What?

970 42 0
                                    

Mulmed : Erika Costell↔Manda, Tessa Brooks↔Laura

***

Kak Kelvin belum juga sadar, jadi aku kembali ke kamarku dibantu oleh Mamah dan Papah. Mike, tante Vera dan adiknya masih berada di kamar kak Kelvin di rawat.

Aku sudah berada di atas bangkar, Mamah duduk di kursi samping bangkar sedangkan Papah di sofa.

"Jadi anak Mamah udah ga sedih lagi nih?" Mamah sepertinya mulai hobi menggodaku

"Apaan sih Mah" aku mendengus kesal

"Mike anak yang baik juga ya" kata Papah entah pada siapa

Aku memutar bola mataku malas.

"Terus masih marah sama kak Kelvin ngga?" Sindir Mamah

"Ga mungkin lah Rara marah ke kak Kelvin" tukasku

Mamah manggut-manggut.

"Oh iya Mah, tadi aku kenalan sama suster yang rawat aku, mereka baik-baik banget" aku menceritakan dengan antusias

"Kamu seneng dong di sini?" Tanya Mamah

"Ya gitu deh, tapi kan aku cuma kecapekan aja Mah, kenapa sih sampe harus dirawat gini, lebay deh" gerutuku

"Kata siapa kamu kecapekan? Kalo nanti kamu mimisan lagi gimana?" Tanya Papah

Aku terdiam mendengar perkataan Papah barusan. Mimisan? Seingatku mereka tau aku mimisan hanya sekali.

"Sok tau" cibirku

"Tapi obat yang waktu itu Mamah kasih diminum terus kan?" Tanya Mamah memastikan

Sebenarnya saat waktu itu aku dibawa ke rumah sakit sehingga tidak masuk sekolah, memang aku boleh diperbolehkan pulang saat itu juga. Tapi Mamah memberiku beberapa obat untuk diminum secara teratur.

"Iya" jawabku

"Kamu mau ya dirawat di sini dulu sementara" pinta Mamah

"Sampe kapan?" Tanyaku jengkel

"Besok" jawab Papah asal ceplos, aku tau itu asal karena Mamah langsung memberi tatapan tajam pada Papah

Sikapku memang berubah, tidak seperti Laura sebelumnya yang lebih santai. Tapi lebih tepatnya kembali seperti Laura yang kekanak-kanakan di keluarga Hermawan. Hanya di keluarga Hermawan.

Kalo di sekolah dan saat bersama teman adalah pribadiku yang disiplin dan dewasa.

"Oke Laura mau deh" jawabku enteng "Tapi" sambungku cepat

"Ada tapinya ya?" Tanya Mamah terdengar mengeluh

Aku terkekeh "Handphone aku ketinggalan di rumah" aku menunjukkan deretan gigiku

"Nanti Papah suruh Mike ambilin deh" ujar Papah enteng

"Ish, Papah ngapain sih nyuruh anak orang seenaknya" cibirku "Lagi pula handphone nya di kamar, masa iya Mike masuk ke kamar Laura"

"Ya kan ada bi Asih yang bisa ngambilin" balas Mamah

"Skak Ra, kamu ga bisa ngeles lagi" batinku

"Yaudah suruh bi Asih aja yang bawain ke sini" pintaku

"Bi Asih juga kan anak orang" sindir Papah

"Astaga Mah, Pah" ucapku terdengar lirih, mereka malah tertawa

"Nanti Mamah sama Papah yang bakal ambil" kata Mamah

"Oke deh"

Mamah beranjak dari duduknya, begitu juga Papah.

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang