Tragedi

937 55 0
                                    

Mulmed : Jake Paul↔Kelvin, Tessa Brooks↔Laura

***

Setelah tiba di ruang TV, ternyata mereka berasa di rumah sendiri. Tidak ada yang terlihat canggung atau pun menanti sang tuan rumah. Aku terkekeh melihat tingkah mereka yang membuat rumahku menjadi lebih ramai dari biasanya

"Eh Ra, lo udah dateng, ayo silahkan dimakan kuenya" ujar Aldo mempersilahkan

"Ini antara tuan rumah yang pura-pura bego atau tamu yang ga tau diri" sindir Aurel

"Si Panjinya aja yang ga sadar diri" celetuk Aldo

"Ga sadar apa 3 bungkus chiki udah masuk ke dalam perutnya" tambah Dimas

"Fitnah lo" protes Panji

"Lo nya aja ga mau ngaku" balas Dimas

"Gue masih punya kalian supaya bisa makan, makanan yang enak, ngapain gue makan bungkusan" celoteh Panji

"Lo kira kita bank atau juru masak apa" Fanya tak terima

"Ya bisa dibilang begitu" jawab Panji dengan santainya

"Eh tapi-tapi, Panji bener lo masa iya dia makan bungkusan" ujar Aurel

"Kali ini lo kalah Dim" ledek Aldo

"Gue sumpahin lo balik-balik mules" kata Dimas pada Panji dengan serius namun maksudnya meledek

"Udah-udah kalian semua lanjutin aja ngobrol, canda, bully, anything like that, gue mau liat kakak gue dulu" ijinku yang diangguki oleh mereka

Aku pun menaiki anak tangga dan masuk kedalam kamar yang letaknya bersebelahan dengan kamarku.

"Kak?" Panggilku sambil membuka pintu

"Eh elo Ra" sahutnya

"Ini udah jam 3, lo ga berangkat?" Tanyaku yang sudah duduk di tepi tempat tidurnya

"Gue nunggu Papah selesai meeting" jawab kak Kelvin sambil mengecek barang bawaannya

"Seminggu lama banget deh" gumamku sambil menganyun-ayunkan kedua kakiku

"Sebentar kok" ternyata kak Kelvin mendengar ucapanku

"Eh lo denger?" Aku berpura-pura terkejut padahal aku sadar suaraku cukup jelas terdengar dengan jarak antara aku dan kak Kelvin saat ini

Kak Kelvin hanya tersenyum

"Ra, maafin gue" ucapnya

"Gue yang harusnya minta maaf dengan lancang masuk ke kamar lo terus ngebuka surat yang ada di bawah bantal lo" jelasku sambil tersenyum miris

"Bawel banget ade gue" kak Kelvin mengacak-acak rambutku

"Sorry" ujarku singkat

"Gue sayang lo" kak Kelvin berdiri dihadapanku dan membawaku masuk ke dalam pelukannya

Dia membiarkanku memeluknya erat seakan tidak ada yang bisa memisahkan kita, dia membiarkan kepalaku yang tersandar di perut bidangnya itu. Posisi aku duduk sedangkan kak Kelvin berdiri.

Kak Kelvin mengelus-elus puncak kepalaku dan beberapa kali mencium puncak kepalaku.

Detakkan jantungku terasa semakin cepat, tiba-tiba aku merasa sesak. Aku melepaskan lenganku yang melingkar di pinggulnya lalu mendongak menatap wajah lelaki itu.

"Kak"

"Hm?" Dia mengangkat kedua alisnya

"Jangan pergi" lirihku

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang