian itu membosankan.
Billy datang dengan memegang 2 cone es krim di kedua tangannya sambil tersenyum kepadaku. Namun, ternyata gerombolan anak-anak itu mengekori Billy. Mereka semua ada yang membawa balon, pistol air, balon sabun, es krim, dan lain-lain. Tidak sedikit orang yang menatap dan tersenyum ke arah kami, terutama dari kalangan ibu-ibu.
"Kakak cantik, aku mau disuapin dong" pinta seorang gadis kecil yang memegangi balon dengan bola mata yang berbinar
"Oh iya boleh" aku menyuapkan es krim ke mulut mungilnya
"Kakak cantik, aku juga mau dong" kini Billy yang meniru anak tadi sambil menaik turunkan kedua alisnya dan tersenyum jahil
"Oh mau" aku menempelkan es krim ke pipi nya, lalu berlari menjauh dengan tawa kemenangan
Billy pun memasang ekspresi terkejut, tak percaya dengan apa yang aku lakukan dan mengelap es krim di pipi nya menggunakan punggung tangannya. Anak-anak kecil itu tertawa, ada juga yang bertepuk tangan kegirangan melihat tingkah laku kami, bahkan ada yang sampai memberi dukungan.
"Ayo kak, kejar kak"
"Tangkep kak, masa kalah sama perempuan"
"Semangat kak"
"Kakak cantik, kabur kak"
"Ayo, ayo"
"Awas kak"
Beberapa dari mereka ada yang memihak padaku, ada juga yang memihak kepada Billy.
"Laura Victoria Vanessa" ucap Billy gemas
Aku dan Billy terhalang oleh kursi taman
"Apa?" Aku menantang
"TEMBAK!" teriak salah satu anak laki-laki diantara gerombolan anak kecil tadi
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Teen FictionLaura mencintai Billy. Namun saat seseorang datang, Laura memilih untuk menjauh, mengubur perasaannya dalam-dalam, membuat benteng yang kokoh namun tak bertahan lama. Rasa itu selalu tumbuh meski telah patah berkali-kali. Billy sendiri tidak...