"Mike? Lo dimana? Gue udah sampe nih" ucap Laura pada Mike di telepon
"Bentar lagi kak, lo tunggu aja di ayunan yang ada di taman"
"Oh gitu, oke deh jangan lama ya, gue capek kalo harus nunggu terus" Laura mulai baper
"Dih, baperan" kekeh Mike
"See you"
"See you too" sambungan telepon terputus
Laura menatap sekeliling dan menemukan dua buah ayunan. Ia pun melangkahkan kakinya menuju tempat itu, lalu duduk di salah satu ayunan.
Udaranya benar-benar sejuk dengan beraneka jenis tanaman yang didominasi oleh bunga-bunga bermekaran. Laura menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
Kakinya mulai mendorong agar ayunan dapat bergerak ke depan dan ke belakang.
Ia menatap sekeliling dan terdapat beberapa anak kecil. Ingatannya langsung tertuju pada Billy. Di saat mereka berdua bermain di taman bersama anak kecil.
Laura pun memejamkan matanya, angin menerpa lembut kulitnya, rambutnya pun beterbangan.
Entah mengapa, Laura tiba-tiba merasa gerakan mengayunnya lebih cepat. Seperti ada seseorang yang mendorongnya. Dengan cepat Laura membuka matanya lalu menoleh ke belakang.
Betapa terkejutnya saat ia mendapati lelaki itu yang tersenyum manis padanya.
Kaki Laura menahan agar ayunannya tidak lagi bergerak.
"Billy"
"Hai" sapa Billy dengan senyuman manisnya
Laura terdiam. Matanya mengikuti Billy yang melangkah ke samping, menempati ayunan kosong di sebelah Laura.
"Jadi lo masih suka menyendiri?" Tanya Billy tanpa menatap Laura
Gadis itu menoleh, menyadari dirinya diperhatikan, Billy ikut menoleh. Mata mereka bertemu. Jujur, Laura tidak bisa mengalihkan pandangannya saat matanya berpas-pasan dengan mata Billy.
"Gue-" omongan Laura terpotong karena handphone nya tiba-tiba berbunyi "Sorry"
Billy mengangguk mengerti, membiarkan Laura mengangkat teleponnya terlebih dahulu.
"Halo" sapa Laura pada seseorang di telepon
"Sorry kak, Cinta maksa buat ke mall dan nyokap minta gue nemenin mereka" kata Mike di seberang sana
"Mm gitu" Laura terdengar sedikit kecewa
"Sorry banget ya kak, lain kali deh gue bakal jemput lo dan ga akan ngebiarin lo nunggu sendiri di taman"
"Iyaiya gue maafin, tapi gue ga sendiri kok, kebetulan ketemu Billy di sini"
"Aduh kak, Cinta tumben rewel banget, udah dulu ya"
Sambungan telepon terputus secara sepihak.
Laura memasukkan kembali handphon nya ke tas kecil yang ia bawa.
"Siapa?" Tanya Billy
"My brotha" jawab Laura singkat
Keduanya terdiam.
"Lo sendiri ngapain ke sini?" Kini giliran Laura yang bertanya
"Gue janjian sama temen"
"Cewek?"
Billy mengangguk. Laura hanya manggut-manggut.
Tidak lama, handphone Billy bergetar. Ia pun merogoh saku celananya.
⬅Viola
Kak, kayaknya next time aja
deh. Gue tiba-tiba ada urusan
keluarga. Sorry banget yaOh gitu, noprob
Thank's kak, pengertian banget
deh😂(Read)
Billy kembali meletakkan handphone nya di saku celananya. Ia menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar.
"Kenapa?" Tanya Laura yang sedari tadi memperhatikan Billy
"Kayaknya kita jodoh deh" ucap Billy enteng
Laura mengeryit tidak mengerti.
"Iya, kita janjian sama siapa, tapi akhirnya kita berdua yang ketemuan"
"Temen lo ngebatalin juga?"
"Yap" lelaki itu mengangguk
Kaki Billy mulai bergerak menekan tanah dan mendorong agar ayunannya dapat bergerak lebih lama.
Tidak ingin menonton saja, Laura pun ikut melakukan seperti Billy. Keduanya bermain ayunan diiringi teriakan dan gelak tawa.
***
Laura's POV
Setelah bermain ayunan, aku dan Billy merasa kelelahan.
Di sini aku sekarang, terbaring di atas rerumputan yang terawat, dan di sampingku ada seseorang yang sudah lama mencuri hati.
Kami berdua menatap ke langit, matahari tidak terlalu terik, tidak juga mendung. Tapi bisa untuk di tatap tanpa harus mengenakan kacamata.
Kedua tangan Billy dilipat ke atas, menjadi bantalan kepalanya.
"Bil"
"Hm?" Billy menyahut dengan deheman, salah satu alisnya pun terangkat
"Nyaman banget ya"
Billy menoleh, ia tersenyum "Gue emang bisa bikin orang di sekitar gue nyaman"
Kini aku yang menoleh, aku melipat bibirku ke dalam, menahan tawa agar tidak pecah.
"Hmph"
"Apa?"
"Hahahaha" aku pun tertawa lepas "PD gilak" ucapku di tengah tawa
Billy terkekeh sendiri.
Setelah itu, kami berbincang-bincang dan bercanda ria. Menyusuri taman berdua.
***
Waktu sudah sore, senja hampir akan segera tiba. Aku dan lelaki itu berjalan beriringan di pinggiran taman.
Aku melirik jam yang melingkar indah di pergelangan tanganku.
"Bil, udah sore nih, balik yuk" ajakku
"Oh, yaudah gue anter ya?" Pinta Billy
Aku terdiam sebentar "Ga usah, gue-" dengan cepat Billy memotong ucapanku
"Tadi lo bilang ke sini pake taksi, udah sore gini mending lo balik bareng gue aja, lebih aman"
Dia sukses membuatku tersipu dengan perhatian kecilnya itu.
"Lebih aman?" Salah satu alisku terangkat, senyum jahil tercipta di bibirku
"Iya, paling juga ntar gue karungin bawa balik, aman kan" balas Billy dengan entengnya
Tanganku mendarat mulus di lengannya.
"Enak aja" aku tertawa pelan
"Yaudah ayo"
Billy menarik tanganku dan menggandengnya, aku terkejut dengan perlakuannya. Aku berjalan sambil ditarik olehnya, mataku terus menatap wajahnya yang terlihat santai seolah tidak memikirkan apa yang terjadi pada hatiku nanti. Akan lebih sulit untuk terus bertahan memendam perasaan ini.
Aku pun kembali sadar ke alam nyata, tidak ingin terlalu berlarut menatap wajah tampannya.
"Emang lo bawa karung?" Tanyaku meledek
Billy menoleh lalu tersenyum. Kami masih terus berjalan menuju tempat mobil Billy terpakir.
***
Vote and coment gayissss😍 maafin kalo banyak typo😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Teen FictionLaura mencintai Billy. Namun saat seseorang datang, Laura memilih untuk menjauh, mengubur perasaannya dalam-dalam, membuat benteng yang kokoh namun tak bertahan lama. Rasa itu selalu tumbuh meski telah patah berkali-kali. Billy sendiri tidak...