Sore hari, aku mengendarai mobil tanpa tujuan sampai akhirnya mobilku berhenti di depan sebuah bangunan bernuansa eropa.
Aku pun masuk ke dalam sebuah restaurant. Akhirnya aku pun menemukan satu tujuan yaitu menghilangkan bosan. Aku duduk di meja pojok dekat jendela dengan hati yang berkeliaran, pikiran yang berterbangan dan perasaan yang tak keruan.
Setelah memesan makanan, aku mengecek handphone yang sebelumnya bergetar tanda pesan masuk.
Billy :
Helo Ra?
Senyuman terukir di bibirku, aku segera membalas pesan dari nya.
Billy :
Iya Bil?
Lagi apa?
Lagi duduk sih
Oh kirain
Apa?
Kenapa?
Lo kenapa?
Ga tau😂
Aneh
Biarin
Tijel
Bodo
Kangen
Siapa?
Yang nanya😜
Mampus😝
😑
Aneh banget emang chat sama Billy. Aku mendelik heran membaca kembali percakapan ku dengannya lewat chat, aku sempat berpikir apa Billy sengaja ingin chat bersamaku hanya untuk mengetahui kabarku. Atau mungkin itu hanya perasaan ge'er ku saja.
Aku tidak ingin merasa baper karenanya. Balasannya yang hanya berupa emot hanya ku baca atau kata anak sekarang sih read. Benteng yang selama ini ku bangun dengan kokoh, berharap dapat tahan lama.
Pesanan pun datang dan aku menyantapnya, sendirian. Setelah selesai, aku melajukan mobil menuju rumah, istana kecilku.
Saat aku akan membuka pintu, pintu sudah terbuka lebih dulu dan di baliknya muncul wanita paruh baya yang sudah hampir 20 tahun mengabdi dengan keluarga Hermawan.
"Eh non, udah pulang" sambut bi Asih
"Iya bi, Mamah mana?" Tanya ku sambil melangkah masuk ke dalam rumah
"Ada di ruang TV non" jawab bi Asih ramah
"Makasih bi" aku pun meninggalkan bi Asih dan menuju ke ruang TV, sedangkan bi Asih ke arah belakang sepertinya dapur
Aku melihat seorang wanita sedang duduk asik menonton TV. Dia menoleh saat menyadari kehadiranku kemudian tersenyum manis.
"Mah" aku menghampiri Mamah dan duduk di sampingnya
Aku memeluk Mamah dan Mamah mengelus lembut rambutku. Mataku terpejam, elusan itu semakin terasa perlahan, rasanya itu tidak akan bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Teen FictionLaura mencintai Billy. Namun saat seseorang datang, Laura memilih untuk menjauh, mengubur perasaannya dalam-dalam, membuat benteng yang kokoh namun tak bertahan lama. Rasa itu selalu tumbuh meski telah patah berkali-kali. Billy sendiri tidak...