Laura dkk

763 28 1
                                    

"Ya ampun Laura, sebenernya lo tuh kenapa sih, dikit-dikit sakit" omel Fanya yang duduk di tepi kasur, samping kaki Laura yang berselanjar

"Gue gapapa kok" jawabku lemah

"Gapapa pala lo botak, muka lo pucet banget udah kek mayat" celetuk Manda yang juga duduk di tepi kasur, punggungnya bersandar pada kepala kasur sepertiku

"Hus, sembarangan lo ngomong" omel Aurel

"Tapi cantikkan?" Tanyaku santai tanpa memperdulikan omelan Aurel pada Manda

"Iya deh percaya" jawab mereka malas

"Berarti ntar kalo gue udah jadi mayat, tetep cantik dong ya"

"Ngomong apaan sih lo" sergah Billy, wajahnya memperlihatkan dengan jelas kalo dia tidak suka aku berbicara seperti tadi

"Ngga" aku mencebikkan sedikit bibirku dan menap ke arah lain

Panji dan Aldo tidak ikut berbicara karena sedang asik membongkar kamarku seperi meja belajar, rak buku, pajangan dan lainnya.

Ya, mereka saat ini sedang berkumpul di kamarku. Saat kejadian tadi pagi, mamah langsung menghubungi papah dan kak Kelvin.

Tapi keduanya sedang sibuk. Kak Kelvin disibukkan oleh tugas kuliahnya, sedangkan papah oleh pekerjaan tentunya.

Karena tidak bisa pulang, kak Kelvin menghubungi orang yang sepertinya bisa dipercaya. Orang itu adalah Billy dan Manda.

Mereka berdua langsung memberitahu di grup chat kami. Untung saja aku sedang tidak diperbolehkan menggunakan handphone karena harus banyak istirahat, terlebih radiasi dari handphone berkemungkinan besar membuat kepalaku nambah pusing.

Bisa dipastikan handphone ku terdapat ratusan notifikasi dari grup chat kami.

Terdengar ketukan pintu, di situ bi Asih berdiri di ambang pintu sambil membawa nampan. Padahal pintu kamarku terbuka lebar, tapi itu aebagai wujud sopan santun bi Asih mungkin.

Aku dan yang lainnya mempersilahkan bi Asih masuk. Bi Asih pun menyimpan minum dan beberapa macam makanan ringan di meja yang ada di dekat pintu.

"Non, den, silahkan diminum" bi Asih mempersilahkan dengan begitu sopan "Bibi permisi dulu"

"Tunggu bi" cegah Panji

Bi Asih menoleh saat hendak pergi dengan wajah seolah bertanya, apa.

"Mau dianter ngga sama Aldo" tawar Panji dengan entengnya

Aku dan yang lainnya dibuat tertawa oleh Panji, kecuali Aldo tentunya, dan juga bi Asih.

Satu jitakkan mulus mendarat di kepala Panji sebagai wujud rasa sayangnya.

"Udah-udah bi, mending bibi jangan lama-lama di sini, nanti ketularan virus gila dari mereka" ujar Tasya yang tidak habis pikir dengan kelakuan Aldo dan Panji

Bi Asih pun pergi, bersamaan dengan Billy yang bersuara.

"Tadi aja lo diem, giliran bi Asih datang langsung beraksi" cibir Billy

"Sirik aja lo Bil sama orang yang lagi jatuh cinta" balas Panji sambil terkekeh

Aldo menatap Panji dengan mata yang hampir melompat dan mulut yang dipenuhi kue. Sekarang ia sudah tidak meratak, tapi menyantap kue yang tadi dibawa oleh bi Asih.

"Sumpah Do, lo jelek banget" ceplos Fanya diselingi tawa

Manda tertawa keras "Udah kek tikus nahan kentut" tambah Manda

Aku dan yang lain tentu saja tertawa dibuatnya.

"Si Manda, mentang-mentang kaga ada Rendi sama kak Kelvin ga ada jaim-jaimnya" sindir Dimas

"Oh sekarang Dimas mulai suka gosip juga nih?" Goda Aurel

"Gosip apaan?"

"Itu tadi soal Manda, Rendi, kak Kelvin" tutur Aurel

"Iya, biasanya yang Dimas omongin tuh ga ada faedahnya semua" kata Fanya

"Kalo ga soal mesum, yang ngehina orang" tambah Tasya

"Ngaca woi!" Sergah Dimas pada Tasya

"Soal ngehina orang sih iya, tapi mesum? Ngga lah" balas Tasya

"Apaan sih ngomongin mesum?" Tanya Nabila

"Mesum tuh, ada mesum pahlawan, mesum merapi, mesum dirgantara, mesum-"

"MUSIUM" ucap mereka serempak

Aku hanya bisa melipat bibirku ke dalam dan menatap mereka dengan tanpa dosanya.

***

Maaf ya sedikit😅 dimaafin ngga? Dimaafin atuh ya😂 oke vote and coment nya gaiss😍

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang