⚫Mulmed : Tessa Brooks↔Laura, Chance Sutton↔Billy
***
Waktu telah menunjukkan pukul 2.30 pm. Karena aku tipikal orang yang disiplin waktu dan tidak mau tertinggal, jadi aku telah siap dengan mengenakan baju putih lengan panjang dipadu dengan rompi levis dan rok yang panjang nya sekitar 5 cm dari atas lutut.
"RA" terdengar suara teriakkan Mamah dari depan kamarku
"Iya Mah" aku menyahut dan membuka pintu kamar yang semula memang terkunci
"Ada teman kamu di bawah"
"Manda ya?" Tebakku
"Bukan"
"Fanya?"
Mamah menggelengkan kepalanya berarti tebakan ku salah lagi.
"Terus siapa dong?"
"Teman cowok kamu" ucap Mamah gemas lalu tersenyum
"Aneh banget si" batinku
"Udah cepetan, jangan suka bikin orang nunggu lama" ucap Mamah lagi sambil menepuk lenganku dan berbalik pergi
"Apaan sih mah" aku mendengus kesal
Langsung ku ambil jam tangan dan memakai sepatu kets berwarna putih. Dengan wajah yang diberi sentuhan make up natural, aku pun berjalan menuju lantai bawah, menuruni anak tangga sambil terus berpikir siapa teman cowok yang Mamah maksud dan pikiranku terhenti pada lelaki bule itu.
Mike. Ya, pasti dia karena dari awal aku sudah merasa curiga kalo Mamah dan Papah, juga kedua orang tua Mike punya rencana tertentu. Seperti cerita-cerita di film gitu. Orang tuanya saling kenal, teman kantor, teman bisnis, teman masa kecil atau apapun itu, anaknya di jodohkan. Entah siapa yang berpikiran jadul di sini, aku, atau Papah dan Mamah.
Sampai di anak tangga yang terakhir, aku melihat punggung seorang lelaki yang mengenakan jaket abu-abunya. Dia lelaki yang selalu membuatku seperti orang gila karena tersenyum sendiri atau bahkan tiba-tiba menangis hanya karena memikirkannya. Namun saat akan mendekat ke lelaki itu, langkah ku pun terhenti.
Aku merasa ada sesuatu yang berjalan di wajahku. Saat aku usap dengan jari telunjuk tangan kananku, ternyata cairan itu kembali mengalir dari hidungku. Spontan mataku terbelalak, dan aku segera berlari ke dapur. Dan di dapur ada Mamah dan bi Asih sedang membuat puding, sehingga aku harus menghentikan langkahku.
Ini sungguh bukan hari keberuntungan bagiku. Tapi, untung saja aku tidak terlalu panik jadi aku tersadar tepat di samping posisi ku berdiri adalah kamar mandi. Aku pun langsung masuk dan mengunci pintunya. Sebenarnya aku sedikit membanting pintu, tapi itu tidak di sengaja karena aku yang terburu-buru, pasti Mamah dan bi Asih terkejut.
Aku tidak bisa memikirkan apapun selain cara agar darah ini berhenti mengalir dan aku tidak sampai ketahuan(lagi) oleh siapapun.
Sebenarnya hanya sekedar mimisan, tapi rasanya aku tidak ingin semua orang tau. Terkadang aku sering kali berpikir apakah aku terlalu berlebihan menyembunyikan fakta bahwa hidung ku yang terbilang sering mengeluarkan cairan merah itu.
Suara pintu kamar mandi yang terbuka dan di baliknya muncul sosok gadis cantik yang telah siap untuk pergi, sempat membuat Mamah dan bi Asih terkejut.
"Astagfirullah non, kirain bibi siapa" ucap bi Asih yang terkejut dan juga wajah polosnya itu membuat ku tak kuat menahan tawa
"Laura, kirain Mamah penghuni rumah ini" ucap Mamah dengan ekspresi serius namun meledek
"Iya bidadari dari kahyangan yang nempatin kamar anak perempuan Mamah" balasku sambil tersenyum puas
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Fiksi RemajaLaura mencintai Billy. Namun saat seseorang datang, Laura memilih untuk menjauh, mengubur perasaannya dalam-dalam, membuat benteng yang kokoh namun tak bertahan lama. Rasa itu selalu tumbuh meski telah patah berkali-kali. Billy sendiri tidak...