⚫Mulmed : Tessa Brooks↔Laura
***
Di toilet kebetulan tidak ada siapa pun. Aku berdiri di depan cermin, melihat pantulan wajahku yang lesuh dibanjiri air mata.
Aku menangis lagi, segera ku tutupi wajahku dengan kedua tangan. Kejadian tadi terus terbayang dipikiranku. Oh Tuhan? Apa lagi ini? Kepalaku terasa sangat sakit, aku mulai tersadar kalo cairan berwarna merah telah mengalir dari hidungku sehingga membasahi kedua tanganku.
Aku terdiam sejenak, aku tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi. Aku seolah ingin segera tersadar dari mimpi buruk ini. Segera ku cuci tanganku di washtafel.
Tiba-tiba terdengar suara engsel pintu dan dari balik pintu keluar seorang gadis cantik bernama Aurel, aku melihatnya dari cermin. Entah kapan dia ke toilet, yang pasti aku segera membasuh wajahku dengan air.
"Eh Ra, lo ngapain?" Tanya Aurel.
"Ng- ngga ko tadi gue mual doang." jawabku berusaha tenang dan tersenyum.
"Oh gitu, yaudah gue duluan ya." ucapnya tanpa rasa curiga.
"Iya." aku tersenyum dan menghela napas lega setelah dia pergi. Aku merapihkan diriku seolah tidak terjadi apa-apa.
***
"Oh iya, gue hampir lupa kalo besok ada ulangan fisika." ucapku panik dan membuat yang lain terkejut.
"Yaudah santai, Ra." balas Tasya menenangkan ku sambil asik menyantap stik kentang.
"Gue harus balik guys, gue harus belajar. Jam berapa sih sekarang?" Aku seolah bertanya pada diri sendiri sambil melihat jam mungil yang melingkar di pergelangan tanganku. "Astaga, udah jam setengah 4. Man, balik yuk?" ajakku pada Manda.
"Yaudah sana lo balik Ra, terus belajar supaya besok gue bisa nyontek. Ya ga, Do?" Tanya Panji pada Aldo.
"Yo'i." sahut Aldo menyetujui.
"Haha.. santai kali. Oke siap gue balik yah guys." kataku sambil mengambil tas yang terletak di atas meja lalu bangkit dari kursi
"Iya, gua duluan yah. Jan pada kangen lo pada, haha.." ujar Manda percaya diri.
"Semerdeka lo aja, Man." sahut Fanya dan yang lain tertawa.
Aku dan Manda berjalan keluar café menuju ke parkiran. Manda melajukan mobil nya membelah keramaian kota Jakarta.
Kini, mobil honda jazz berwarna merah telah berhenti di depan gerbang rumah ku.
"Thank's Man." ucapku saat akan turun dari mobil Manda.
"Iya sip."
"Bye.. hati-hati ya." ucapku lagi setelah turun dari mobil
"Oke bye." Mobil Manda telah berlalu dan meninggalkan rumahku.
Aku masuk ke dalam rumah, dan seperti biasa, rumah sepi. Aku langsung masuk ke kamar dan ku rebahkan tubuhku dengan keras ke tempat tidur. Semua kejadian kembali terputar di memori kepalaku. Aku pun memejamkan mata.
"Tuhan, kenapa aku harus mengenalnya, kenapa aku harus bertemu dengannya? Aku tau perasaan ini tidak seharusnya ada. Kenapa tidak engkau berikan saja orang yang cacat namun selalu membuatku tertawa atau bahkan menangis karena bahagia. Orang yang hanya mencintai satu wanita."
"Tuhan, jika memang dia jodohku, kuatkan hatiku, jangan biarkan aku menyerah. Bagaimana perasaannya kepadaku yang sesungguhnya? Dia baik, perhatian, asik, peduli. Tapi semua itu bukan hanya kepadaku. Aku tidak suka kalo dia dekat dengan gadis lain. Aku sayang Billy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Teen FictionLaura mencintai Billy. Namun saat seseorang datang, Laura memilih untuk menjauh, mengubur perasaannya dalam-dalam, membuat benteng yang kokoh namun tak bertahan lama. Rasa itu selalu tumbuh meski telah patah berkali-kali. Billy sendiri tidak...